Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Transformasi Pembelajaran Pada Abad-21
21 Januari 2023 7:02 WIB
Tulisan dari Rahfit Syahputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Transformasi Pembelajaran Pada Abad-21](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gq8s3c42a9etfe7pnxt45znx.png)
ADVERTISEMENT
Kompetensi Abad 21
Abad 21 ditandai dengan munculnya berbagai ragam tuntutan dalam aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang individu. Kompetensi tersebut sejatinya dapat diraih dengan cara yang beragam, beberapa di antaranya dapat dicapai dengan cara mengikuti pendidikan formal, nonformal, informal, dan usaha-usaha lainnya. Pendidikan yang diselenggarakan pada abad 21 ini salah satunya berorientasi dan bertujuan kepada aspek yang dapat membuat peserta didik memiliki ragam kompetensi yang sesuai dengan tuntutan abad 21.
ADVERTISEMENT
Selain daripada itu abad 21 juga erat kaitannya dengan digitalisasi dalam beberapa ranah termasuk dalam aspek pendidikan/pembelajaran. Ada empat macam bentuk kompetensi yang sejatinya diupayakan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah melalui serangkaian proses pembelajaran. Kompetensi tersebut meliputi kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration).
Keempat kompetensi tersebut di atas, kiranya amatlah cocok menjadi suatu tujuan yang saling berkaitan terhadap proses pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah. Abad 21 ini merupakan zaman yang menunut setiap orang tidak hanya terpaku pada satu kompetensi yang sama melainkan harus memiliki berbagai macam alternative kompetensi yang dapat mereka manfaatkan dalam berkarir sesuai dengan minat dan bakatnya. Pada bagian ini sebutlah ia sebagai kompetensi kreatif (Creative Thinking).
ADVERTISEMENT
Kreatif merupakan bentuk unjuk fikir seseorang dalam memanfaatkan peluang yang ada menjadi nilai yang bermanfaat terhadap proses aktualisasi diri dan pengembangan karirnya. Peserta didik yang memiliki ragam karakterisitik dituntut memiliki kompetensi ini, tentunya disesuaikan dengan minat dan bakat mereka masing-masing. Mengingat setiap peserta didik tidak memiliki kemampuan yang seragam jadi harus pula disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif, minat, dan bakat mereka.
Berfikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), bentuk kompetensi ini menurut penulis amatlah penting dimiliki oleh peserta didik yang berada dalam era digital (abad 21). Era digital merupakan fase dimana salah satunya, informasi dapat diperoleh dari berbagai media dan cara. Informasi tersebut terdiri dari hal yang sifatnya factual dan tidak sedikit yang hanya sekedar hoax.
ADVERTISEMENT
Peserta didik sebagai sosok yang menjadi generasi penerus bangsa mesti mampu memilih dan menyaring berbagai bentuk informasi tersebut secara kritis. Mereka terlebih dahulu harus mencari tahu kebenaran informasi yang diperoleh sebelum dikonsumsi bagi dirinya pun guna disebarluaskan. Begitu pula dengan kompetensi pemecahan masalah. Peserta didik diupayakan mampu memiliki metode-metode yang menurut mereka dapat digunakan dalam memecahkan masalah yang terjadi sehingga kegiatan tersebut bermuara pada tindakan solutif yang dapat mengentaskan permasalah nan terjadi.
Kompetensi berkomunikasi (communication), aspek ini menurut penulis relevan dengan zaman yang berkemajuan ini. Peserta didik setelah melalui serangkaian aktivitas/pengalaman belajar, diharapkan memperoleh kemampuan komunikasi yang baik untuk mereka gunakan dalam menjalani kegiatan sosial di lingkungan masyarakatnya. Kepiawaian komunikasi secara baik kadangkala dapat membawa seseorang mengarah kepada apa-apa yang sifatnya positif dan membangun. Orang yang mampu berkomunikasi secara baik cenderung memiliki jaringan yang luas untuk mengembangkan karir mereka sesuai dengan bidang, minat, dan bakat yang dimiliki. Oleh sebab itu peserta didik diupayakan agar mampu memiliki bentuk kompetensi seperti demikian.
ADVERTISEMENT
Kemampuan berkolaborasi (collaboration), pada zaman yang serba canggih ini seseorang tidak hanya dituntut untuk berkompetensi antara satu dengan yang lainnya saja melainkan juga harus mampu bertindak secara kolaboratif untuk mencapai hal-hal yang dirumuskan secara bersama. Kemampuan kolaborasi kiranya amatlah perlu dimiliki oleh setiap peserta didik. Hal demikian disebabkan oleh aspek yang diperoleh darinya bersifat saling melengkapi atas kekurangan-kekerungan. Artinya, peserta didik yang memiliki beragam ide, perlu melakukan kembali suatu tinjauan secara bersama terhadap apa-apa yang masih dirasa belum kompleks. Melalui kegiatan kolaborasi tersebut maka apa-apa yang menjadi kekeliruan/kekurangan itu, dapat terpenuhi dan diluruskan oleh masukan-masukan dari pemikiran yang berbeda.
Transformasi Pembelajaran Abad-21
Pembelajaran abad 21 disandingkan dengan munculnya apa disebut sebagai TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge). Secara sederhana TPACK dapat diartikan sebagai kemampuan seorang guru dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran dan kemampuan atas penguasaan konten (materi pembelajaran sesuai bidangnya). Pembelajaran yang dirancang dan akan dilaksanakan diupayakan dapat dikombinasikan dengan penerapan teknologi di dalamnya, menurut penulis hal demikian memang sudah sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran abad 21. Sebagai seorang guru, mereka dituntut memiliki kemampuan dalam mengoperasikan teknologi guna mendukung pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut juga menjadi modal untuk memfasilitasi peserta didik dalam mencapai empat kompetensi abad 21 seperti yang telah dijelaskan tadi. Selain dari aspek demikian, guru juga harus menguasai muatan konten (materi sesuai bidang) secara komprehensif. Kaitannya dengan TPACK yaitu berujung pada peramuan materi dalam bentuk kemasan yang beragam seperti e-bahan ajar, media pembelajaran interaktif, dan bentuk-bentuk digital lainnya.
ADVERTISEMENT
Kolerasi dengan Pembelajaran Sejarah
Apa-apa yang telah penulis jelaskan di atas, menurut penulis memiliki kolerasi atau hubungan dengan pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah sejatinya memuat hal-hal yang berguna dalam menumbuh kembangkan kompetensi peserta didik menyangkut empat kompetensi 4C tersebut di atas. Setidaknya ada tiga basic skill yang dapat dimiliki peserta didik setelah melewati serangkaian proses dalam pembelajaran sejarah. Basic skill tersebut terdiri dari keterampilan berfikir kronologis, keterampilan mengidentifikasi kesinambungan dan perubahan, keterampilan menganalisis sebab dan akibat (Ofianto dan Tri Zahra Ningsih, 2021:43). Jika dikaitkan dengan kompetensi 4C tersebut di atas maka kemampuan basic skill ini akan menjadi lebih komprehensif dan memiliki keterpaduan yang kompleks. Cobalah simak apa yang penulis sajikan berikut ini.
ADVERTISEMENT
Pertama, keterampilan berfikir kronologis. Dalam kaitannya dengan kompetensi ini bentuk unjuk kerjanya, peserta didik diharapkan mampu membuat suatu pembabakan peristiwa sejarah berdasarkan aspek yang menurut mereka dapat merepresentasikan bahwa setiap pembabakan sejarah memiliki ciri khas tersendiri. Contohnya, peserta didik mampu membuat suatu pembabakan sejarah berdasarkan perkembangan teknologi di setiap masa, berdasarkan alat transportasi yang digunakan, atau berdasarkan hal-hal yang berkembang pesat di setiap zaman.
Dimensi ini tentunya dapat mencakup kompetensi kreatif dan kompetensi komunikasi. Kenapa demikian ?, peserta didik tidak hanya dapat mengemas fikirannya melalui tulisan saja melainkan dapat berbentuk video dokumenter, penjelasan dengan rekaman suara, atau bentuk lainnya. Semua kegiatan tersebut dalam prosesnya secara tidak langsung dapat melatih daya kreatifitas peserta didik dan melatih kecerdasan digital mereka.
ADVERTISEMENT
Kedua, keterampilan mengidentifikasi kesinambungan dan perubahan. Aspek ini dapat membuat peserta didik terampil memandang suatu kejadian yang berkembang di tengah masyarakat dengan mengacu kepada peristiwa sejarah. Mereka dapat melihat suatu perubahan yang terjadi pada setiap zamannya, baik dari sisi politik, ekonomi, budaya, dan lain hal yang relevan termasuk dalam ranah proses pembelajaran yang mereka lalui. Begitu pula aspek keberlanjutan.
Peserta didik diupayakan memiliki kemampuan melihat apa saja hal yang berlanjut sampai hari ini dari rangkaian proses persitiwa sejarah di masa silam. Kemampuan ini dapat dikorelasikan dengan peningkatan kompetensi berkolaborasi (Collaboration). Kenapa ?, Peserta didik dalam melihat suatu perubahan dan keberlanjutan itu dapat dilakukan secara berkolaborasi dengan teman-temannya. Tindakan ini dapat menambah informasi dan pengetahuan yang saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Wujud akhir dari kegiatan tersebut terbentuknya kerjasama yang apik dalam menyelesaikan suatu topik bahasan.
ADVERTISEMENT
Ketiga, keterampilan menganalisis sebab dan akibat. Dalam aspek ini peserta didik dituntut dan diharapkan mampu memiliki kemampuan analisis, dan termasuk di dalamnya berifikir kritis dan pemecahan masalah (Critical Thinking and Problem Solving). Mereka dituntut mampu mencari tahu sebab-sebab yang relevan terhadap terjadinya suatu peristiwa sejarah pun peristiwa yang kontekstual dengan hari ini. Berkaitan dengan hal tersebut tentunya sangat bermanfaat bagi mereka dalam menghadapi tantangan zaman yang berkemajuan. Mereka dapat menjadi pribadi yang berprinsip dan tidak mudah terhasut atau diadu domba dengan informasi yang kebenarannya belum jelas. Artinya mereka dapat menyaring informasi sebelum dikonsumsi bagi dirinya.
Adapun bagian TPACK dalam kaitannya dengan pembelajaran sejarah maka terletak pada peran guru dalam mendesain pembelajaran. Pembelajaran sejarah mesti didesain dan dilaksanakan dengan mengkombinasikannya dengan teknologi. Ia akan menjadi hal yang menarik bagi peserta didik. Oleh sebab itu internalisasi teknologi dalam proses pembelajaran dan khususnya pembelajaran sejarah merupakan suatu keniscayaan namun tetap disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan apa-apa yang dikemukakan tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran sejarah menjadi salah satu pelajaran nan memiliki peran strategis dalam membuat peserta didik memiliki kompetensi 4C tersebut. Kemampuan guru dalam mengkombinasikan pembelajaran dengan teknologi menjadi daya dukung terhadap kelancaran proses pembelajaran sejarah. Menyangkut dengan hal demikian maka seorang guru sejarah harus mampu dan terus belajar menjadi fasilitator yang piawai dalam memfasilitasi peserta didik mencapai capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran sesuai dengan karakteristik mereka.
ADVERTISEMENT