Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Isu Piala Dunia U-20 di Indonesia Batal karena Tolak Tim Israel, Sudah Tepatkah?
29 Maret 2023 6:03 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari FITHA AYUN LUTVIA NITHA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seharusnya tahun 2023 ini, menjadi kesempatan pertama kalinya Indonesia sebagai tuan rumah turnamen Piala Dunia U-20 di tahun 2023 ini. Sebanyak 24 tim dari sejumlah negara akan tampil pada pertandingan FIFA di Indonesia, termasuk Israel.
ADVERTISEMENT
Sementara 23 tim lainnya lolos melalui enam kompetisi antar benua masing-masing. Indonesia sebagai tuan rumah secara otomatis lolos ke putaran final dalam turnamen yang akan diselenggarakan pada tanggal 20 Mei hingga 11 Juni 2023.
Namun beriringan dengan itu, media Indonesia juga dihebohkan dengan aksi demonstrasi ratusan aktivis Muslim atas penolakan kedatangan tim Piala Dunia U-20 Israel ke Indonesia. Atas peristiwa tersebut dikabarkan menjadi pemicu FIFA membatalkan penyelenggaraan turnamen bergengsi tersebut di Indonesia. Lantas apakah sudah tepat langkah penolakan terhadap tim Israel?
Isu Demonstrasi Piala Dunia Indonesia Tolak Israel
Sejumlah komunitas muslim Indonesia tersebut melangsungkan unjuk rasa di Jakarta sejak tanggal 20 Maret 2023. Demo tersebut bertujuan untuk menuntut pemerintah menolak partisipasi tim Israel di Piala Dunia FIFA U-20 mendatang, yang akan diselenggarakan oleh Indonesia antara 20 Mei dan 11 Juni 2023.
ADVERTISEMENT
Kisaran 500 orang demonstran mendesak pemerintah Indonesia untuk tidak menerima kedatangan tim dari negara yang hingga kini masih berkonflik dengan Palestina. Dalam demonstrasi ini, massa membawa sejumlah poster berisi penolakan antara lain “Tolak Timnas Sepakbola Israel U20 di Indonesia”, #Free Palestine, dan “Say no to Israel team”.
Indonesia Menolak Penuh Segala Bentuk Penjajahan
Menurut sejumlah tokoh Indonesia, Israel sendiri hingga kini dikenal sebagai negara penjajah, hal ini tentunya tidak sesuai dengan UUD 1945 Indonesia. Tepatnya pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Maka sudah selayaknya negara menolak kedatangan Israel terlebih Indonesia merupakan salah satu negara yang tak mengakui kemerdekaan Israel akibat pendudukan Tel Aviv di wilayah Palestina. Sejauh ini Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sebagaimana kebijakan anti kolonialisme yang tertuang dalam UUD 1945.
ADVERTISEMENT
Bahkan Menteri Luar Negeri kita Retno Marsudi pernah berpesan "Sampai Palestina benar-benar bisa menjadi negara merdeka Indonesia akan berdiri teguh dalam solidaritas dengan saudara-saudara Palestina kita dan saudara perempuan," jelasnya di sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-77 di New York, September tahun lalu.
Sejarah Penolakan Israel oleh Indonesia
Dahulu ketika pemerintahan Presiden Soekarno, tim nasional Indonesia menolak pertandingan melawan Israel pada kualifikasi Piala Dunia 1958. Peristiwa itu terjadi pada 1957 ketika Indonesia seharusnya bertemu Israel di babak playoff Piala Dunia 1958. Namun Indonesia memilih mundur usai permintaan laga digelar di tempat netral ditolak oleh FIFA. Penolakan Indonesia terhadap Israel juga terulang kembali pada Asian Games 1962 di Jakarta. Lantas apakah di ajang Piala Dunia U-20 kali ini, Indonesia akan menolak Israel lagi?
ADVERTISEMENT
Tanggapan Sejumlah Pejabat Indonesia
Atas isu penolakan, serta seruan demonstrasi masyarakat Senin (20/3) lalu, ternyata ada juga sejumlah Anggota DPR turut andil meminta pemerintah untuk menolak kehadiran tim nasional Israel. Seperti salah satunya adalah Nasi Djamil Anggota Komisi III DPR mengharapkan untuk konsisten menolak Israel di ajang Piala Dunia U-20, sebagai bentuk dukungan kemerdekaan atas Palestina, sesuai dengan kandungan UUD 1945 yakni menolak segala bentuk penjajahan.
Selain itu Pelaksana Tugas Menteri Pemuda dan Olahraga, Muhadjir Effendy, mengatakan pemerintah tengah berusaha mencari kompromi bagaimana agar Piala Dunia U-20 tetap berlangsung, tanpa mengingkari amanat konstitusi.
“Artinya kita berusaha mencari kompromi bagaimana hal tersebut betul-betul sesuai dengan napas, semangat dan pesan moral di balik UUD 1945,” ujar Muhadjir kepada sejumlah media.
ADVERTISEMENT
Muhadjir meyakini akan ada jalan tengah di balik pro-kontra rencana kedatangan tim sepakbola Israel. Oleh sebab itu, pemerintah masih melakukan pengkajian.
“Pasti akan ada jalan tengah. Ini sedang proses, Menkopolhukam (Menteri Koordinasi Politik Hukum dan Keamanan) sedang rapat dan juga Menteri Luar Negeri. Pasti ada jalan tengah,” ujar Muhadjir.
Sementara itu, wali kota Solo sekaligus putra sulung Presiden Indonesia, Gibran Rakabuming menyatakan sikap tegas atas isu pembatalan laga piala dunia. Kota Solo siap menampung penyelenggaraan FIFA U-20, apabila Bali menolak. "Kalau kedatangan Israel dipermasalahkan, harusnya protes dari dulu. Kenapa baru sekarang?" tegas Gibran Selasa (28/3) kepada sejumlah media.
Selaras dengan putranya, Presiden RI Joko Widodo harapkan masyarakat untuk tidak mecampuradukan Olahraga dengan Politik. Maka dengan itu, Jokowi mengambil keputusan untuk tetap menerima tim Israel dalam ajang FIFA 2023.
ADVERTISEMENT
Tanggapan Duta Besar Palestina dan Pandangan Islam
Menengahi pro-kontra terkait penolakan tim Israel dalam Piala Dunia U-20 Indonesia, Zuhair Al-Shun selaku Duta Besar Palestina untuk Indonesia justru berpendapat lain. Palestina sendiri justru memahami posisi Indonesia selaku tuan rumah. Israel lolos ke ajang tersebut secara sah dan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka sudah selayaknya mereka tampil di ajang Piala Dunia U-20 2023 ini. Dan untuk Indonesia sendiri Zuhair menegaskan meskipun nantinya Indonesia mengizinkan Israel ikut serta, dukungan Indonesia atas Palestina tidak akan pernah berubah. Negara Indonesia disebutnya selalu konsisten dan teguh dalam mendukung isu Palestina.
Pendapat tersebut dinilai sudah tepat, selaras dengan kandungan Quran Surat Mumtahanah ayat 8-9.
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
ADVERTISEMENT
Artinya: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil” (QS Al-Mumtahanah: 8).
Imam Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin Husain at-Taimi atau Fakhruddin ar-Razi (w. 606 H), menafsirkan ayat ini menjadi dasar untuk berbuat baik kepada pemeluk agama lain. Bentuk perbuatan baik itu, misalnya, adalah dengan cara memperlakukan mereka secara adil, berinteraksi dengan baik, tidak mengganggu keberadaan, dan saling tolong-menolong. (Imam Fakhruddin ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Bairut, Darul Ihya at-Turatsi: 1999], juz X, h. 520).
Melalui penafsiran di atas dapat kita pahami bahwa berbuat baik dan bersikap toleran, serta menjalin pergaulan dengan pemeluk agama lain, merupakan ajaran Islam yang sesungguhnya. Membangun kerukunan dengan pemeluk agama lain dengan cara memberlakukan mereka dengan baik, sopan, adil, dan bijaksana termasuk wujud pengamalan pesan Al Quran.
ADVERTISEMENT
Kemudian dalam ayat ke 9:
اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Artinya : Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim (QS Al-Mumtahanah: 9).
Menurut penafsiran Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an yakni dari Ustaz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I. menjelaskan dari ayat tersebut menilai mereka inilah orang-orang yang kita dilarang Allah SWT memberikan kecintaan, pembelaan baik dengan ucapan maupun perbuatan. Adapun perbuatan baikmu dan ihsanmu yang tidak termasuk berwala’ kepada kaum musyrikin, maka Allah SWT tidaklah melarangnya, bahkan yang demikian termasuk ke dalam keumuman perintah berbuat ihsan kepada kerabat dan manusia lainnya. Kezaliman ini tergantung tingkat wala’ yang diberikannya, jika sempurna (seperti menolong mereka memerangi agama Islam dan kaum muslimin) maka dapat menjadikannya keluar dari Islam, namun jika di bawahnya, maka ada yang berat, dan ada yang di bawahnya.
ADVERTISEMENT
Melihat kedua penjelasan ayat di atas tentunya sudah jelas sebagai umat muslim ketika kita tahu akan pentingnya menegakkan keadilan. Maka, tidak perlu lagi diperdebatkan perihal penerimaan kedatangan tim Israel karena secara sah mereka telah lolos sesuai dengan aturan yang berlaku.
Namun terlepas dari itu, mengenai dukungan terhadap Palestina sudah sepatutnya dalam hal ini, Indonesia harus konsisten mendukung Palestina yakni menentang segala bentuk kekejaman penjajahan Israel.