Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Dunia di Ambang Jurang: Bencana Iklim yang Tak Dapat Lagi Diabaikan
9 Maret 2025 14:39 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari DANIEL GAGARIN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Perubahan iklim telah menjadi ancaman nyata yang tidak bisa lagi diabaikan. Banjir rob di pesisir Jakarta, siklon tropis di Australia, hingga gelombang dingin ekstrem di Amerika Serikat hanyalah beberapa contoh dari dampak nyata perubahan iklim yang semakin sering terjadi. Fenomena ini tidak hanya mengancam lingkungan tetapi juga kehidupan sosial dan ekonomi global. Artikel ini akan mengulas secara komprehensif kondisi perubahan iklim saat ini, dampaknya, serta solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapinya.
ADVERTISEMENT
Perubahan Iklim dalam Konteks Sejarah
Perubahan iklim bukanlah fenomena baru. Sejak Revolusi Industri, aktivitas manusia telah menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca yang mempercepat pemanasan global. Protokol Kyoto pada tahun 1997 dan Paris Agreement tahun 2015 menjadi tonggak penting dalam upaya global untuk mengurangi emisi. Namun, meskipun berbagai kebijakan telah diterapkan, suhu global terus meningkat dan dampaknya semakin nyata. Menurut Climate Risk Index 2025, lebih dari 765.000 jiwa hilang dan kerugian ekonomi mencapai hampir USD 4,2 triliun akibat bencana cuaca ekstrem antara tahun 1993 hingga 2022.
Dampak Perubahan Iklim di Berbagai Wilayah
Jakarta: Kota yang Terancam Tenggelam
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta memprediksi bahwa banjir rob akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan akibat naiknya permukaan laut dan penurunan tanah yang signifikan. Menurut penelitian dalam Nature Climate Change, permukaan laut di Jakarta telah naik 25 cm sejak tahun 1990, sementara penurunan tanah mencapai 15 cm per tahun. Jika tidak ada tindakan mitigasi yang efektif, Jakarta berisiko mengalami banjir permanen pada tahun 2050.
ADVERTISEMENT
Australia: Siklon yang Menghancurkan
Di Australia, intensitas badai tropis semakin meningkat akibat pemanasan Samudra Pasifik. Siklon Tropis Alfred pada Maret 2025 menyebabkan kerusakan besar di Gold Coast, dengan kecepatan angin mencapai 120 km/jam dan merusak lebih dari 250.000 rumah. Menurut Australian Business Roundtable for Disaster Resilience & Safer Communities, kerugian ekonomi akibat siklon di Australia diperkirakan mencapai AUD 10 miliar per tahun.
Amerika Serikat: Gelombang Dingin Ekstrem
Di Amerika Serikat, gelombang dingin ekstrem yang melanda beberapa wilayah pada Februari 2025 mencatat suhu mencapai -30°C. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) melaporkan bahwa fenomena ini disebabkan oleh pelemahan jet stream akibat pencairan es di Arktik. Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan kesehatan dan kerusakan infrastruktur akibat cuaca ekstrem ini mencapai USD 20 miliar per tahun.
ADVERTISEMENT
Dampak Sosial dan Ekonomi
Perubahan iklim tidak hanya menimbulkan bencana alam tetapi juga berdampak besar pada kehidupan sosial dan ekonomi. Menurut Climate Risk Index, biaya akibat perubahan iklim diperkirakan bisa mencapai USD 38 triliun per tahun pada 2050. Kelompok masyarakat miskin dan komunitas adat menjadi yang paling rentan terhadap dampaknya.
Solusi untuk Mengatasi Perubahan Iklim
Untuk menghadapi krisis ini, diperlukan langkah-langkah konkret:
1. Pengurangan Emisi
2. Konservasi Hutan
3. Adaptasi dan Mitigasi
ADVERTISEMENT
4. Perubahan Gaya Hidup
Inisiatif Global dalam Menanggulangi Perubahan Iklim
Beberapa inisiatif global yang telah diterapkan antara lain:
Kesimpulan: Tindakan Mendesak yang Harus Dilakukan
Bumi berada di ambang kehancuran akibat perubahan iklim yang semakin nyata. Data dan kejadian di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa bencana iklim bukan lagi ancaman masa depan, melainkan krisis yang sedang terjadi saat ini. Tindakan kolektif dan kebijakan yang lebih agresif sangat dibutuhkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Jika kita gagal bertindak, maka bencana yang lebih besar akan mengancam kelangsungan hidup generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
Langkah pertama ada di tangan kita. Penundaan bukanlah pilihan.