Konten dari Pengguna

Mencari Sosok Gubernur Jawa Barat

ali rahman
Pengurus MPP ICMI dan Alumni IPB University.
4 Agustus 2024 9:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ali rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nganjang kapageto sebagai salah satu ageman karuhun sunda dalam mengadaptasi masa depan (Sumber : foto pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Nganjang kapageto sebagai salah satu ageman karuhun sunda dalam mengadaptasi masa depan (Sumber : foto pribadi)
ADVERTISEMENT
Pepatah lama “wangsa sunda” mengatakan kalau mau terus relevan dengan zaman maka “ kudu bisa ngigelan jaman”. Sungguh makna pepatah ini luar biasa dikaitkan dengan koteks ilmu manajemen modern. Kudu bisa ngigelan jaman artinya harus mampu beradaptasi dengan lingkungan masa depan kalo mau tetap eksis dan relevan dalam hal apapun. Perubahan lingkungan yang sangat cepat menuntut orang harus memiliki pola pikir dan pola sikap adaptif terhadap perubahan (growth mind) masa depan.
ADVERTISEMENT
Banyak kisah organisasi, persahaan dan bahkan eksistensi suatu bangsa yang hancur lebur karena gagal dalam mengadapatasi perubahan masa depan yang sangat cepat dan fundamental. Bahkan perjalanan kehidupan umat manusia sangat jelas menggambarkan bagaimana periode nomaden/ perladangan berpindah, jaman besi, jaman perunggu sampai kita berkehiodupan modern seperti sekarang ini.
Disruption
Gelombang perubahan yang sedemikian cepat akan ditandai dengan aksi penolakan (resisten to change), pesimisme, silent rebelion dan anarkisme yang tengah kita saksikan saat ini. Cara pandang yang dibangun setiap orang akan sangat berbeda-beda dalam menyimpulkan dan tmengambil sikap terkait dengan datangnya masa baru/era baru tersebut. Hanya yang mampu beradaptasilah maka ia akan tetap tumbuh secara lesatri. Teori itu sudah diusung lama oleh yang meyakini terori survaival of the fittes – Charles Darwin.
ADVERTISEMENT
Guru Ilmu manajemen modern Rhenal Kasali menyajikan data dalam buku disruption kalo dulu siklus perubahan itu terjadi setiap periode 25 tahun, maka di era millennial perubahan datang hanya kisaran 5-6 tahun saja bahkan lebih cepat lagi. Keadaan ini menuntut kita semua “kudu bisa ngigelan jaman” dan “kudu bisa nganjang ka pageto”. Relevansi 2 (dua) pepatah leluhur wangsa sunda ini sangat relevan dengan kondisi saat ini dan seterusnya disetiap masa akan selalu relevan.
Beberapa perubahan yang akan terus berevolusi menuju kesempurnaan dan keseimbangan selalu dalam koridor speed, surprise dan sudden shift. Perubahan yang datang begitu cepat, mengejutkan semua pihak dan terjadi secara mendandak/ tiba-tiba. Bagi orang atau organisasi yang tidak mampu membaca fenomena tersebut maka siap-siap menuju kepunahan. Ini sudah terjadi dan akan terus terjadi manakala kita abai akan hadirnya perubahan zaman. Bahkan disadari atau tidak, kita semua tengah berada di era tersebut. Fenomena on line transportation, punahnya agent tiket konvensional menjadi on line ticket system, hilangnya teler bank, menjamurnya kerjasama people to people dalam pengelolaan dana kerjasama investasi (corwdfunding) dan melimpahnya sumber daya bisnis dalam setiap sector yang akan menstimulus peluang bisnis bagi “pribadi” yang kreatif dan adaptif terhadap perubahan.
ADVERTISEMENT
Ngigelan jaman merupakan refleksi wangsa sunda yang sudah tercerahkan dalam melihat fenomena masa depan. Nganjang ka pageto merupakan bentuk upaya visioner wangsa sunda dalam meneropong dan merumuskan masa depan yang akan dituju sehingga bisa mewarisi generasi yang kuat, cerdas dan hebat. Dengan kedua nasihat karuhun sunda tersebut hendaknya para generasi penerusnya akan selalu relevan dan mampu membawa perubahan positif bagi bangsa dan negara.
Gubernur Visioner
Fenomena perubahan dalam aspek pembangunan di tatar parahyangan yang sangat dinamis saat ini tentu merupakan tantangan bagi gubernur baru nantinya. Sederet perubahan misalnya rencana pengembangan segitiga rebana, masalah sampah yang tak kunjung selesai, angka stunting dan gizi buruk, konversi sawah yang mengancam ketahanan pangan, implikasi global climate change, kerusakan hutan di daera hulu yang mengancam debit air waduk dam tentunya masalah lainnya yang menuntut peran dan visi yang melampaui masa depan agar Wangsa sunda tetap eksis dan mampu menjadi contoh teladan yang paripurna. Sehingga apapun yang terjadi dan bagaimanapun keadaan yang terjadi maka visinya adalah untuk kedaulatan bangsa dan kemakmuran rakyat bumi pasundan khususnya dan NKRI pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana seorang gubernur jawa barat yang baru nanti bisa membangun pusat pertumbuhan aetropolis di sekitar bandara BIJB. Kawasan aetropolis futuristic yang menghadirkan pusat kemoderenan peradaban wangsa sunda. Bagaiman hadirnya bendungan jatigede bisa dirasakan manfaatnya oleh rakyat sumedang larang sehingga bisa lebih sejahtera. Hal yang sama hadirnya jalur transprtasi cepat banduing Jakarta. Jangan sampai terjadi back worst effect. Rakyat jabar hanya menjadi penonton dan terkaget-kaget dengan pesatnya pertumbuhan wilayahnya. Jangan sampai kue kesehateraan yang seharusnya dirasakan manfaatnya tidak hanya oleh segelintir orang tetapi adil dan merata dirasakan oleh wangsa sunda.
Kumaha engke, menjadi engke kumaha
Filopsofi dasar lainnya yang harus menjadi “ageman” pemimpin jabar yang baru adalah menyiapkan personal vison yang mampu menerjemahkan fenomena perubahan dahsyat. Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan dalam rangka menyiapkan generasi SDM jawa barat yang unggul. Pembangunan infrastruktur yang disebutkan tadi hendaknya duduk dalam mindset sarana bagi wangsa sunda untuk berkarya membangun keunggulan bersaing. Visi membangun generasi unggulan tidak hanya diwujudkan dengan banyaknya sekolah yang dibangun, banyaknya buku yang dicetak atau tumbuhnya lulusan sarjana dan diploma. Namun menjamurnya generasi yang kreatif yang bisa ngigelan jaman dan nganjang ka pageto.
ADVERTISEMENT
Fenoimena Khan Institut, on line learning, membudayanya e-book dan digital leraning harus disikapi sebagai peluang dalam meningkatkan kualitas SDM warga Jabar. Sehingga tidak ada lagi kesenjangan antara wilayah tengah jabar dengan timur dan barat maupun utara dan selatan. Investasi pada satelit, tarif internet yang murah dan mengembangkan sumber energy dan energi listrik terbarukan menjadi prasyarat dasar bagi tumbuhnya generasi yang akan mampu menang bersaing di masa depan. Generasi yang akan mengolah sumber daya alam di tanah pasundan untuk kesejahteraan NKRI.
Hal yang sama berlaku bagi warga jabar yang akan memilih pemimpinnya. Sudah tidak jamannya lagi memilih pemimpin yang tidak kita kenal, baik karyanya maupun “laku lampahnya”. Kita mesti “menguliti” luar dan dalam. Apa ageman-nya, visi dan misi serta karakternya. Sehingga apa yang kita cita-citakan yaitu menuju jabar unggul bisa dicapai dengan adanya kerjasama yang dilandasi Kepercayaan (mutual trust) antar pemimpin dengan rakyatnya. Jangan pilih pemimpin yang lolondokan. Pagi hitam malam putih dan seterusnya. Pemimpin yang tidak punya karakter. Atau yang hanya berkarakter mengejar kekuasaan. Yakinlah hanya dengan leader/ pemimpjn yang unggul, cerdas dan berkarakter melayani (servant leader) yang akan mampu membawa rakyat jawa barat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.
ADVERTISEMENT