Konten dari Pengguna

Tidak Semua Perlu Tahu: Mengapa Penting untuk Tidak Oversharing?

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
9 September 2024 11:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
Di era media sosial dan keterbukaan informasi, ada kecenderungan meningkat untuk berbagi hal-hal pribadi secara berlebihan, atau yang dikenal dengan istilah “oversharing.” Oversharing, dalam konteks ini, adalah tindakan berbagi informasi pribadi yang seharusnya disimpan untuk diri sendiri atau hanya dibicarakan dengan orang-orang terpercaya. Meskipun ada dorongan untuk bercerita kepada banyak orang, oversharing dapat membawa dampak negatif, baik secara sosial maupun mental. Artikel ini akan membahas secara rinci mengapa oversharing sebaiknya dihindari, dampak yang mungkin timbul, serta cara menjaga keseimbangan dalam berbagi informasi pribadi.
ADVERTISEMENT
1. Memahami Batas Privasi
Privasi adalah hak dasar setiap individu. Tidak semua aspek hidup kita perlu diketahui oleh orang lain, apalagi oleh mereka yang belum tentu memiliki kepentingan untuk mengetahuinya. Menjaga batas privasi berarti kita berhak menentukan informasi mana yang patut dibagikan dan mana yang sebaiknya disimpan untuk diri sendiri. Ketika seseorang oversharing, mereka sering kali melewati batas-batas ini dan berpotensi membuka ruang untuk manipulasi, gosip, atau bahkan perundungan.
Salah satu alasan orang cenderung oversharing adalah untuk mendapatkan validasi atau dukungan emosional dari orang lain. Namun, tidak semua orang mampu atau layak memberikan respon yang tepat. Ketika informasi yang sensitif terungkap ke khalayak luas, kontrol atas narasi tersebut hilang, dan hal ini bisa memicu dampak negatif yang tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT
2. Bahaya Oversharing di Media Sosial
Media sosial telah menciptakan ruang untuk berbagi secara mudah dan cepat, namun ini juga menjadi lahan subur bagi oversharing. Banyak pengguna merasa bahwa berbagi cerita pribadi—mulai dari masalah percintaan, keuangan, hingga kesehatan mental—di media sosial dapat mendatangkan simpati atau dukungan. Sayangnya, ruang digital bukanlah tempat yang aman untuk informasi pribadi, karena segala sesuatu yang dibagikan di internet bisa dengan cepat menyebar dan tidak mudah dikendalikan.
Bahaya lain dari oversharing di media sosial adalah terjebak dalam echo chamber—situasi di mana kita hanya mendapatkan respon yang mendukung atau memvalidasi tindakan kita, tanpa adanya kritik konstruktif. Hal ini bisa memperkuat persepsi keliru tentang diri kita sendiri atau situasi yang sedang dihadapi.
ADVERTISEMENT
3. Dampak Negatif Oversharing
Berikut beberapa dampak negatif yang mungkin timbul akibat oversharing:
• Kerentanan terhadap Manipulasi: Ketika kita memberikan terlalu banyak informasi pribadi, kita memberi orang lain kesempatan untuk memanipulasi atau memanfaatkan kelemahan kita.
• Kehilangan Kepercayaan Diri: Oversharing sering kali menjadi sinyal ketidakmampuan untuk mengendalikan diri atau mengatasi masalah sendiri. Hal ini bisa membuat orang lain meragukan kemampuan kita dalam menjaga rahasia atau kepercayaan.
• Perundungan dan Gosip: Informasi yang terlalu pribadi dapat menjadi bahan gosip di lingkungan sosial atau tempat kerja. Bahkan hal-hal yang diungkapkan dengan niat baik bisa dipelintir atau disalahartikan.
• Tekanan Sosial: Orang yang oversharing mungkin akan merasa tekanan untuk terus berbagi setiap perkembangan terbaru dalam hidup mereka, seolah-olah mereka berhutang kepada orang-orang di sekitarnya untuk terus memperbaharui informasi tentang kehidupan pribadi mereka.
ADVERTISEMENT
4. Menjaga Kesehatan Mental
Salah satu alasan penting untuk berhenti oversharing adalah demi menjaga kesehatan mental. Ketika terlalu banyak informasi pribadi tersebar, kita rentan terhadap stres, kecemasan, bahkan rasa malu atau penyesalan. Menjaga hal-hal yang bersifat pribadi dalam lingkaran yang kecil dan terpercaya dapat membantu kita merasa lebih aman secara emosional.
Selain itu, berbagi terlalu banyak masalah secara publik juga bisa membuat kita lebih sulit untuk menyelesaikan masalah tersebut. Oversharing bisa memunculkan reaksi yang tidak diharapkan, seperti kritik tajam atau komentar yang tidak mendukung, yang pada akhirnya memperburuk kondisi mental kita.
5. Cara Menghindari Oversharing
Menghindari oversharing bukan berarti kita tidak boleh berbagi cerita atau emosi kepada orang lain, namun penting untuk mengetahui batas-batas yang sehat. Berikut beberapa tips untuk menghindari oversharing:
ADVERTISEMENT
• Tentukan Lingkaran Kepercayaan: Pilihlah orang-orang yang benar-benar bisa dipercaya untuk berbagi cerita pribadi. Biasanya, mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan kita dan telah terbukti memberikan dukungan positif.
• Pikirkan Dampaknya: Sebelum berbagi sesuatu, pertimbangkan dampaknya. Apakah informasi ini perlu diketahui oleh orang lain? Apakah membagikannya akan mendatangkan manfaat atau malah menimbulkan masalah?
• Jangan Berbagi Saat Emosi Tinggi: Ketika sedang marah, sedih, atau frustasi, kita lebih rentan untuk oversharing. Cobalah menenangkan diri terlebih dahulu sebelum memutuskan apakah informasi tersebut layak dibagikan.
• Pisahkan Ruang Publik dan Privat: Hindari berbagi hal-hal yang terlalu pribadi di media sosial atau di depan orang-orang yang tidak begitu dikenal. Simpan percakapan yang mendalam dan sensitif untuk orang-orang terdekat.
ADVERTISEMENT