Konten Media Partner

34 SMA-SMK di Sumsel Terapkan Kurikulum Baru Berbasis Pangan Lokal

22 Januari 2025 20:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Plt Kadisdik Sumsel Awalludin bersama Direktur Utama ICRAF Indonesia, Andree Ekadinata melakukan peluncuran kurikulum Mulok Pangan Lokal untuk 34 sekolah di Sumsel. Foto : Abdullah Toriq/Urban Id
zoom-in-whitePerbesar
Plt Kadisdik Sumsel Awalludin bersama Direktur Utama ICRAF Indonesia, Andree Ekadinata melakukan peluncuran kurikulum Mulok Pangan Lokal untuk 34 sekolah di Sumsel. Foto : Abdullah Toriq/Urban Id
ADVERTISEMENT
Pemprov Sumsel mengambil langkah strategis untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dengan meluncurkan kurikulum Muatan Lokal (Mulok) Pangan Lokal. Uji coba program ini melibatkan 34 sekolah, terdiri dari 17 SMA dan 17 SMK, sebagai bagian dari komitmen daerah dalam mendukung ketahanan pangan. Peluncuran uji coba kurikulum ini ditandai dengan kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) dan pengukuhan guru pelopor di Palembang, yang dihadiri oleh Plt. Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Sumsel, Awalluddin, Rabu 22 Januari 2025. Awalluddin menekankan pentingnya peran guru dan kepala sekolah dalam menyukseskan penerapan kurikulum ini. “Kurikulum ini dirancang untuk mengenalkan siswa pada potensi besar pangan lokal di Sumsel. Kami ingin generasi muda memahami, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya lokal sebagai solusi ketahanan pangan di tengah ancaman perubahan iklim,” ungkapnya pada Rabu 22 Januari 2025. Menurut Awalludin kurikulum Mulok Pangan Lokal tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga keterampilan praktis bagi siswa juga bertujuan melatih siswa dalam mengenali dan mengelola sumber pangan di sekitar mereka, seperti sagu, umbi-umbian, dan berbagai tanaman lokal yang memiliki nilai gizi tinggi. “Kami ingin mencetak generasi yang mandiri dan siap menghadapi tantangan global. Edukasi ini menjadi langkah penting untuk membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan,” tambah Awalluddin. Sementara itu, Direktur Utama ICRAF Indonesia, Andree Ekadinata, menilai edukasi tentang pangan lokal adalah kunci dalam memastikan masyarakat tetap memiliki akses pangan yang cukup. “Pangan lokal bukan hanya tentang beras. Ada banyak bahan pangan yang bisa menjadi solusi menghadapi krisis, dan ini penting untuk disadari oleh generasi muda,” ujar Andree.
Ilustrasi mahasiswa ujian. Foto: exam student/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa ujian. Foto: exam student/Shutterstock
Andree menyebutkan program ini merupakan kolaborasi antara Dinas Pendidikan Sumsel dan ICRAF Indonesia melalui proyek Land4Lives yang didukung oleh pemerintah Kanada.
ADVERTISEMENT
"Proyek ini bertujuan membantu masyarakat beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim dengan memaksimalkan potensi pangan lokal, " kata dia.
Selama semester genap, dari Februari hingga Mei 2025, kurikulum ini akan diuji coba. Tim pengembang telah menyusun modul dan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik wilayah Sumsel.
"Proses ini akan dipantau secara intensif untuk memastikan efektivitasnya sebelum diterapkan secara lebih luas, " kata dia
Meski menjanjikan, program ini menghadapi tantangan, terutama dalam penyamaan pemahaman guru tentang konsep pangan lokal.
“Kami terus melakukan pelatihan untuk memastikan guru memiliki wawasan yang sama agar siswa benar-benar memahami potensi pangan lokal di sekitar mereka,” jelas Andree.