Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Membangun Komunikasi yang Asertif Melalui Bottom-up Strategy dalam Organisasi
1 Januari 2023 10:42 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Universitas Paramadina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Nissa Nur Shabilla*)
Satu kesatuan dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi sehingga tiap anggota organisasi memiliki kewajiban dan tugasnya masing-masing, dan memiliki tujuan yang jelas dan batas-batas antar sesama anggota. Singkatnya, organisasi merupakan suatu wadah proses kegiatan orang-orang yang bekerja sama, memiliki fungsi dan wewenang dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi tumbuh berkembang seiring dengan perkembangan lingkungan sosial yang dinamis dan laju globalisasi yang pesat.
ADVERTISEMENT
Keberadaan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek di antaranya keselarasan visi dan misi serta goals yang akan dituju dengan perwujudan kontribusi dari sekelompok orang tersebut. Agar dapat mencapai tujuan tersebut, organisasi memerlukan sistem manajemen yang efektif dan efisien yang bisa menunjang jalannya organisasi agar bisa berkelanjutan dan meningkatkan efektivitas kerja dari pegawainya.
Dalam mencapai efektivitas yang dimaksud, bisa melalui komunikasi . Komunikasi adalah hal yang krusial untuk digunakan dalam keseharian baik antar teman, rekan kerja, customer bahkan atasan di kantor. Komunikasi juga tidak serta merta hanya menyampaikan apa yang ingin disampaikan, kalau ini terjadi secara terus-menerus bisa jadi suatu saat nanti bisa menimbulkan miskomunikasi.
Miskomunikasi sendiri terjadi saat adanya kesalahpahaman antara kedua belah pihak dalam menerima dan mencerna proses komunikasi yang sedang berlangsung, sehingga antara pesan yang disampaikan dan pesan yang diterima berbeda arti dan interpretasinya. Jika kondisi ini terus menerus berlanjut, tentu akan membawa dampak yang buruk bagi kelangsungan organisasi ataupun rekanan dalam tim organisasi.
ADVERTISEMENT
Tidak menutup kemungkinan bahwa akibat dari miskomunikasi yang terus menerus berlangsung akan menimbulkan dampak yang lebih besar yaitu konflik-konflik di dalam organisasi. Cara mencegah timbulnya miskomunikasi hingga konflik dapat diselesaikan menggunakan pendekatan komunikasi yang sehat.
Membangun komunikasi yang sehat penting agar bisa mengikutsertakan rekan kerja dalam bonding yang baik. Komunikasi yang cukup efektif yang bisa diterapkan dalam berorganisasi adalah komunikasi asertif. Kenapa harus menggunakan komunikasi yang asertif?
Komunikasi asertif sifatnya mengutamakan untuk mendengarkan perspektif orang lain dan berperilaku dengan penuh hormat dalam menyampaikannya. Saat sedang berkomunikasi, perilaku individu yang menyampaikan keinginan, kebutuhan, pikiran, perasaan, dan harapan terhadap sesuatu harus secara tegas dengan jujur, transparan, dan sesuai dengan hak dan kewenangan lawan bicara tanpa melanggar haknya.
ADVERTISEMENT
Dapat dikatakan, jenis komunikasi ini dapat lebih diterima dibanding jenis komunikasi lainnya seperti komunikasi pasif, komunikasi agresif, dan komunikasi pasif-agresif. Komunikasi asertif juga merupakan cara agar kita bisa memiliki ikatan atau hubungan yang baik dengan anggota organisasi. Penggunaan gaya komunikasi ini akan membantu kita dalam menciptakan ideal working environment, di samping itu banyak manfaat yang dirasakan dengan terciptanya komunikasi asertif ini seperti:
- Meningkatkan retensi karyawan
- Meningkatkan produktivitas
- membangun tempat kerja dan budaya organisasi yang sehat.
- Dapat memecahkan masalah dengan efisien atau mendukung kolaborasi yang efektif pada proyek atau tugas kerja.
Saat menyampaikan aspirasi atau perasaannya, orang yang berkomunikasi dengan gaya asertif akan melakukannya dengan jelas, tapi tidak menilai atau mendikte orang lain. Mereka melakukannya demi kebaikan semua pihak. Dengan demikian, konflik dapat dihindari. Misalnya di dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Ketika seorang atasan menemukan bahwa anak buahnya melakukan kesalahan, maka dia tidak akan serta-merta menyalahkannya. Dia akan mengajak bawahannya itu untuk berbicara dari hati ke hati. Menanyakan, kenapa kesalahan itu bisa terjadi. Setelah bertanya, barulah dia bisa mempertimbangkan langkah selanjutnya. Apakah akan membantu memperbaiki kesalahan itu, memberikan kesempatan kepada anak buahnya untuk mengatasinya, atau bahkan memberikan teguran.
Semua feedback akan dipertimbangkan mengenai baik dan buruknya. Dia akan menempatkan dirinya pada posisi kawan bicaranya sebelum mengatakan sesuatu. Rasa hormat kepada kawan bicara dan diri sendiri adalah kunci dari gaya komunikasi asertif ini. Karena itu, tidak mengherankan jika gaya komunikasi asertif adalah gaya berkomunikasi yang dianggap paling etis dan efektif, baik untuk menghindari konflik, maupun untuk mengatasinya.
ADVERTISEMENT
Hal ini bisa dijadikan sebagai komunikasi asertif dengan pendekatan bottom-up strategy. Bottom-up strategy merupakan jenis komunikasi yang membantu karyawan dan organisasi mencapai hasil yang ditargetkan dalam berbagai cara dalam kebutuhan, value, dan perspektif.
Singkatnya, bottom-up strategy yakni pendekatan yang komunikasi dan arahannya sebagian besar ditetapkan dan disuarakan oleh para anggota organisasi, dan disampaikan kepada pemimpin organisasi atau manajemen tingkat atas. Dilihat dari pengertiannya, kedua pendekatan komunikasi organisasi ini berbeda dari segi sumber dan arah komunikasinya. Perpaduan dua pendekatan komunikasi ini seringkali diterapkan dalam sebuah organisasi atau perusahaan untuk melakukan koordinasi kegiatan sehari-hari.
Pendekatan komunikasi bottom up ini diterapkan ketika target, proyek, dan tugas yang sebagian besar ditetapkan dari feedback yang didapat dari para karyawan, yang selanjutnya akan dikomunikasikan kepada seluruh tim manajerial tingkat atas. Seluruh karyawan yang menjadi anggota tiap divisi pembentuk organisasi ini diharapkan untuk terlibat dalam proses menetapkan target atau tujuan organisasi.
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan pendekatan komunikasi bottom up ini, perusahaan dapat memperoleh berbagai macam keuntungan, seperti komunikasi di seluruh lingkup perusahaan menjadi meningkat, dan hubungan antar anggota organisasi menjadi lebih erat. Selain itu, pendekatan komunikasi bottom up memungkinkan anggota organisasi menjadi merasa bahwa dirinya dianggap dengan pendapatnya didengar oleh para manajer atau atasannya.
*) Mahasiswa Universitas Paramadina, Peserta Terbaik Keempat Lomba Penulisan Ilmiah Populer Kategori S1, FEB Universitas Paramadina, Jakarta