Konten dari Pengguna

Integrasi Spiritual dan Sosial: Makna Kesejahteraan Perspektif Ekonomi Islam

Erdin Nadid
Kader IMM, Kader Muhammadiyah II Bachelor of Law UMSurabaya II Graduate Students Of Gadjah Mada University (Islamic Economics and Halal Industry)
22 Juli 2024 15:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erdin Nadid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
shutterstock.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ekonomi adalah bagian integral dari kehidupan manusia yang membantu untuk mengaktualisasikan diri dan mencapai tujuan hidup. Dalam pandangan Islam, Pemenuhan kebutuhan manusia terus berkembang seiring waktu berjalan secara holistik dan menyeluruh. Oleh karena itu, diperlukan sistem ekonomi yang mampu membawa kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, masih harus berjuang melawan masalah kemiskinan dan pengangguran yang signifikan. Meskipun negara ini memiliki sumber daya alam yang melimpah dan potensi ekonomi yang besar, banyak masyarakat yang masih belum merasakan kesejahteraan yang memadai. Tingkat kemiskinan yang tinggi dan jumlah pengangguran yang besar menjadi indikator bahwa kesejahteraan masyarakat masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari-hari serta keterbatasan akses terhadap berbagai fasilitas dasar.
Dalam ajaran Islam, terdapat dua prinsip utama yang mengatur kegiatan ekonomi. Pertama, Islam melarang eksploitasi oleh satu pihak terhadap pihak lain dengan alasan apapun. Kedua, Islam melarang diskriminasi, pembatasan, dan pemisahan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Islam menganggap umat manusia sebagai satu keluarga, sehingga setiap individu memiliki hak, kewajiban, dan derajat yang sama dalam lingkup sosial ekonomi. Perbedaan hanya terletak pada tingkat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Sistem ekonomi Islam dianggap memiliki peran penting dalam upaya pengentasan kemiskinan karena prinsip-prinsip yang diusungnya lebih berorientasi pada kesejahteraan bersama. Ekonomi Islam menekankan pada nilai-nilai kemanusiaan, persaudaraan, keadilan, kedamaian, ketenangan, dan keharmonisan yang dapat dirasakan oleh semua pihak. Berbeda dengan prinsip ekonomi konvensional yang cenderung fokus pada pengumpulan kekayaan sebanyak-banyaknya, ekonomi islam lebih mengedepankan distribusi kesejahteraan yang adil dan merata, sehingga dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan di masyarakat.
Konsep Kesejahteraan Menurut Imam Al-Ghazali
Menurut Imam Al Ghazali, Kesejahteraan adalah tercapainya kemaslahatan, yang merupakan pemeliharaan tujuan syara’ (Maqasid al-Shari’ah). Al-Ghazali berpendapat bahwa manusia tidak dapat merasakan kebahagiaan dan kedamaian batin sebelum mencapai kesejahteraan sejati untuk seluruh umat manusia di dunia. Kesejahteraan ini dapat dicapai melalui pemenuhan kebutuhan ruhani dan materi. Untuk mewujudkan tujuan syara’ dan mencapai kemaslahatan, Al-Ghazali mengidentifikasi sumber-sumber kesejahteraan, yaitu terpeliharanya agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. (Abdur 2010 : 84-86) Pertama adalah agama, yang menjadi fondasi utama dan memberikan arah serta kedamaian batin bagi individu. Kedua adalah jiwa, yang mencakup kesehatan fisik dan mental serta keselamatan dan keamanan setiap individu. Ketiga adalah akal, yang meliputi pendidikan dan pengembangan pengetahuan untuk membentuk individu yang bijaksana dan berpengetahuan. Keempat adalah keturunan, yang menekankan pentingnya perlindungan keluarga dan komunitas untuk memastikan dukungan bagi generasi mendatang. Terakhir adalah harta, yang mencakup pengelolaan aset materi secara adil dan efisien untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi yang merata dan mencegah kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Imam al-Ghazali percaya bahwa hanya dengan menjaga kelima aspek ini, kesejahteraan sejati dapat dicapai. Ini bukan hanya soal pemenuhan kebutuhan material, tetapi juga mencakup kesejahteraan spiritual dan moral. Dengan demikian, konsep kesejahteraan menurut al-Ghazali adalah sebuah pandangan yang mengintegrasikan semua aspek kehidupan manusia yang dapat meningkatkan Ekonomi, sehingga setiap individu dapat mencapai kebahagiaan dan kedamaian yang utuh.
Kesejahteraan Menurut Al Qur’an
Sebagai Pedoman Hidup, Al-Qur'an bukan hanya menjadi pedoman spiritual tetapi juga mengatur segala aspek kehidupan, termasuk dalam konteks ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Konsep kesejahteraan atau "Al-falah" dalam Islam mencakup aspek material dan spiritual. Islam mengajarkan bahwa kesejahteraan sejati tidak hanya ditentukan oleh kekayaan materi, tetapi juga oleh ketenangan jiwa, kesehatan fisik dan mental, serta hubungan dengan Allah SWT dan sesama manusia.
ADVERTISEMENT
Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang memberikan pandangan menyeluruh tentang kesejahteraan, baik secara langsung (tersurat) maupun tidak langsung (tersirat), yang juga berhubungan dengan permasalahan ekonomi. Ayat-ayat yang tersurat secara langsung sering kali menyoroti prinsip-prinsip ekonomi seperti zakat, infaq, dan sadaqah yang dianggap sebagai bagian integral dari sistem ekonomi Islam. Misalnya, zakat sebagai kewajiban bagi umat Islam untuk memberikan sebagian dari harta mereka kepada yang berhak menerimanya, yang bertujuan untuk memperkuat solidaritas sosial dan mengurangi kesenjangan ekonomi.
Di sisi lain, ayat-ayat tersirat memberikan petunjuk tentang nilai-nilai ekonomi yang dikehendaki dalam Islam. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl Ayat 97 :
Artinya : ”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl: 97)
ADVERTISEMENT
Ayat ini menekankan bahwa siapa pun yang melakukan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dan beriman kepada Allah, akan diberikan kehidupan yang baik di dunia dan pahala yang lebih baik di akhirat. Ini menunjukkan pentingnya iman dan amal saleh dalam mencapai kesejahteraan sejati menurut Islam.
Integrasi Spiritual dan Sosial dalam Meningkatkan Kesejahteraan
shutterstock.com
Integrasi spiritual dan sosial dalam Islam bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan yang holistik bagi individu dan masyarakat. Secara spiritual, kesejahteraan diperoleh melalui ketaatan kepada Allah SWT, yang mencakup memperkuat iman dan menjauhi perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama. Hal ini tidak hanya membantu individu menemukan makna dalam kehidupan mereka, tetapi juga menciptakan ketenangan batin dan kepercayaan diri yang kuat dalam menghadapi tantangan hidup.
ADVERTISEMENT
Dari segi sosial, Islam mendorong hubungan yang adil, saling peduli, dan penuh kasih sayang. Konsep ukhuwah islamiyah atau persaudaraan Islam menekankan solidaritas sosial dan saling mendukung dalam kebaikan, Ini membentuk fondasi masyarakat yang harmonis, di mana kolaborasi dan dukungan antaranggota masyarakat menjadi kunci utama dalam mencapai kesejahteraan bersama.
Dalam konteks ekonomi, Islam mengajarkan praktik-praktik yang adil seperti zakat, infaq, dan shodaqoh sebagai bentuk filantropi yang memastikan distribusi kekayaan yang merata di antara masyarakat. Larangan terhadap riba (bunga) menjamin bahwa penggunaan sumber daya ekonomi berlangsung dengan adil dan tanpa eksploitasi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, masyarakat dapat mengalami peningkatan kesejahteraan ekonomi yang berkelanjutan.