Deteksi Gelombang Gravitasi Terbaru Jelaskan Asal Usul Emas di Bumi

17 Oktober 2017 7:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Perhiasan Emas (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perhiasan Emas (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Jika anda mengenakan perhiasan emas, bisa jadi perhiasan yang anda kenakan itu merupakan kepingan material hasil tabrakan dua bintang neutron. Dilansir The Guardian pada Senin (16/10/2017), pernyataan tersebut merupakan salah satu kesimpulan dalam konferensi pers terkait GW170817 di Washington DC, Amerika Serikat, pada Senin (16/10/2017) siang waktu setempat atau kemarin malam waktu Indonesia.
ADVERTISEMENT
GW170817 sendiri adalah nama gelombang gravitasi yang berhasil dideteksi pada 17 Agustus 2017 oleh para ilmuwan dari Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) dan Virgo yang kemudian dipaparkan dalam konferensi pers semalam.
Gelombang gravitasi yang berhasil dideteksi ini terbentuk akibat tabrakan antara dua bintang neutron. Ledakan yang dihasilkan oleh tabrakan ini dikenal dengan sebutan kilonova.
Berdasarkan pemaparan dalam konferensi pers tersebut, akibat dari peristiwa kilonova inilah kemudian terbentuk fraksi emas dan unsur-unsur kimia yang berat lainnya.
Ilustrasi Gelombang Gravitasi (Foto: NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gelombang Gravitasi (Foto: NASA)
Secara astronomi, asal usul emas telah menjadi teka-teki selama puluhan tahun. Sejak tahun 1920-an telah diciptakan sebuah teori bahwa bintang-bintang bersinar karena mereka melakukan proses memfusikan atau menggabungkan suatu unsur kimia dengan unsur kimia yang lain.
ADVERTISEMENT
Hal ini menunjukkan, bintang-bintang adalah pabrik kimia yang membangun hampir semua unsur di dalam tabel periodik kimia. Namun begitu, rincian pembentukan unsur-unsur kimia itu adalah hal yang masih sulit untuk dipahami.
Selama ini para astronom meyakini unsur-unsur kimia paling sederhana, yakni hidrogen dan helium, terbentuk saat alam semesta masih berbentuk bola api yang kemudian meledak dan mengembang seperti yang dijelaskan dalam teori Big Bang. Adapun sisa unsur kimia lainnya terbentuk akibat peristiwa bintang-bintang yang meluruh, meledak, ataupun bertabrakan.
Dengan terdeteksinya gelombang gravitasi yang dihasilkan akibat tabrakan dua bintang neutron yang kemudian diteliti oleh para ilmuwan, sebagaimana yang dipaparkan dalam konferensi pers semalam, asal usul emas dan sejumlah unsur kimia lainnya di Bumi akhirnya semakin terjelaskan.
ADVERTISEMENT
Selain menjelaskan asal usul sejumlah unsur kimia di Bumi, pendeteksian gelombang gravitasi ini juga semakin membenarkan pernyataan Albert Einstein sekitar seabad lalu.
Pada tahun 1916, Einstein telah memprediksi adanya gelombang gravitasi di alam semesta. Ilmuwan besar dunia yang merumuskan Teori Relativitas Umum itu menyatakan setiap benda atau objek di alam semesta dapat menghasilkan gelombang gravitasi.
Namun begitu, saat itu Einstein tidaklah yakin apakah gelombang gravitasi ini dapat diamati atau tidak.
Ilustrasi Gelombang Gravitasi (Foto: Vimeo)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gelombang Gravitasi (Foto: Vimeo)
Sekitar seratus tahun kemudian, tepatnya pada September 2015, para ilmuwan dari tim Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) berhasil mendeteksi keberadaan gelombang gravitasi menggunakan fasilitas detektor canggih yang supersensitif dan superselektif yang memang dirancang untuk menangkap hanya gelombang gravitasi, bukan gelombang-gelombang lainnya.
ADVERTISEMENT
Dan pada tahun 2017 ini para ilmuwan dunia kembali berhasil mendeteksi keberadaan gelombang gravitasi lainnya, yakni GW170817. Berbeda dengan gelombang-gelombang gravitasi yang terdeteksi sebelumnya yang dihasilkan akibat tabrakan dua lubang hitam, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, GW170817 terbentuk akibat tabrakan dua bintang neutron.