Konten dari Pengguna

Thrift Fashion Sebagai Budaya yang Banyak Diminati

Cahayariana Tassa
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12 Desember 2022 22:10 WIB
clock
Diperbarui 21 Desember 2022 22:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cahayariana Tassa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar toko pakaian bekas sumber: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar toko pakaian bekas sumber: pixabay.com
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk pemanfaatan dari barang bekas adalah dengan menjualnya kembali, atau yang biasa disebut dengan thrift. Istilah thrifting atau thrift shop bukanlah hal yang asing untuk didengar, berbelanja barang bekas terutama dalam bidang pakaian ini sudah ada sejak lama, namun kini budaya thrift semakin terdengar namanya. Hal ini merujuk kepada ketertarikan masyarakat terhadap gaya belanja thrifting yang memiliki keunggulan tersendiri sehingga menjadi faktor yang menyebabkannya kian diminati.
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, berbelanja barang bekas bukan lagi hal yang tabu bagi masyarakat. Thrift shop kini sudah banyak tersebar mulai dari toko di pasar hingga ke marketplace. Pada awalnya, budaya thrift ini sudah ada sejak abad ke-19 yang ditandai dengan adanya produksi massal pakaian pada era revolusi industri, dimana limbah pakaian terkumpul setiap harinya sehingga menyebabkan masyarakat kala itu terbiasa untuk menggunakan ulang pakaian bekas. Kebiasaan ini menjadi asal mula budaya yang kini dikenal sebagai thrifting (Utomo dalam Adji dan Dyva, 2022).
Budaya thrift semakin marak belakangan ini, mulai dari peminatnya hingga pedagang yang mulai melihat peluang bisnis dari usaha thrift shop. Hal ini dapat terlihat langsung dari banyaknya toko pakaian bekas di pasaran. Selain itu, berdasarkan data pada IBISWorld, pendapatan untuk industri ini diperkirakan tumbuh 1,4% atau sekitar $10,3 miliar per tahun hingga awal 2020 (Wardani, 2021). Data ini membuktikan bahwa budaya thrift fashion semakin meningkat dari awal abad ke-19 hingga kini.
ADVERTISEMENT
Thrift shopping kini juga merambah ke marketplace yang bisa diakses secara daring oleh peminatnya. Di Indonesia sendiri, sudah banyak pedagang yang memanfaatkan e-commerce hingga sosial media untuk mempromosikan barangnya. Pembeli pun tak perlu membuang tenaga untuk datang langsung ke toko, sehingga hal ini semakin mempermudah thrift fashion untuk dijangkau.
Peningkatan gaya berbelanja thrifting tentunya didukung oleh faktor-faktor yang sekaligus menjadi alasan mengapa keberadaannya kian diminati. Mengapa tidak membeli barang baru saja? Apa untungnya membeli barang bekas?
Salah satu keunggulan dari budaya thrift adalah harganya yang murah. Keinginan untuk mendapatkan pakaian unik atau model yang menarik dengan harga yang terjangkau menjadi faktor utama mengapa thrift shop dipilih oleh sebagian orang. Tak jarang pula thrift shop menjual pakaian branded dengan harga miring. Karena pada dasarnya, pakaian-pakaian bekas ini dijual dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga di toko resmi. Hal ini juga mendorong kepuasan tersendiri bagi para penikmatnya (Sari, 2022, h.135).
ADVERTISEMENT
“Aku suka banget hunting baju-baju lucu, cantik-cantik, pokoknya hal itu menyenangkan banget. Apalagi barang thrift, disaat kamu bisa dapat barang bagus dengan harga murah, itu jadi meningkatkan rasa puas akan suatu hal,” kata Amira dari akun Twitter amirarhmn, dikutip pada Senin (12/12/2022).
Selain dari faktor harga, terdapat pula faktor eksternal seperti dorongan tren dan pengaruh ajakan kerabat untuk membeli pakaian dari pasar thrift. Tren yang ada terutama pada sosial media dapat mendorong seseorang untuk melakukan hal yang serupa. Pemakaian oleh influencer, pengemasan yang menarik, dan banyaknya ulasan positif dari penikmat thrift shopping sebelumnya menjadi faktor lain yang mendasari minat seseorang untuk membeli pakaian dari pasar thrift.
Gaya hidup juga dapat menjadi salah satu faktor yang mendasari masyarakat memilih thrift shop. Budaya berbelanja pakaian bekas ini tidak hanya digemari oleh masyarakat dengan ekonomi rendah, namun seluruh kalangan pun ikut meramaikan usaha ini. Mereka lebih memilih untuk mengurangi gaya hidup yang terlalu boros dan memiliki kesadaran terhadap lingkungan. Hal ini dapat disebut dengan istilah kesederhanaan dengan tulus (Hoyer dalam Mita, tanpa tahun, h.2).
ADVERTISEMENT
Selain faktor-faktor bagi manusia, budaya thrift juga memiliki dampak positif bagi lingkungan. Menggunakan kembali barang bekas merupakan salah satu bentuk dari menjaga lingkungan dengan menerapkan prinsip reuse. Budaya thrift adalah salah satu solusi dari industri fast fashion yang menyebabkan menumpuknya limbah tekstil. Fast fashion dapat berdampak negatif bagi lingkungan, seperti menyebabkan pencemaran air dan sulit untuk didaur ulang. Membeli pakaian bekas pakai dari orang lain dapat mengurangi tumpukan limbah yang disebabkan oleh fenomena fast fashion, sehingga budaya thrift ini berperan dalam tindakan menjaga lingkungan (Firdausi, 2021, h.4).
Daftar Pustaka
Adji, N.L., & Dyva, C. (2022). Fenomena Thrift Shop Dikalangan Remaja: Studi Fenomenologi tentang Thrift Shop di Kalangan Remaja Surabaya. Dawatuna: Journal of Communication and Islamic Broadcasting, 3(1), 36-44. Diakses pada 30 November 2022 dari https://journal.laaroiba.ac.id/index.php/dawatuna/article/view/2201/1499
ADVERTISEMENT
Firdausi, D.R. (2021). Pemaknaan Fashion Thrift Sebagai Komunikasi. (Skripsi Sarjana, Universitas Islam Indonesia). Diakses pada 30 November 2022 dari https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/37167/17321112.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Mita, T.L. (Tanpa Tahun). Pengaruh Lingkungan terhadap Perilaku Konsumen dalam Thrift-shopping, 2. Diunduh pada 12 Desember 2022, dari <https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net>
Sari, D.A.P.L. (2022). Thrift Fashion dalam Perubahan Paradigma Pandemi; Dilarang Tapi Digemari?. W. Mudra, N.L. Julianto & I.A.D. Maharani (Eds.), Dasa Citta Desain 2022: Desainer sebagai Pencipta Nilai (hal.130-145). Denpasar: Pusat Penerbitan Institut Seni Indonesia Denpasar. Diakses pada 30 November 2022 dari https://ebookchapter.isi-dps.ac.id/index.php/dcd/index
Unggahan Twitter Akun amirarhmn, di Tautan https://twitter.com/amirarhmn/status/1579054028289626113?s=20&t=ImlwpQehPrHV5EEnDJU_qw
Wardani, L. (2021). Thrift Shop Kini Populer di Kalangan Gen Z, Ini Bedanya Dengan Pasar Loak. Diakses pada 30 November 2022 dari https://wolipop.detik.com/sale-and-shop/d-5359650/thrift-shop-kini-populer-di-kalangan-gen-z-ini-bedanya-dengan-pasar-loak
ADVERTISEMENT