Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten Media Partner
Pesona Desa Wisata Burai yang Kini Jadi Jantung Ekonomi Masyarakat
25 Oktober 2021 7:40 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Jangan lihat dulu, lihatlah aku sekarang. Mungkin itulah penggalan kata yang tersirat jika melihat kondisi terkini Desa Burai, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel) saat ini. Desa yang dulunya disebut pemukiman kumuh dan terpencil kini sudah menjadi desa wisata tempat yang kian digandrungi.
ADVERTISEMENT
Bukan perkara mudah memajukan desa ini, kebanyakan penduduk adalah masyarakat pra-sejahtera dengan sumber pendapatan sebagai nelayan dan petani. Secara geografis, desa dikelilingi hamparan sungai dan rawa yang kaya akan flora dan fauna.
Wajah desa sebenarnya sudah tergambar cukup memikat ketika melihat rumah tradisional, kerajinan kain songket hingga kulinernya yang khas. Simsalabim, rumah penduduk dan fasilitas umum kini sudah bercorak warna-warni. Makin eksotis saat swafoto di desa yang juga dikenal menyimpan banyak sejarah itu.
Memiliki luas wilayah 2.666,09 kilometer persegi, desa ekowisata ini juga mengembakan destinasi wisata air. Pendatang bisa memancin sambil melihat pemandangan alam sekitar yang masih cukup asri. Tak sebatas itu, kerajinan kain songket dikembangkan melalui pelatihan sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Masyarakat di sini dilatih membuat souvenir seperti sandal atau topi yang bisa dijadikan buah tangan dengan melibatkan pemuda desa. Semakin meriah, dengan merekulturasi dan memodifikasi tari tradisional Bumme yang semakin menambah kesan eksotisnya desa ini.
“Sempat ada penolakan terutama masalah pengecatan rumah karena belum siap akan perubahan, namun berkat sosialisasi dan pengertian, akhirnya setuju mengembangkan desa ini,” kata Wili Sandi, penggerak program Burai Ekowisata (Bu Eko) beberapa waktu yang lalu.
Perjuangan masyarakat Desa Burai membuahkan hasil, kurang dari dua tahun perubahan mulai terasa. Sedikitnya sudah ada 2.750 wisatawan yang datang mengunjungi desa ini. Ekonomi masyarakat mulai meningkat dari sejumlah sisi mulai dari wisata air, kuliner, produk kerajinan hingga jasa penitipan kendaran.
ADVERTISEMENT
Selain kondisi ekonomi yang meningkat, gaya hidup masyarakat Desa Burai juga semakin membaik. Desa ini tidak lagi memiliki sanitasi yang buruk, sebanyak 1.976 jiwa penduduk Burai memiliki pola hidup yang lebih bersih dan sehat.
Wili juga memuji salah satu program kemitraan Pertamina ini. Apalagi pihak perusahaan terlibat langsung dalam pembangunan desa wisata ini, mulai dari pelatihan-pelatihan, fasilitas, renovasi rumah hunian yang rusak, bahkan menyediakan alat-alat yang membantu menunjang ekonomi masyarakat.
“Pastinya bangga, desa yang dikenal terpencil kini sudah berubah signifikan. Ekonomi masyarakat juga membaik, semoga makin banyak desa tertinggal yang dibangun dan lebih maju lagi,” kata peraih Pertamina Local Heroes 2018 itu.
Sebagai jantung ekonomi masyarakat, kemajuan Desa Burai telah memberi banyak dampak ekonomi, salah satunya bagi ibu-ibu perajin tenun songket yang cukup mendominasi di kawasan ini.
Khodijah (56 tahun), adalah salah satu dari puluhan ibu rumah tangga perajin tenun songket di desa ini. Ibu empat anak itu belajar menenun sejak 1979, di tengah keterbatasan ekonomi. Khodijah bersama ibu-ibu di sini kini makin konsisten menekuni profesi menenun songket.
ADVERTISEMENT
Khodijah juga merupakan pembuat motif tenun songket yang punya kegigihan yang tinggi. Sejak suami meninggal, Khodijah menjadi tulang punggung keluarga sejak 2001. Dirinya nekat belajar membuat motif songket di sentra kerajinan songket di Kota Palembang.
Menurut Khodijah, membuat motif songket sangat sulit. Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian. Tak heran, saat ini tidak banyak orang bisa menekuni profesi ini. Pesanan motif songket yang diterimanya kebanyakan dari para tetangganya. Di mana satu motif songket dipatok sebesar Rp 450 ribu hingga Rp 500 ribu.
Motif-motif songket yang biasa dibuatnya, yakni Kembang Cino, Cino Kandang, Rakam, dan motif Lepus. Empat motif songket ini dikembangkannya hingga menjadi ratusan motif, sebab motif songket ini disesuaikan dengan keinginan pembeli.
ADVERTISEMENT
Pengerajin lainnya, Ririn (35) untuk membuat sehelai songket ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter, dibutuhkan waktu beberapa hari hingga berminggu-minggu, tergantung jenis dan motifnya. Ririn mengaku belajar menenun songket sejak tahun 1998 atau sejak kelas 6 Sekolah Dasar.
Kemahirannya itu membuat Ririn berhasil membuat songket dengan berbagai motif dan kualitas seperti songket benang sutra, benang emas, benang lungsin yang menjadikan karya seni bernilai tinggi. Harganya bahkan mencapai Rp 1 juta hingga Rp 2,5 juta.
Di tengah kondisi pandemi saat ini pihaknya menjalani pemasaran secara online termasuk mengikuti seejumlah pameran di Palembang. Secara domestik, pangsa pasar songket dari Desa wisata Burai ini adalah masyarakat Sumsel dan juga sudah menjangkau beberapa daerah di Sumatera, seperti Lampung, Jambi dan Riau.
ADVERTISEMENT
Pihaknya berharap Desa Burai makin maju dan makin meningkat perekonomian warga. Songket buatan ibu-ibu di sini bahkan bisa menjangkau semua wilayah baik nasional maupun internasional,
Desa Burai sebelumnya termasuk desa tertinggal. Untuk mencapai pusat kota sangat jauh karena akses jalan terbatas. Namun kini pemerintah membuat jalan baru yang langsung menembus Desa Burai sehingga tidak sulit dijangkau.
Potensi ekonomi masyarakat kini semakin meningkat baik pariwisata, pertanian, perikanan, maupun kerajinan. Masyarakat juga kini sudah mendapatkan penghasilan tidak hanya dari sektor yang sudah ada namun makin mandiri dengan segala potensi di desa ini.
Atas kemajuan pesat dan potensi yang ada, Desa Burai masuk masuk 50 besar desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Penghargaan ini diberikan kepada desa-desa wisata yang memiliki prestasi dengan kriteria penilaian dari Kemenparekraf.
ADVERTISEMENT
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Burai, Yuristian Hadinata, mengakui sebelum kehadiran Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field, desa ini cukup sepi. Namun kini sudah ramai dikunjungi bahkan wisatawan ada yang datang dari Malaysia dan Singapura.
Akivitas desa wisata ini sangat unik dan menarik, bersama segenap masyarakat bisa mengubah kehidupan masyarakat lokal di desa yang sebelumnya tertinggal, terpencil kini menjadi desa yang bergairah dan berdaya. (eno)