Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Papeda Papua-Maluku dan Kapurung Makassar: Apa Sama atau Beda?
22 Juni 2024 9:27 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Geofrey Linc Palembangan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di Papua dan Maluku, papeda merupakan makanan pokok yang terbuat dari sagu. Sagu diperoleh dari batang pohon sagu yang diolah menjadi tepung, lalu dimasak dengan air panas hingga mengental dan lengket. Papeda memiliki tekstur kenyal dan elastis dengan warna transparan. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah kuning dari ikan tongkol atau mubara yang dibumbui kunyit dan berbagai rempah-rempah. Kuah kuning ini memberikan rasa gurih dan sedikit pedas yang melengkapi rasa netral papeda. Dalam tradisi Papua, papeda sering dimakan bersama-sama menggunakan alat khusus atau langsung dengan tangan, menciptakan pengalaman makan yang sangat khas dan komunal.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, Kapurung di Makassar, meskipun juga berbahan dasar sagu, disajikan dengan cara berbeda. Di Makassar, Kapurung tidak hanya disajikan sebagai makanan utama tetapi juga bisa menjadi kudapan atau makanan ringan. Sagu diolah menjadi berbagai bentuk seperti lempeng sagu atau sinonggi, yang kemudian dimakan dengan lauk seperti ikan bakar, sayur-sayuran, atau dabu-dabu, sambal khas Makassar. Sinonggi, misalnya, adalah sagu yang dimasak dan dibentuk menjadi adonan padat yang dipotong-potong kecil sebelum disajikan. Dalam bentuk ini, sagu memiliki tekstur yang lebih keras dan kering dibandingkan papeda Papua yang lembut dan kenyal.
Kesamaan papeda dan kapurung terletak pada bahan dasarnya, yaitu sagu. Sagu adalah sumber karbohidrat utama yang sangat penting dalam diet masyarakat di kedua daerah tersebut. Selain itu, cara memasaknya yang melibatkan proses pemanasan dengan air panas juga menjadi persamaan yang signifikan. Kedua masakan ini mencerminkan keterikatan budaya masyarakatnya dengan alam, karena sagu diambil langsung dari hutan-hutan sagu yang tumbuh di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, perbedaan utama antara papeda Papua dan kapurung Makassar adalah dalam cara penyajian dan pendampingnya. Papeda Papua biasanya disajikan dengan kuah ikan yang kaya rempah, sedangkan di Makassar, kapurung bisa ditemukan dalam berbagai bentuk dan disajikan dengan beragam lauk yang lebih variatif. Tekstur dan konsistensi papeda Papua yang lebih kenyal juga berbeda dengan kapurung Makassar yang bisa lebih padat atau bahkan kering, tergantung pada cara pengolahannya.
Selain itu, konteks sosial dan budaya di mana papeda dan kapurung dikonsumsi juga berbeda. Di Papua, makan papeda sering kali merupakan kegiatan komunal yang melibatkan banyak orang dan mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas. Di Makassar, kapurung lebih fleksibel dalam hal waktu dan cara konsumsi, bisa dinikmati sebagai makanan pokok atau kudapan ringan, sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan.
ADVERTISEMENT
Meskipun papeda Papua dan kapurung Makassar berbagi bahan dasar yang sama, yaitu sagu, dan metode memasak dasar yang serupa, perbedaan dalam cara penyajian, pendamping, tekstur, dan konteks budaya membuat kedua jenis masakan ini unik dan khas bagi daerah asalnya. Keunikan ini tidak hanya menambah kekayaan kuliner Indonesia tetapi juga mencerminkan keragaman budaya dan tradisi yang ada di berbagai daerah di Nusantara.