Konten dari Pengguna

Humor Sebagai Peran dalam Menjaga Kesehatan Mental Agar Tetap Stabil

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
13 Oktober 2024 10:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan, setiap orang pasti menghadapi tantangan, ketidakpastian, dan kerumitan yang berbeda-beda. Namun, tidak semua orang memiliki cara yang sama dalam menyikapi masalah tersebut. Ada yang mudah tertekan dan merasa beban hidup menjadi semakin berat, sementara yang lain, meskipun hidupnya rumit, tetap mampu tertawa. Fenomena ini menarik untuk dibahas dari sudut pandang psikologi karena mencerminkan mekanisme unik dalam menghadapi stres.
ADVERTISEMENT
1. Keterhubungan antara Humor dan Stres
Menurut berbagai studi psikologi, humor adalah salah satu mekanisme pertahanan yang digunakan manusia untuk mengatasi situasi sulit. Orang yang sering tertawa cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik dalam meredam emosi negatif yang muncul akibat tekanan hidup. Tertawa tidak hanya memberikan perasaan lega secara emosional tetapi juga membantu seseorang melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda, membuat masalah terasa lebih ringan.
Menurut teori “Cognitive Reappraisal” dalam psikologi, seseorang yang menggunakan humor cenderung melakukan proses evaluasi ulang terhadap situasi yang dialami. Alih-alih menganggap masalah sebagai sesuatu yang mengancam, mereka dapat melihatnya sebagai bagian dari pengalaman hidup yang bisa dihadapi dengan sikap positif. Hal ini membantu mengurangi dampak negatif dari stres.
ADVERTISEMENT
2. Manfaat Psikologis Tertawa di Tengah Kerumitan
Tertawa memiliki efek terapeutik, baik bagi kesehatan fisik maupun mental. Dalam psikologi positif, tertawa sering dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan mental. Ketika seseorang tertawa, tubuh melepaskan endorfin, zat kimia yang memicu perasaan senang dan mengurangi rasa sakit. Bahkan di tengah hidup yang rumit, tertawa dapat memberikan momen jeda dari pikiran-pikiran berat, seolah-olah memberi sinyal kepada otak bahwa segalanya masih bisa diatasi.
Selain itu, tertawa juga bisa mengurangi hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Kedua hormon ini biasanya dilepaskan saat seseorang mengalami tekanan atau kecemasan. Dengan tertawa, seseorang dapat menurunkan level hormon-hormon ini, yang secara otomatis akan membuat tubuh dan pikiran lebih rileks.
3. Mekanisme Coping: Humor sebagai Alat Pertahanan
ADVERTISEMENT
Menurut Sigmund Freud, humor adalah salah satu bentuk “defense mechanism” atau mekanisme pertahanan diri yang sehat. Individu yang dapat melihat sisi lucu dari situasi sulit biasanya memiliki coping mechanism yang lebih baik. Coping adalah cara individu beradaptasi dengan stres atau masalah yang muncul dalam hidup. Dalam psikologi, ada berbagai bentuk coping, seperti problem-focused coping (berfokus pada pemecahan masalah) dan emotion-focused coping (berfokus pada pengelolaan emosi).
Tertawa bisa dikategorikan sebagai emotion-focused coping. Artinya, seseorang yang sering tertawa mungkin tidak secara langsung menyelesaikan masalahnya, tetapi ia berhasil mengendalikan perasaan negatif yang muncul akibat masalah tersebut. Ini adalah cara sehat untuk menjaga keseimbangan emosi, sehingga individu tersebut tidak mudah terjebak dalam perasaan putus asa atau cemas yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
4. Hubungan antara Optimisme dan Humor
Humor juga sering dikaitkan dengan optimisme. Orang yang gampang tertawa cenderung memiliki pandangan hidup yang lebih optimis. Mereka mungkin sadar bahwa hidup itu rumit, tetapi mereka juga percaya bahwa setiap masalah pasti ada solusinya. Optimisme ini mendorong seseorang untuk terus maju dan tidak menyerah ketika menghadapi tantangan.
Dalam teori psikologi “Learned Optimism” yang dikembangkan oleh Martin Seligman, orang yang optimis memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang yang pesimis. Mereka memandang kegagalan sebagai sesuatu yang bersifat sementara dan spesifik, bukan permanen dan menyeluruh. Humor dapat membantu seseorang mempertahankan pola pikir ini, karena dengan tertawa, mereka mengingatkan diri sendiri bahwa tidak semua hal dalam hidup harus diperlakukan dengan keseriusan mutlak.
ADVERTISEMENT
5. Humor dan Kesehatan Mental
Meskipun hidup terasa rumit, orang yang gampang tertawa cenderung lebih terlindungi dari gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Ini karena tertawa membantu menjaga keseimbangan kimia dalam otak, yang penting untuk menjaga suasana hati tetap stabil. Namun, penting juga untuk mengenali bahwa tertawa bukan berarti mengabaikan masalah. Orang yang mudah tertawa mungkin menggunakan humor sebagai alat untuk menjaga jarak emosional dari masalah, sehingga mereka bisa menanganinya dengan lebih baik tanpa merasa terbebani.
Namun, psikologi juga mengingatkan akan adanya “gelapnya” humor. Beberapa orang menggunakan humor sebagai bentuk “masking,” di mana mereka tertawa untuk menyembunyikan perasaan sakit atau kesedihan yang sebenarnya. Ini bisa menjadi tanda coping yang tidak sehat, di mana individu menghindari konfrontasi dengan masalah nyata dengan cara terus-menerus bercanda atau menertawakan segala hal. Oleh karena itu, penting untuk seimbang dalam menggunakan humor sebagai alat coping.
ADVERTISEMENT