Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dampak dan Trauma Dari Perang Hitam di Australia
21 Mei 2024 17:08 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Haura Syadza Alfaiha Faradila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Black War (Perang Hitam) adalah konflik kekerasan yang terjadi antara penjajah Eropa dan Masyarakat Aborigin Tasmania dari sekitar tahun 1824 hingga 1832. Salah satu faktor utama terjadinya perang antara masyarakat Aborigin di Tasmaia dengan kolonial inggris yang pada masanya sangat berjaya menguasai hampir seluruh daratan maupun lautan di dunia. ini adalah diskriminasi terhadap ras kulit hitam.
ADVERTISEMENT
Latar Belakang
Penduduk asli Tasmania yaitu suku Aborigin telah tinggal di australia sebelum kedatangan koloni Inggris. Suku Aborigin memiliki budaya dan tradisi yang unik dan berbeda dari budaya lainnya di Australia. Sebelum adanya kolonisasi Inggris, suku Aborigin hidup terisolasi dan berfokus pada hubungan dengan alam dan lingkungan sekitar mereka.
Kolonisasi Inggris di Tasmania dimulai pada tahun 1803 ketika kapal Inggris, HMS Reliance tiba di pulau ini. Kolonisasi Inggris terjadi dikarenakan Inggris ingin memperluas wilayah dan menemukan sumber daya alam untuk mempertahan kekuatan ekonomi dan militer mereka. Selain itu, alasan terpenting pembentukan koloni tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan tempat pembuangan narapidana. Awalnya, kolonisasi Inggris di tasmania hanya berupa penempatan beberapa ratus orang Inggris tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk Inggris mulai meningkat dan menguasai wilayah penduduk asli Tasmania yaitu suku Aborigin. Sehingga terjadi konflik antara suku Aborigin dan koloni Inggris dimana Inggris melakukan penghancuran budaya penduduk asli dan pengusiran mereka dari wilayah mereka.
ADVERTISEMENT
Black War
Black War (Perang Hitam) yang terjadi di Tasmania adalah konflik yang berlangsung dari 1824 hingga 1831 antara penduduk asli Tasmania yaitu suku Aborigin, dan koloni Inggris. Konflik ini adalah bagian dari serangkaian konflik yang terjadi di Australia, yang dikenal sebagai Perang Perbatasan (Frontier Wars), yang berlangsung lebih dari 100 tahun lalu dan melibatkan pemukim kolonial dan masyarakat adat/pribumi.
Penduduk asli Tasmania telah tinggal di pulau ini sebelum kedatangan koloni Inggris. Mereka memiliki budaya dan tradisi yang unik dan berbeda dari budaya lainnya di Australia. Namun, ketika koloni Inggris tiba, mereka mulai menguasai wilayah penduduk asli dan menghilangkan kebudayaan mereka.
Penduduk asli Tasmania berjuang untuk mempertahankan tanah mereka dengan cara berbeda-beda. Mereka melakukan perlawanan terhadap koloni Inggris, termasuk serangan, pembunuhan, dan penculikan. Tidak hanya itu, mereka juga melakukan perlawanan secara psikologis, seperti mengganggu kegiatan koloni Inggri dan menghancurkan infrastruktur mereka.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, Koloni Inggris melakukan serangan dengan menggunakan kekuatan militer dan teknologi untuk menguasai wilayah penduduk asli. Mereka melakukan pembunuhan beramai-ramai, penculikan, dan pengusiran penduduk asli dari wilayah mereka. Tidak hanya itu, Mereka juga melakukan kekerasan seksual terhadap wanita-wanita suku Aborigin.
ADVERTISEMENT
Dampak dan Trauma
Dari peristiwa ini, banyak sekali korban dari pihak koloni Australia dan suku Aborigin itu sendiri. Tingkat kekerasan dari kedua belah pihak begitu hebat, hingga banyak orang Aborigin yang tewas, dan beberapa klan Aborigin hampir musnah. Sehingga membuat beberapa masyarakat suku aborigin yang masih ada trauma dan ketakutan terhadap kejadian dari perang tersebut. Tidak hanya itu, hingga saat ini masayarakat suku Aborigin masih meperjuangkan hak-haknya untuk diakui sebagai warga negara dan tidak ada yang mengakui perjuangan dari suku Aborigin secara resmi yang melakukan perlawanan terhadap hak wilayah mereka.
Kesimpulan
Peristiwa Black War (Perang Hitam) yang menggambarkan konflik kekerasan antara penduduk asli Tasmania, suku Aborigin, dan koloni Inggris. Konflik ini berlangsung dari tahun 1824 hingga 1831 dan merupakan bagian dari serangkaian konflik yang terjadi di Australia, dikenal sebagai Perang Perbatasan. Penduduk asli Tasmania berjuang untuk mempertahankan tanah dan kebudayaan mereka dari koloni Inggris yang menggunakan kekuatan militer dan teknologi untuk menguasai wilayah tersebut. Dalam perang ini mengakibatkan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak, dengan tingkat kekerasan yang sangat tinggi. Pembantaian, penculikan, dan pengusiran penduduk asli dari wilayah mereka merupakan beberapa dampak tragis dari konflik ini. Lebih dari sekedar kehilangan nyawa, perang ini juga menyebabkan kerugian yang mendalam terhadap budaya dan sejarah suku Aborigin, dengan penghancuran tradisi, tempat ibadah, dan penggantian budaya mereka dengan budaya orang kulit putih. Dampak traumatis dari Perang Hitam masih dirasakan oleh masyarakat suku Aborigin hingga saat ini. Banyak di antara mereka yang mengalami trauma dan ketakutan akan peristiwa tersebut, sementara upaya untuk mengakui dan menghormati perjuangan mereka dalam mempertahankan hak-hak mereka masih terus berlangsung. Perang Hitam adalah pengingat yang menyakitkan akan kesengsaraan dan ketidakadilan yang dialami oleh suku Aborigin di Tasmania, serta pentingnya pengakuan dan pemulihan atas sejarah dan budaya mereka.
ADVERTISEMENT