Konten dari Pengguna

Menganut Gaya Kepemimpinan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada pada Generasi Z

Dita Nana
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang
9 April 2022 20:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dita Nana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kerajaan, dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kerajaan, dok. pribadi
ADVERTISEMENT
Masuknya teknologi dengan berbagai alat canggih yang serba instan pada adab-21 memberikan pandangan terhadap kemajuan dunia, bergulirnya pembaharuan yang tidak ada hentinya memiliki efek yang cukup besar dengan jangka waktu yang lama dan berkelanjutan terutama pada generasi Z atau milenial.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti yang kita tahu tidak seluruh perkembangan teknologi dapat berdampak baik pada generasi Z. Terlebih pada masa tumbuh kembang remaja yang harus memiliki pedoman atau pemimpin yang dapat ditiru.
Pada kenyataannya di masa sekarang banyak anak milenial yang tidak memiliki skill untuk menjadi pemimpin, hal tersebut bisa saja dikarenakan penggunaan teknologi yang kurang tepat.
Contohnya yaitu menonton kartun yang tidak sesuai umur dan tidak sesuai gender, terlalu asik dengan barang elektronik di sekitarnya sehingga kurang dalam bersosialisasi, korban pergaulan secara online yang menyebabkan anak tidak jujur, kurang mandiri, tidak tegas, sulit untuk mengambil keputusan dan tidak percaya diri.
Dari polemik tersebut, kita dapat mengorek kembali masa sebelum terbentuknya bangsa Indonesia atau kita sebut Nusantara.
ADVERTISEMENT
Seperti Kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu-Buddha, dengan raja yang sangat terkenal di masanya dalam memimpin yaitu Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada.
Kita dapat mengetahui “bagaimana kepemimpinan pada masa Kerajaan Majapahit yang di pimpin oleh Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada?”, “bagaimana tata cara dalam menangani sebuah masalah di Kerajaan Majapahit?”, “kepribadian apa yang dapat kita teladani dari Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada?”, “apa kontribusi yang dapat dilakukan generasi Z dalam meniru gaya kepemimpinan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada?”.
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada. Mahapatih Gajah Mada menjadi orang yang sangat setia dan senantiasa sabar dalam menangani berbagai permasalahan Kerajaan.
ADVERTISEMENT
Karena kesetiaannya yang begitu besar kepada Kerajaan Maja Pahit, Gajah Mada mengucapkan sebuah sumpah atau yang kita kenal sebagai sumpah Amukti Palapa. Sumpah tersebut berbunyi “Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amaukti palapa”.
Artinya “setelah tunduk Nusantara, aku akan beristirahat. Setelah tunduk Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah aku beristirahat”.
Dapat di cermati jika Gajah mada memiliki tekad yang kuat untuk mempersatukan seluruh Nusantara. dan selalu mengajari Raja Hayam Wuruk untuk menjadi orang yang hebat.
Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada selalu diberikan cobaan dalam menata kerajaan. Permasalahan tersebut dapat berjalan dengan baik karena pemikiran yang matang dalam bertindak.
ADVERTISEMENT
Raja Hayam Wuruk, memiliki ketegasan yang luar biasa dalam memutuskan suatu perkara. Sehingga apa yang akan terjadi telah mejadi tanggung jawab dan tidak akan menghindari sebuah masalah.
Lalu apa yang dapat diteladani generasi Z dari kepribadian Raja Hayam Wuruk dan Gajah Mada? hal yang dapat diteladani yaitu dalam memutuskan suatu perkara, kesetiaan, kejujuran, kegigihan, kerja sama yang baik, kematangan dalam berpikir, bertanggung jawab, dan kepercayaan yang seluruhnya dapat di tiru oleh kita sebagai generasi Z yang mumpuni dan lebih cakap terhadap perkembangan dunia.
Contoh kecil dalam meneladani kearifan kepemimpinan Gajah Mada ialah kejujuran, kita sebagai pelajar hendaknya harus berusaha keras untuk belajar sehingga tidak menyontek saat ada tugas.
Selain itu, jika kita diamanahi sebagai bendahara dalam kelas, tidak mengkorupsi uang tersebut dan mengatakan yang sejujurnya. Dengan kata lain, pemimpin yang dimaksud tidak hanya pada saat berkerumun namun pemimpin yang ada pada diri kita sendiri.
ADVERTISEMENT