Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tiduran dan Bermalas-malasan Termasuk Self Reward bukan?
7 Oktober 2024 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan, terutama di kota-kota besar, waktu untuk beristirahat seringkali menjadi sesuatu yang langka. Salah satu cara orang menghabiskan akhir pekan adalah dengan tidur-tiduran atau bermalas-malasan di rumah. Aktivitas ini sering dianggap sebagai bentuk self-reward, sebuah konsep yang terkait dengan memberikan hadiah kepada diri sendiri sebagai penghargaan atas usaha keras yang telah dilakukan. Dari sudut pandang psikologi, terutama dalam konteks budaya Indonesia, kebiasaan ini bisa dilihat dari beberapa perspektif yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Mengapa Orang Membutuhkan Self-Reward?
Dalam psikologi, self-reward adalah bentuk kompensasi diri setelah mencapai tujuan tertentu atau melalui masa-masa sulit. Di Indonesia, banyak orang yang bekerja dalam sistem yang menuntut, baik di kantor, sekolah, maupun dalam kehidupan rumah tangga. Dalam situasi seperti ini, orang cenderung merasa lelah baik secara fisik maupun mental. Oleh karena itu, akhir pekan sering kali menjadi waktu untuk “mengisi ulang” energi yang terkuras selama seminggu.
Menurut teori perilaku dalam psikologi, pemberian hadiah atau reward kepada diri sendiri merupakan mekanisme penting dalam memperkuat perilaku yang positif. Dalam konteks ini, jika seseorang merasa telah bekerja keras selama seminggu, maka beristirahat dan bermalas-malasan bisa dilihat sebagai bentuk self-reward yang berfungsi untuk memulihkan keseimbangan mental dan fisik.
ADVERTISEMENT
Tidur-tiduran dan Bermalas-malasan Sebagai Self-Reward
Tidur-tiduran dan bermalas-malasan di akhir pekan, meskipun sering kali dipandang negatif oleh masyarakat yang memuja produktivitas, sebenarnya memiliki banyak manfaat psikologis. Dalam psikologi Indonesia, konsep ini sering dihubungkan dengan kebutuhan untuk mencapai harmoni batin dan kesehatan mental. Bermalas-malasan bukan hanya sekedar bentuk pelarian dari rutinitas, tetapi juga cara tubuh dan pikiran beristirahat.
1. Mengurangi Stres dan Kelelahan
Salah satu manfaat terbesar dari tidur-tiduran dan bermalas-malasan adalah kemampuan untuk mengurangi stres. Dalam kehidupan yang penuh tekanan, istirahat dapat menurunkan kadar hormon stres, seperti kortisol, dalam tubuh. Menurut beberapa penelitian dalam psikologi Indonesia, istirahat pasif (seperti tidur atau sekedar berbaring) membantu tubuh untuk pulih dari kelelahan mental dan fisik.
ADVERTISEMENT
2. Meningkatkan Kesehatan Mental
Psikolog Indonesia seringkali mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara produktivitas dan istirahat. Tidur-tiduran dan bermalas-malasan di akhir pekan dapat memberikan jeda yang diperlukan untuk menyegarkan pikiran. Ini juga merupakan momen di mana seseorang dapat merenungkan minggu yang telah berlalu dan bersiap untuk tantangan berikutnya. Ini juga membantu dalam mengatasi perasaan cemas, yang sering muncul setelah seminggu penuh tekanan.
3. Meningkatkan Kreativitas dan Refleksi Diri
Kegiatan yang tampaknya pasif, seperti bermalas-malasan, sebenarnya dapat memicu proses refleksi diri yang mendalam. Bagi sebagian orang, bermalas-malasan memberikan kesempatan untuk berpikir tentang hidup mereka, tujuan mereka, dan langkah selanjutnya yang harus diambil. Ini adalah waktu yang berharga untuk merenung tanpa tekanan. Dalam psikologi, kemampuan untuk memberikan diri waktu berpikir yang tidak terganggu dapat meningkatkan kreativitas dan pemahaman diri.
ADVERTISEMENT
4. Pentingnya Budaya Nggak Neko-neko di Indonesia
Budaya di Indonesia sering kali memuji kehidupan yang sederhana dan tidak berlebihan. Dalam konteks ini, bermalas-malasan di akhir pekan adalah cara untuk menghormati prinsip “nggak neko-neko”, atau tidak terlalu memaksakan diri. Bagi banyak orang Indonesia, menghabiskan waktu beristirahat adalah cara untuk menjaga keseimbangan hidup tanpa harus selalu merasa produktif.
Apakah Bermalas-malasan Bisa Menjadi Kebiasaan Buruk?
Meskipun tidur-tiduran dan bermalas-malasan bisa memberikan manfaat sebagai bentuk self-reward, penting juga untuk diingat bahwa segala sesuatu yang berlebihan bisa menjadi kontraproduktif. Dalam psikologi, jika seseorang terlalu sering menggunakan bermalas-malasan sebagai pelarian dari masalah hidup atau tanggung jawab, ini bisa menyebabkan kecenderungan untuk menunda-nunda (procrastination) dan menimbulkan perasaan bersalah.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan waktu istirahat dengan aktivitas yang produktif. Jika seseorang terus-menerus bermalas-malasan tanpa tujuan yang jelas, ini bisa berujung pada masalah mental seperti depresi atau kecemasan, terutama jika mereka merasa tidak mampu mencapai tujuan hidup mereka.