Konten dari Pengguna

Dampak Kecerdasan Buatan pada Masa Depan Pekerjaan: Peluang dan Tantangan

Miftahul Huda
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Andalas
10 September 2024 14:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Miftahul Huda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by freepik
zoom-in-whitePerbesar
Image by freepik
ADVERTISEMENT
Kecerdasan Buatan (AI) telah menjadi salah satu teknologi paling transformatif di era modern, mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi. Artikel ini akan membahas dampak AI terhadap masa depan pekerjaan, dengan fokus pada peluang dan tantangan yang muncul, berdasarkan data dan penelitian terkini.
ADVERTISEMENT
1. Transformasi Lanskap Pekerjaan
Menurut laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2020, hingga tahun 2025:
Data ini menunjukkan bahwa meskipun ada kekhawatiran tentang hilangnya pekerjaan, AI juga berpotensi menciptakan lebih banyak pekerjaan baru.
2. Peluang yang Muncul
a. Peningkatan Produktivitas
Sebuah studi oleh Accenture pada tahun 2022 menemukan bahwa AI berpotensi meningkatkan produktivitas tenaga kerja hingga 40% pada tahun 2035. Ini bisa menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan menciptakan peluang baru di berbagai sektor.
b. Pekerjaan Baru yang Muncul
McKinsey Global Institute memproyeksikan bahwa 8-9% dari tenaga kerja pada tahun 2030 akan bekerja dalam kategori pekerjaan yang belum ada sebelumnya. Ini termasuk pekerjaan seperti:
ADVERTISEMENT
c. Peningkatan Keselamatan Kerja
Implementasi AI dalam industri berbahaya seperti pertambangan dan konstruksi dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja. Menurut laporan PwC, penggunaan AI dan robotika dapat mengurangi kecelakaan kerja hingga 30-40% di sektor-sektor berisiko tinggi.
3. Tantangan yang Dihadapi
a. Kesenjangan Keterampilan
Laporan IBM Institute for Business Value menunjukkan bahwa 120 juta pekerja di 12 ekonomi terbesar dunia mungkin perlu dilatih ulang dalam tiga tahun ke depan karena AI dan otomatisasi. Ini menimbulkan tantangan besar dalam hal pendidikan dan pelatihan ulang tenaga kerja.
b. Polarisasi Pekerjaan
Studi dari OECD menunjukkan bahwa AI cenderung meningkatkan polarisasi pekerjaan, dengan peningkatan permintaan untuk pekerjaan berketerampilan tinggi dan rendah, sementara pekerjaan berketerampilan menengah mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
c. Etika dan Privasi
Penggunaan AI dalam pengambilan keputusan terkait pekerjaan menimbulkan masalah etika dan privasi. Sebuah survei oleh Gartner menemukan bahwa 75% organisasi akan memasukkan bias AI dalam daftar risiko perusahaan mereka pada tahun 2024.
4. Strategi untuk Menghadapi Perubahan
a. Pembelajaran Seumur Hidup
World Economic Forum menekankan pentingnya pembelajaran seumur hidup, dengan memperkirakan bahwa 50% dari semua karyawan akan membutuhkan peningkatan keterampilan atau pelatihan ulang pada tahun 2025.
b. Kolaborasi Manusia-AI
Deloitte menyarankan bahwa masa depan pekerjaan akan lebih fokus pada kolaborasi manusia-AI daripada penggantian total. Mereka memperkirakan bahwa 60% organisasi akan menggunakan AI untuk melengkapi keterampilan manusia pada tahun 2025.
c. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah perlu mengambil peran aktif dalam mengatasi tantangan ini. Misalnya, Singapura telah meluncurkan inisiatif "SkillsFuture" yang menyediakan dana untuk pelatihan keterampilan seumur hidup bagi warganya.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Dampak AI pada masa depan pekerjaan adalah kompleks dan multifaset. Meskipun ada tantangan yang signifikan, terutama dalam hal adaptasi tenaga kerja dan kesenjangan keterampilan, ada juga peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan produktivitas, dan penciptaan pekerjaan baru yang menarik.
Kunci untuk menghadapi perubahan ini adalah kolaborasi antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan untuk memastikan bahwa tenaga kerja siap menghadapi era AI. Dengan persiapan yang tepat, kita dapat memanfaatkan potensi AI untuk menciptakan masa depan pekerjaan yang lebih produktif, aman, dan memuaskan bagi semua.