Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kebun Karet Menjadi Mata pencaharian Utama di Desa Pandan
7 November 2024 16:03 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Aris agustian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kebun karet memang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Desa Pandan. Desa ini terletak di Sumatera Selatan, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Kecamatan Tanah Abang, di mana mayoritas penduduknya menggantungkan penghasilan dari kebun karet. Setiap keluarga di desa ini umumnya memiliki satu atau dua kebun yang dikelola secara mandiri. Sejak dulu, masyarakat desa ini menjadikan kebun karet sebagai mata pencaharian utama, yang menopang kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak-anak, dan kebutuhan hidup lainnya. Berikut ini kita akan mengulas lebih dalam tentang produksi, penghasilan, dan tantangan yang dihadapi oleh para petani kebun karet di Desa Pandan.
ADVERTISEMENT
1. Produksi
Proses awal dalam menanam karet adalah memeliharanya mulai dari biji hingga bibit. Bibit karet kecil ini dirawat dalam pot plastik dengan lubang di sisi-sisinya. Setelah tumbuh sekitar tiga bulan, bibit dipindahkan ke kebun, terutama bagi mereka yang memiliki lahan dekat rumah. Penanaman dilakukan dengan perawatan ekstra, seperti penyiraman rutin, hingga pohon karet tumbuh cukup besar. Tetapi, rata-rata jarak kebun dari petani di sini, kebun yang mereka punya itu lumayan jauh dengan kediaman mereka. Sehingga, setelah merawat karet sekitar tiga sampai 5 bulan di dekat rumah. Mereka pindahkan ke kebun dengan effort yang lumayan besar. Karet ini butuh waktu sekitar empat tahun untuk siap dipanen getahnya.
2. Penghasilan
ADVERTISEMENT
Pendapatan petani karet umumnya cukup untuk kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Penghasilan bergantung pada frekuensi panen, yang biasanya dilakukan setiap minggu. Pagi hari, antara jam 7-10, para petani mulai menyadap getah dari pohon-pohon karet. Setelah disadap, getah dibiarkan mengental di bak hingga siap dijual. Harga karet yang fluktuatif memengaruhi penghasilan petani. Saat ini, harga karet berkisar lima ribu rupiah per kilogram. Rata-rata, petani menghasilkan sekitar 55 kilogram per minggu, yang bernilai sekitar 250 ribu rupiah. Meski sederhana, penghasilan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup desa yang cenderung lebih rendah dibandingkan perkotaan.
3. Tantangan
Para petani karet di Desa Pandan menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah jarak kebun yang jauh dari tempat tinggal. Bagi petani yang tidak memiliki kendaraan, akses ke kebun dapat ditempuh dengan sepeda atau bahkan berjalan kaki sambil membawa perlengkapan, makanan, dan minuman. Selain itu, kondisi jalan menuju kebun sering kali berlumpur saat musim hujan, membuat perjalanan lebih sulit, terutama bagi petani yang harus pergi lebih jauh ke dalam hutan.
ADVERTISEMENT
Tantangan terbesar adalah banjir. Saat banjir, kebun karet tergenang air sehingga tidak bisa disadap. Hal ini mengakibatkan hilangnya penghasilan untuk sementara waktu, dan mereka harus mengandalkan stok makanan seadanya. Bahkan, biaya sekolah anak-anak pun terkadang sulit dipenuhi ketika situasi ini terjadi.
Kesimpulan
Bagi masyarakat Desa Pandan, kebun karet bukan hanya sekadar sumber penghasilan, tetapi juga bagian dari identitas dan budaya mereka. Meski hasilnya tidak besar dan penuh tantangan, seperti banjir dan akses yang sulit, para petani tetap bertahan. Karet adalah sumber kehidupan yang sudah menjadi bagian dari keseharian, dan semangat serta kerja keras mereka dalam mempertahankan mata pencaharian ini menjadi pelajaran penting akan keteguhan dan kemandirian masyarakat pedesaan.
ADVERTISEMENT