Konten dari Pengguna

Rekan Kerja Vs Teman Dekat: Sebuah Tantangan Menyesuaikan Diri

Septian Ageng Arbiansyah
Mahasiswa Universitas Mercu Buana, Fakultas Psikologi
16 Juli 2024 9:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Septian Ageng Arbiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
rekan kerja foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
rekan kerja foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Oleh Septian Ageng, Anggun Alka Niti Hapsari Hakim, dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani
ADVERTISEMENT
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
"Bukan spesies terkuat yang bertahan hidup, bukan pula yang paling cerdas. Melainkan yang paling mampu beradaptasi dengan perubahan." - Charles Darwin
Rekan Kerja Vs Teman Dekat
Dalam kehidupan sehari-hari, kita berinteraksi dengan berbagai individu baik di tempat kerja maupun dalam aktivitas sosial. Lingkungan tempat kita berada memiliki dampak besar terhadap perilaku dan karakter kita. Misalnya, lingkungan kerja yang cenderung formal dapat membentuk kepribadian seseorang, sementara lingkungan pertemanan cenderung lebih santai dan bebas.
Lingkungan kerja, menurut Sedarmayanti (2017), mencakup semua elemen yang terlibat dalam pekerjaan seseorang, termasuk metode kerja, bahan yang digunakan, dan pengaturan kerja baik secara individu maupun kelompok. Rekan kerja adalah mereka yang bekerja bersama di tempat kerja dengan orientasi yang lebih pada profesionalisme dan keterbatasan dalam hubungan personal.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, teman dekat adalah individu yang kita percaya dan telah menghabiskan banyak waktu bersama, memberikan dukungan dan pujian dalam keberhasilan masing-masing. Mereka juga menjadi sumber motivasi dan dukungan emosional dalam kehidupan sehari-hari (Berndt, 2002).
Interaksi dalam kedua lingkungan ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti toleransi, komunikasi, kesamaan minat, dan lainnya. Namun, ada perbedaan signifikan dalam cara kita berinteraksi dalam lingkungan kerja yang lebih terstruktur dan lingkungan pertemanan yang lebih santai dan pribadi.
Tantangan Menyesuaikan Diri
Menyesuaikan diri di lingkungan kerja membutuhkan adaptasi perilaku yang tepat. Perilaku kerja, seperti yang dijelaskan oleh Theedens (1996), mencakup tanggapan seseorang terhadap tugas-tugasnya, sikap terhadap rekan kerja, dan bagaimana manajer atau atasan memperlakukan karyawan.
ADVERTISEMENT
Menurut Griffiths, ada empat tanda yang bisa dipakai untuk mengidentifikasi perilaku kerja.
(2004, pp. 41-42), yaitu :
1. Social relationship (hubungan sosial): Seorang pekerja harus memiliki hubungan sosial yang baik dengan rekan kerjanya. Ini berarti mereka harus mengawasi rekan kerja mereka untuk bertindak dengan benar dan mengingatkan mereka jika mereka melakukan kesalahan.
2. Vocational skill (keahlian kejuruan) adalah keahlian yang relevan dengan pekerjaan seseorang, seperti keahlian memasak.
3. Work motivation (motivasi kerja) adalah keinginan untuk bekerja untuk mencapai tujuan tertentu, seperti kebutuhan fisik, rasa aman, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri.
4. Inisiatif—Kepercayaan: Perilaku kerja yang baik harus menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat dan mengambil inisiatif untuk menyelesaikan semua tugas sesuai dengan tawaran pekerjaan yang ada.
ADVERTISEMENT
Selain perilaku, dalam lingkup pekerjaan juga terdapat batasan dalam berinteraksi antarpersonal. Ini mencakup prinsip profesionalisme, yang mencakup kepatuhan pada kebijakan perusahaan, menghindari percakapan yang tidak pantas, dan memperlakukan rekan kerja dengan hormat. Batasan waktu juga menjadi faktor, karena karyawan sering memiliki jadwal yang padat, yang dapat membatasi interaksi menjadi singkat dan terfokus, terutama di tengah kesibukan. Selain itu, kebijakan perusahaan juga memengaruhi interaksi, seperti aturan tentang komunikasi internal, penggunaan media sosial, dan hubungan sesama karyawan. Penting bagi karyawan untuk mematuhi kebijakan tersebut agar tidak melanggar aturan perusahaan.
Batasan-batasan tersebut harus kita patuhi dan hormati di lingkungan kerja. Berbeda dengan lingkungan pertemanan yang cenderung tidak ada batasan dalam berinteraksi.
Strategi Mengelola Hubungan
ADVERTISEMENT
Dalam proses penyesuaian diri terhadap lingkungan, diperlukan beberapa strategi yang dapat diterapkan. Salah satu cara untuk mengelola hubungan adalag dengan menerapkan komunikasi yang efektif. Liliweri (1994) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi selama interaksi tatap muka antara beberapa individu. Muhammad (2001) menggambarkan komunikasi interpersonal sebagai proses pertukaran informasi antara seseorang dengan setidaknya satu orang lain, biasanya dua orang yang dapat langsung mengetahui balasannya.
Komunikasi yang baik dapat menciptakan kerukuran dan meminimalisir kesalahpahaman dalam dunia kerja. Komunikasi yang baik juga tidak hanya diterapkan dalam dunia kerja, melainkan hubungan dengan teman sebaya pun perlu diterapkan komunikasi yang baik.
Selain komunikasi efektif, strategi untuk mengelola hubungan adalah dengan menyelaraskan diri dengan pekerjaan yang digeluti. Jika seseorang tidak dapat menyesuaikan kebutuhannya dengan kekhawatiran di lingkungannya, penyesuaian diri yang baik dapat terwudukan. Penyesuaian diri yang baik dan optimal ditunjukkan oleh beberapa karakteristik. Menurut Schneiders (dalam Lusi, 2021), karakteristik ini terdiri dari beberapa aspek emosi dan kognisi, termasuk kontrol emosi yang berlebihan, minimalnya mekanisme pertahanan diri, minimalnya frustasi personal, pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri, dan sikap realistik dan objektif, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk belajar dari pengalaman sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Referensi:
• Berndt, T. J. (2002). Friendship quality and social development. Current Directions in Psychological Science, 11(1), 7-10.
• Griffiths, A. (2004). Work design and management. In P. L. (Ed.), The Handbook of Work and Health Psychology (pp. 41-42). Wiley.
• Liliweri, A. (1994). Komunikasi antar pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
• Muhammad, A. (2001). Komunikasi antar pribadi. Jakarta: Bumi Aksara.
• Sedarmayanti. (2017). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.
• Theedens, J. (1996). Perilaku kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
• Schneiders, A. A. dalam Lusi, D. (2021). Penyesuaian diri dalam berbagai lingkungan. Journal of Psychological Studies.