Konten dari Pengguna

Apa itu Perkembangan Konsep Diri, Moral, Nilai, Sikap, dan Kreativitas?

Indi Sofwatun Nisa
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
27 Oktober 2024 15:02 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indi Sofwatun Nisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar Pexels.com
ADVERTISEMENT
Perkembangan Konsep Diri
Sejak lahir, manusia tidak memiliki konsep diri yang sama. Pada kenyataannya, seseorang dilahirkan tanpa penilaian terhadap dirinya sendiri, kesadaran akan siapa dirinya sendiri, dan harapan untuk dirinya sendiri. Dengan demikian, perspektif seseorang dibentuk oleh proses belajar dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Pengalaman, tempat tinggal, dan pola asuh orang tua sangat memengaruhi pembentukan konsep diri seseorang. Pengalaman orang tua, sikap, dan respons mereka, serta pengalaman mereka sendiri, akan memengaruhi pembentukan konsep diri seseorang. Mereka yang memiliki konsep diri yang positif memiliki peluang yang lebih besar untuk berhasil karena mereka optimis, berani mencoba hal-hal baru, percaya diri, antusias, dan sadar akan nilai mereka sendiri. Sebaliknya, mereka yang memiliki konsep diri yang negatif memiliki peluang yang lebih rendah untuk berhasil karena mereka kurang percaya diri dan tidak percaya diri. da tiga jenis konsep diri, menurut Atwater (1984), yang dikutip oleh Desmita (2009) dalam Marliani (2016).
ADVERTISEMENT
1. Body image adalah gambar tubuh, yaitu cara seseorang melihat dirinya sendiri.
2. Ideal self, yaitu nilai dan harapan seseorang tentang dirinya sendiri.
3. Social self, atau bagaimana orang lain melihat dirinya.
Konsep Individu tentang Tingkah Laku, konsep diri seseorang sangat memengaruhi perilaku seseorang, karena perilaku seseorang merupakan representasi dari pandangan mereka tentang diri mereka sendiri, yang berarti bahwa tindakan seseorang akan mencerminkan pandangan tersebut. Jika seseorang percaya bahwa dia tidak memiliki kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas, tindakannya akan sebanding dengan ketidakmampuan tersebut.
Moral
Secara etimologis, moral berasal dari kata latin "Mos" (jamak: more) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, dan "mores" dalam bahasa yunani berarti "etos." Dalam bahasa Indonesia, kata "moral" berarti "aturan kesusilaan" atau suatu istilah yang mendefinisikan batas-batas sifat peran lain, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dianggap baik, Secara umum, pengertian moral adalah aturan yang harus diikuti setiap orang ketika berinteraksi dengan orang lain sehingga mereka dapat saling menghormati dan menghormati. Lawrence Kohlburg mengatakan bahwa teori moral individu diukur berdasarkan perkembangan penalaran moralnya, yang merupakan dasar perilaku etis. Teori ini menyatakan bahwa penalaran moral memiliki tingkat perkembangan moral yang ditetapkan, yaitu tingkat berikut:
ADVERTISEMENT
1. Tingkat Prakonvensional
Ini adalah tingkat penalaran moral yang belum konvensional. Orang-orang di tingkat ini menilai moralitas berdasarkan tingkah laku mereka saat ini dan mengambil keputusan berdasarkan akibatnya. Pada tingkat prakonvesional, ada tahap awal di mana individu berkonsentrasi pada akibat langsung dari tindakan yang dilakukan.
2. Tingkat Konvensional
Anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok, atau negara tanpa mempertimbangkan akibat yang nyata. Pada tingkat konvensional, ada dua tahap: orientasi hukuman dan ketertiban dan orientasi kesepakatan antara pribadi, juga dikenal sebagai orientasi "anak manis".
3. Tingkat Pascakonvensional
Ini adalah tingkat pemahaman yang jelas tentang prinsip dan nilai moral yang sah dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau individu yang memegang prinsip tersebut, dan terlepas dari identitas mereka dengan kelompok tersebut. Ada dua tahap dalam proses ini. Pada tahap Orientasi Kontrak Sosial Legalitas, perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan disepakati oleh masyarakat secara keseluruhan. Pada Tahap Orientasi Prinsip Etika Universal, hak ditentukan secara internal berdasarkan prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri, yaitu komprehensivitas, universalitas, dan konsistensi logis.
ADVERTISEMENT
3. Tingkat Pascakonvensional: Ini adalah tingkat pemahaman yang jelas tentang prinsip dan nilai moral yang sah dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau individu yang memegang prinsip tersebut, dan terlepas dari identitas mereka dengan kelompok tersebut. Ada dua tahap dalam proses ini. Pada tahap Orientasi Kontrak Sosial Legalitas, perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan disepakati oleh masyarakat secara keseluruhan. Pada Tahap Orientasi Prinsip Etika Universal, hak ditentukan secara internal berdasarkan prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri, yaitu komprehensivitas, universalitas, dan konsistensi logis.
Nilai
Definisi nilai oleh Spranger adalah salah satu dari banyak definisi nilai yang diberikan oleh para ahli. Nilai, menurut Spranger, didefinisikan sebagai suatu sistem yang disusun oleh individu untuk memungkinkan mereka untuk mempertimbangkan dan membuat keputusan alternatif dalam situasi sosial tertentu. Nilai, misalnya, adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan bermanfaat bagi manusia atau sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya, menurut kamus bahasa Indonesia. Nilai etik, misalnya, adalah nilai untuk manusia sebagai individu yang utuh, seperti kejujuran, yang berkaitan dengan akhlak, benar dan salah yang dianut oleh sekelompok orang. Menurut Spranger, nilai itu terdiri dari enam jenis:
ADVERTISEMENT
1. Nilai Teori atau Nilai Keilmuan: berdasarkan rasionalitas.
2. Nilai Ekonomi: mempertimbangkan apakah tindakannya menghasilkan keuntungan finansial.
3. Nilai Sosial atau Nilai Solidaritas: tanpa mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi terhadap dirinya sendiri.
4. Nilai Agama: kepercayaan bahwa sesuatu itu benar menurut ajaran agama.
5. Nilai Seni: pertimbangan bahwa sesuatu itu benar menurut ajaran agama.
6. Nilai Politik, juga dikenal sebagai Nilai Kuasa, adalah pertimbangan tentang apa yang baik atau buruk untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya.
Sikap
Sikap adalah komponen psikologis individu yang sangat penting karena sikap menentukan kecenderungan seseorang untuk berperilaku. Faktor laten yang mendasari, mengarahkan, dan memengaruhi perilaku adalah sikap. Menurut LL. Thursione, sikap didefinisikan sebagai tingkat kecenderungan positif atau negatif yang terkait dengan fenomena psikologis. Simbol, kata-kata, slogan, individu, organisasi, gagasan, dan lainnya termasuk dalam kategori objek psikologis ini.  Dalam perspektif ini, kecenderungan untuk melakukan klasifikasi dan kategorisasi.
ADVERTISEMENT
Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk memahami masalah dan tantangan dalam hidup mereka, membuat hipotesis baru, berbagi hasil, dan mengubah dan menguji hipotesis yang telah dibuat. Untuk melakukan semua itu, lingkungan harus memberikan dorongan yang didasarkan pada potensi kreatif yang telah ada dalam dirinya. Dengan demikian, ada saling menunjang antara faktor lingkungan dan potensi kreatif yang telah dimiliki sehingga individu yang bersangkutan dapat meningkatkan kreativitasnya dengan lebih cepat. Menurut Clark (1988), pendekatan terhadap kreativitas menggunakan pendekatan holistik untuk menjelaskan konsep kreativitas dengan berdasarkan pada kemampuan berpikir, merasa, mengindra, dan intuisi. Clark berpendapat bahwa kreativitas adalah kombinasi dari kemampuan thinking, feeling, sensing, dan intuiting.
1. Thinking adalah berpikir rasional yang dapat diukur dan dikembangkan melalui latihan dan latihan.
ADVERTISEMENT
2. Feeling menunjuk pada suatu tingkat kesadaran yang melibatkan aspek emosional.
3. Sensing menunjuk pada situasi ketika bakat yang ada digunakan untuk membuat produk baru yang dapat dilihat atau didengar oleh orang lain.
4. Intuiting menuntut adanya tingkat kesadaran yang tinggi. Ini dicapai melalui membayangkan, berfantasi, dan terobosan ke area prasadar dan tak sadar.