Konten dari Pengguna

Benang Kusut Tradisi Baju Baru Lebaran

Umi Nur Zakatika
Seorang mahasiswa aktif di Universitas Amikom Purwokerto dengan program studi Ilmu Komunikasi.
14 April 2023 6:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Umi Nur Zakatika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengunjung mencari baju lebaran di pasar tradisional Citra Niaga Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Jumat (22/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Syaiful Arif
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung mencari baju lebaran di pasar tradisional Citra Niaga Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Jumat (22/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Syaiful Arif
ADVERTISEMENT
Tradisi baju baru lebaran menyebabkan tekanan sosial. Membeli baju baru jelang Idulfitri telah menjadi suatu kebiasaan yang mendarah-daging dalam budaya Indonesia, terutama bagi mereka yang beragama Islam.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan ini dipercayai sebagai simbol kebahagiaan dan kemenangan setelah menyelesaikan ibadah puasa selama sebulan penuh. Meski demikian, perlu diakui bahwa kebiasaan ini juga menimbulkan tekanan sosial bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang mampu secara finansial.
Beberapa poin terkait tekanan sosial yang timbul dari tradisi membeli baju baru menjelang lebaran.
Ilustrasi baju Lebaran. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi baju Lebaran. Foto: Shutter Stock
Di satu sisi, memakai baju baru pada saat Idulfitri dianggap sebagai suatu keharusan. Bagi sebagian masyarakat, merupakan cara untuk memamerkan kesuksesan dan kemampuan finansial mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam masyarakat yang kompetitif, di mana seseorang seringkali dinilai dari penampilannya, memakai baju baru pada saat Idulfitri menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari.
Di sisi lain, ada masyarakat yang merasa tertekan dan tidak mampu membeli baju baru pada saat Idulfitri. Mereka merasa tidak bisa bersaing dengan orang lain dan seringkali merasa rendah diri karena tidak bisa membeli baju baru. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan sosial di dalam masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari kita semua.
Sebagai masyarakat yang hidup di lingkungan sosial, kita harus berusaha untuk mengubah pandangan bahwa memakai baju baru pada saat lebaran Idulfitri merupakan suatu keharusan atau tanda kesuksesan dalam hidup.
Calon pembeli memilih baju di pusat penjualan pakaian di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jumat (15/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Kita perlu mengedukasi diri sendiri dan orang lain bahwa kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup tidak ditentukan oleh baju baru yang kita pakai, melainkan nilai-nilai yang kita anut dan kita amalkan.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, kita harus mengajarkan nilai-nilai seperti empati, kepedulian, dan persaudaraan, yang merupakan inti dari ajaran agama Islam itu sendiri. Kita harus memandang kebiasaan membeli baju baru pada saat Idulfitri sebagai sebuah tradisi yang dapat diubah, agar tidak lagi menimbulkan tekanan sosial bagi mereka yang kurang mampu.
Sebaliknya, tradisi ini dapat menjadi sarana untuk menunjukkan solidaritas dan kepedulian kita sebagai umat manusia yang saling membutuhkan.