Konten dari Pengguna

Kegiatan Keseharian Masyarakat Tamangalle

alifia wulandari
mahasiswa universitas pamulang
23 Mei 2022 16:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari alifia wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
dari foto pribadi
zoom-in-whitePerbesar
dari foto pribadi
ADVERTISEMENT
Tammangalle adalah sebuah kota, kecamatan Balanipa, daerah Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Kota Tammangalle adalah sebagian besar penduduknya.
ADVERTISEMENT
Mendapat bayaran sebagai pemancing, warga Tammangalle saat mencari ikan, para pria terhormat itu tetap terpaut selama lebih dari seminggu dan kembali ke darat untuk menjual ikan yang mereka dapatkan. (penenun sutra mandar), dan pedagang ikan.
Di sekitar sana juga terdapat sarung sutra atau di Sulawesi disebut lipa sa'be. Cara pembuatan lipa sa'be yang paling umum bergantung pada penciptanya. Kapanpun sang pencipta enerjik, lipa sa'be akan selesai tidak lama lagi.
Adat berkelok-kelok dalam kelompok masyarakat Mandar adalah jenis perusahaan milik swasta yang mencontohkan gagasan sibali parri (Sulit untuk dibagi bersama), yang menempatkan perempuan sebagai sekutu bagi laki-laki untuk memikul kewajiban membangun keluarga mereka bersama. Selain itu, liku-liku adat juga telah menjadi wadah pendidikan keluarga bagi para remaja putri mandar untuk menunjukkan kualitas moral dan sosial.
ADVERTISEMENT
Gulungan sutra adat daerah tammanggalle telah berlangsung cukup lama dan telah mengalami masa-masa yang menjanjikan dan kurang menjanjikan seperti yang ditunjukkan oleh perkembangan zaman, hingga saat ini belitan tradisional masih dapat ditemukan di daerah tammangalle. .
Saat itu, pada masa kerajaan Mandar Lipa Sa'be, hanya para penguasa atau karaeng (kerabat raja) yang memakainya. Sehingga lipa sa'be mengakui posisi sosial seseorang. Seiring dengan perkembangan zaman, lipa sa'be telah dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Mandar, baik dalam acara-acara upacara adat, seperti pengajian atau pernikahan, khataam Al-Quran dan acara-acara adat lainnya yang penting untuk citra kepribadian dan kebanggaan masyarakat. kelompok masyarakat Mandar.
Di kota tammangalle juga ada adat yang luar biasa di tempat yang terkenal dengan mandarnya yang disebut sayyang pattudduq. Sayyang dari bahasa Mandarin berarti kuda dan pattu'du berarti bergerak. Kuda poni yang bergerak, kuda poni yang disebut-sebut sebagai makhluk tunggangan diharapkan benar-benar bisa menggerakan tubuh dalam musikalitas alunan musik.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, adat ini harus dilacak di Tanah Mandar. Warga Tammangalle melakukan Sayyang Pattu'du pada saat Maulid Nabi Muhammad SAW 12 Robiul Awal. Amalan sayyang pattu'du (menggerakkan kuda poni), merupakan kebiasaan syukuran bagi anak-anak muda yang telah efektif menyelesaikan 30 juz Al-Quran. Syukuran diakhiri dengan parade keliling kota menggunakan kuda poni yang bergerak mengikuti irama cadangan.
Kebiasaan ini tidak hanya direncanakan untuk setting pengakhiran Al-Quran, tetapi juga dapat ditemukan pada acara pernikahan (Tokaweng). Kelompok masyarakat Mandar menerima bahwa puncak ngaji dan pawai adat Sayyang Pattu'du memiliki tarian yang berdekatan. Tidak sedikit orang Mandarin yang tinggal di luar Sulawesi Barat akan kembali ke tempat di mana mereka dibesarkan untuk mengikuti adat Sayyang Pattu'du.
ADVERTISEMENT