Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Ketagihan Gangan, Sup Ikan Khas Negeri Laskar Pelangi
3 Maret 2019 15:42 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
Tulisan dari Utomo Priyambodo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Kamu belum ke Belitung kalau belum nyobain gangan!”
“Kalau kamu udah nyobain gangan di Belitung, kamu pasti pengen balik lagi ke Belitung!”
ADVERTISEMENT
Beberapa orang yang tinggal di Belitung ataupun pernah melancong ke Belitung, mengatakan hal demikian kepada kami. Jadi, ketika kaki kami hendak menginjak tanah Belitung, kami sudah ancang-ancang untuk mencicipi sup ikan tersebut.
Tempat yang menjadi incaran kami adalah Rumah Makan Sari Gangan. Tempat ini sebenarnya sebuah rumah biasa yang halamannya disulap menjadi dapur plus ruang makan terbuka berisi sekitar dua puluhan meja dan kursi.
Kebetulan sekali, lokasi Sari Gangan ini berdekatan dengan hotel tempat kami bermalam. Hanya berjarak 350 meter dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Nama tempat kami menginap adalah Hotel Mustika 2 yang beralamat di Jalan Sabar. Adapun Sari Gangan bertempat di Jalan Irian. Keduanya berada di pusat Kota Tanjung Pandan, jaraknya hanya 800 meter dari Tugu Batu Satam yang menjadi ikon ibu kota Kabupaten Belitung tersebut.
ADVERTISEMENT
Kami datang ke Sari Gangan saat masih jam makan malam, tepatnya pukul 8 malam. Tempat ini baru tutup pukul 9 malam.
Setibanya di Sari Gangan, kami tidak disodorkan daftar menu sama sekali. Sebab, rumah makan tersebut memang hanya menjual gangan sebagai menu makan utama.
Salah satu pekerja rumah makan hanya memberi pilihan: “Badan atau kepala? Tapi ikannya cuma tinggal ukuran kecil.”
Ikan yang dipakai dalam racikan gangan di rumah makan ini berjenis kakap. Kami memilih bagian kepala maupun badannnya.
Istriku selalu memilih bagian kepala setiap kali makan ikan. Sedangkan aku sendiri lebih suka makan bagian badan karena tak tega melihat matanya.
“Bagian kepala tuh enak. Lebih lembut dan bisa dibedel-bedel. Pipi dan mata the best!” kata istri.
ADVERTISEMENT
Kami memang tidak selamanya satu selera dalam makanan. Misalnya saja dia suka petai dan jengkol, tapi membenci rendang. Sementara aku sebaliknya.
Sembari menunggu makanan yang kami pesan dihidangkan, kami berdua mengobrol dan sesekali pandangan kami menyapu seluruh area rumah makan ini.
Yang menarik dari Sari Gangan, dapurnya berdampingan dengan tempat makan para pengunjung. Dapur ini open space, tanpa sekat kaca apalagi dinding. Jadi, pengunjung bisa menyaksikan langsung proses pembuatan makanan di sini.
Gangan di rumah makan ini hanya dimasak jika sudah ada pesanan pengunjung yang datang. Sebagian pekerja tampak memasak sup ikan khas Pulau Belitung ini, sebagian lainnya tampak mengupas rempah-rempah dan menumbuk bumbu.
Sekitar lima belas menit setelah kami memesan makanan, tercium aroma sedap dari arah dapur. Tak lama kemudian, hidangan yang kami pesan tiba di hadapan kami.
ADVERTISEMENT
Dua mangkuk gangan yang kami pesan rupanya dilengkapi dengan beberapa makanan pendamping, yakni ikan bebulus goreng, sambal belacan, serta lalapan berupa timun dan daun yang tak kami ketahui namanya tapi rasanya mirip daun pepaya.
Meski kami tak selalu satu selera soal makan, dalam sesi makan malam kali ini kami berdua sama-sama terperanjat oleh suapan demi suapan gangan yang kami santap. Sejak suapan mula sampai suapan penghabisan.
Kuah gangan ini begitu pekat, mirip jamu. Namun rasanya begitu nikmat dan sama sekali tak seperti minum jamu. “Maknyus!” meminjam kata mendiang Bondan Winarno. “Ajib!” mengutip ucapan Fauzi Baadilla.
Rasa pertama yang bisa kami deskripsikan dari gangan yang kami santap adalah segar. Asam, pedas, gurih, dan sedikit manis bercampur bersama ke dalam makanan ini.
ADVERTISEMENT
Dimensi rasa gangan bertambah kaya dan nikmat ketika kami menambahkan nasi hangat, potongan ikan bebulus goreng, setitik sambal belacan, dan sejumput lalapan dalam tiap sendok dulangan kami.
Maknyus. Ajib. Mantap. Nikmat. Saraf-saraf di indra pengecapan kami benar-benar dimanjakan dan dipuaskan oleh menu makan malam ini.
Kami penasaran dengan rempah-rempah yang dipakai ke dalam racikan sup ikan ini. Namun rupanya, kami tak perlu tanyakan ini kepada pemilik rumah makan.
Sebab, daftar bumbu untuk olahan ikan segar ini sudah tetulis di dinding rumah makan. Yakni, kunyit, lengkuas, asam, cabai, cabai rawit, bawang, terasi, garam, dan gula.
Barangkali, pikir kami, banyak pengunjung seperti kami yang juga penasaran dengan resep gangan.
Selama lima hari empat malam liburan di Pulau Belitung, kami sempat makan empat hidangan gangan di empat tempat berbeda.
ADVERTISEMENT
Dari keempat tempat tersebut, bagi kami menu sup ikan khas Belitung di RM Sari Gangan adalah yang paling juara. Kuahnya sungguh pekat dan kuat. Betul-betul membekas di lidah dan ingatan kami.
Bahkan, saat menuliskan cerita kuliner ini, air liur kami terbit di lidah dan mulut kami berdecap-decap membayangkan kembali panganan enak tersebut.
Kami rasa kami sudah ketagihan dengan gangan. Dan rasanya kami ingin kembali ke Negeri Laskar Pelangi untuk menyantap sup ikan yang sungguh nikmat itu.
------------------------
Sumber: Jalan-Jalan Tomo Tyas