Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Penguatan Jiwa Entrepreneurship di Era Milenial
1 Januari 2023 12:30 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Universitas Paramadina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Oleh: Dalpina*)
ADVERTISEMENT
“The best time to plant a tree was 20 years ago
ADVERTISEMENT
The second best time is now”
-Chinese Proverb-
Berwirausaha menjadi aktivitas yang dikenal dan mulai berkembang di kalangan masyarakat luas bahkan remaja pada saat ini. Percepatan arus globalisasi dan lahan pekerjaan yang cukup ketat menyebabkan banyak orang mulai mengembangkan jiwa entrepreneurship . Hal itu terbukti dengan banyaknya entrepreneur yang kita temui sekarang baik di media sosial maupun di lingkungan nyata, seperti tetangga, saudara, bahkan teman kita sendiri yang menjadi entrepreneur.
Bahkan para mahasiswa juga sudah banyak terjun ke dunia “bisnis” dalam awal untuk menekuni dunia entrepreneurship yang sebenarnya, misalnya membuka jasa pengetikan atau sewa komputer, jasa les bahasa inggris atau pelajaran lainnya, jasa fotocopy, menjual barang online, dan masih banyak bisnis kecil-kecilan yang pastinya mendapat keuntungan bukan hanya finansial melainkan ilmu dan pengalaman.
ADVERTISEMENT
Meski entrepreneur sudah banyak dikenal pada masyarakat kalangan luas, sangat disayangkan jumlah entrepreneur muda indonesia masih terbilang minim dan dibandingkan dengan beberapa negara berkembang dan maju lainnya termasuk Singapura, Indonesia masih kalah jauh. Hal ini terbukti berdasarkan data BPS (2022) dengan tercatat 3,47% masyarakat indonesia berwirausaha sedangkan rasio kewirausahaan di negara lain, seperti di Malaysia sudah 4,74%, Thailand 4,26%, dan Singapura 8,76%.
Berdasarkan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 2 tahun 2022 tentang pengembangan kewirausahaan nasional, Pemerintah menargetkan kewirausahaan mencapai 3,95 persen di tahun 2024. Maka dari hal itu, lebih baik masyarakat masa sekarang mengembangkan dan mengimplementasikan lagi jiwa entrepreneur untuk mencapai target yang diinginkan negara.
Menjadi seorang entrepreneur akan menjadi peluang untuk bisa mengubah ekonomi di indonesia. Sesuai dengan wacana BAPPENAS (2015), Negara Indonesia sendiri dalam jangka empat belas tahun yang akan datang tepatnya tahun 2030 akan memiliki masa di mana banyaknya jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan populasi jumlah penduduk usia non produktif, masa inilah yang disebut dengan istilah bonus demografi.
ADVERTISEMENT
Maka dari hal itu, usia produktif yang dikatakan adalah remaja pada masa kini atau generasi milenial yang pastinya akan menjadi estafet negara dan menentukan perekonomian negara pada masa depan dan diharapkan usia produktif ini benar-benar bonus bukan menjadi beban negara. Dari hal itu, salah satunya yang bisa dijadikan solusi pada masa sekarang adalah menjadi entrepreneur, menurut Bank Dunia, syarat suatu negara punya perekonomian yang baik dan maju adalah minimal 4% warganya berwirausaha.
Berwirausaha dapat menggerakkan roda perekonomian dalam negeri dan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Menjadi entrepreneur menciptakan lapangan kerja baru yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi tingkat pengangguran. Hal itu terbukti, berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) tingkat pengangguran pada Agustus 2022 sebesar 5,86 persen dan turun sebesar 0,63 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2021.
ADVERTISEMENT
Menjadi keprihatinan bersama, bahwa penyumbang angka pengangguran paling tinggi dalam tingkat pendidikan adalah lulusan SMK tercatat 10,38 % yang disusul lulusan SMA dengan tercatat 8,35% dan yang terakhir adalah lulusan sarjana sebesar 6,09%. Lulusan sarjana menjadi penyumbang pengangguran terakhir dan masih juga dianggap tinggi. Maka dari hal itu, memang benar, jika baru lulus universitas mahasiswa akan dihadapkan susahnya mencari lowongan pekerjaan.
Tidak jarang, meski nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif ) sangat baik dan memuaskan, tetapi masih saja dihadapkan dengan persaingan yang ketat dan menyebabkan orang akan memilih pengangguran. Dari hal itu, lebih baiknya remaja atau siapa pun untuk bisa memulai berwirausaha agar nantinya akan menjadi salah satu usia produktif sebagai bonus negara dan membantu menciptakan lapangan kerja yang baru karena semakin meningkatnya kewirausahaan maka akan berkurangnya pengangguran.
ADVERTISEMENT
Tidak salahnya remaja zaman sekarang untuk bisa memulai kewirausahaan karena setiap orang sudah pasti memiliki jiwa kewirausahaan atau ide dan tinggal untuk memulainya. Keberhasilan mengemudi bukan dilihat dari seberapa cepat kendaraan yang dipacu. Sama halnya dengan berwirausaha, keberhasilan tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya karena kekayaan bisa didapatkan dengan berbagai cara, termasuk mencuri, merampok, korupsi dan hal lain-lainnya yang negatif.
Sebaliknya dengan berwirausaha, lebih melihat bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, percaya diri, serta menjalankan usaha yang tadinya kecil-kecilan, tidak terbentuk, dan tidak adanya niat untuk menjalani sehingga menjadi usaha yang terkenal bahkan bisa membuat lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas.
Seorang entrepreneur bukan hanya menciptakan ide dan produk atau menjadi reseler dalam berwirausaha. Menjadi seorang entrepreneur tidak harus orang-orang yang berpendidikan, tetapi bukanlah seorang berpendidikan tidak bisa berwirausaha, melainkan seseorang yang memiliki pengetahuan, jiwa gigih, kemampuan, kesanggupan, pengalaman, serta bisa memanfaatkan kesempatan dan peluang yang ada.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga tentang kreativitas, inovasi, dan pertumbuhan, cara berpikir dan bertindak yang relevan dengan semua bagian dari ekonomi serta seluruh pengimplementasiannya. Tidak hanya itu, seorang entrepreneur juga harus menyiapkan mental dan menguasai beberapa keterampilan yang menunjang, seperti keterampilan mengetik manual, komputer, akuntansi, pemasaran, otomotif, elektronik, dan sebagainya. Semakin banyaknya keterampilan yang dikuasai, makin tinggi minat bisnisnya dan makin banyak peluang terbuka untuk menjadi entrepreneur yang sejati.
*) Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani, Yogyakarta, Peserta Terbaik Kelima Lomba Penulisan Ilmiah Populer Kategori S1, FEB Universitas Paramadina, Jakarta