Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Mengapa 23 April Diperingati sebagai Hari Buku Sedunia?
23 April 2017 8:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Hubungan antara 23 April dan buku bermula dari acara perayaan La Diada de Sant Jordi alias Sant Jordi di Catalunya, Spanyol. Pada 23 April 1923, para pedagang buku di Catalunya mengadakan acara festival buku pada momen perayaan tahunan masyarakat Catalan tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelum 1923, festival yang diadakan untuk memperingati hari kematian Saint George, santo pelindung dari Catalunya, pada 23 April tahun 303 itu hanya identik dengan pemberian mawar merah kepada teman-teman, anggota keluarga dan pasangan. Namun sejak 1923 Sant Jordi juga dikenal identik dengan pemberian buku dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan buku.
Ide mengadakan festival buku pada waktu yang bersamaan dengan tradisi La Diada de Sant Jordi (yang berarti Hari Saint George) --atau yang kini dikenal juga sebagai El Dia de la Rosa (Hari Mawar) maupun El Dia del Llibre (Hari Buku), berasal dari Vicente Clavel Andrés, penulis asal Valencia, untuk menghormati mendiang Miguel de Cervantes Saavedra yang meninggal pada tanggal dan bulan yang sama seperti Saint George, yakni 23 April dengan tahun yang berbeda. Beda waktu kematian Cervantes dan kematian Saint George adalah tepat 1.313 tahun.
ADVERTISEMENT
Cervantes adalah seorang tokoh yang juga melegenda di Catalunya karena dianggap sebagai seorang penulis berbahasa Spayol terbesar yang pernah ada. Bahkan, karyanya yang berjudul Don Quixote disebut-sebut sebagai karya sastra terbaik di dunia.
Pada 2012 lalu para editor Norwegian Book Clubs bekerja sama dengan Norwegian Nobel Institute, membentuk sebuah tim panel yang terdiri dari 100 orang penulis dari 54 negara. Para penulis di dalam tim itu antara lain Milan Kundera, Doris Lessing, Seamus Heaney, Salman Rushdie, Wole Soyinka, John Irving, Nadine Gordimer dan Carlos Fuentes.
Seratus penulis itu kemudian diminta untuk memilih “karya-karya sentral nan terbaik di dalam dunia kesusastraan”. Hasilnya, terpilih 100 judul buku terbaik dan Don Quixote adalah salah satunya.
ADVERTISEMENT
Meski keseratus buku yang terpilih tersebut tak diberikan peringkat, para editor Norwegian Book Clubs mengungkapkan Don Quixote menerima 50 persen voting lebih banyak ketimbang buku lainnya. Dengan kata lain, Don Quixote tepilih sebagai karya sastra terbaik jika penentuannya mutlak berdasarkan jumlah hasil voting tersebut.
Dalam daftar seratus buku terbaik itu juga terdapat tiga judul naskah drama karya William Shakespeare, sastrawan cum dramawan terbesar Inggris. Ketiga judul karya Shakespeare itu adalah Hamlet, Othello dan King Lear.
Kembali pada perayaan tahunan Sant Jordi. Tak dapat dipungkiri, festival buku di Catalunya ini telah memberi inspirasi pada tradisi perayaan buku di dunia. UNESCO alias Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB kemudian menetapkan tanggal 23 April sebagai Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia atau biasa juga disebut sebagai Hari Buku Sedunia.
ADVERTISEMENT
Perayaan Hari Buku Sedunia yang mulai diadakan sejak tahun 1995 di Paris ini bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada buku-buku dan para penulis serta mempromosikan budaya membaca, penerbitan dan hak cipta.
Berdasarkan penjelasan UNESCO, tanggal 23 April dipilih karena pada 23 April 1616 ada beberapa sastrawan besar dunia yang meninggal dunia. Berdasarkan sistem Kalender Gregorian yang digunakan Spanyol dan Kalender Julian yang dipakai Inggris, Cervantes dan Shakespeare meninggal tepat pada tanggal tersebut.
Tak hanya kedua penulis di atas, penulis besar Spanyol lainnya, Inca Garcilaso de La Vega, juga meninggal pada 23 April 1616. Uniknya, 23 April juga merupakan tanggal kelahiran para penulis besar dunia lainnya seperti Maurice Druon, Haldor K. Laxness, Vladimir Nabokov dan Manuel Mejía Vallejo pada tahun-tahun yang berbeda.
Sejak 2001, UNESCO bersama organisasi-organisasi internasional lainnya yang mewakili tiga sektor industri perbukuaan --penerbit, penjual buku dan perpustakaan, secara khusus memilih suatu kota sebagai Ibu Kota Buku Dunia. Kota yang terpilih tersebut akan menyandang predikat Ibu Kota Buku Dunia selama setahun, dimulai pada tanggal 23 April tahun tersebut hingga 22 April tahun berikutnya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2017 ini, Conakry terpilih sebagai Ibu Kota Buku Dunia. Kota yang terletak di Guinea, Afrika Barat itu terpilih "karena kualitas dan keragaman programnya, terutama fokusnya terhadap keterlibatan masyarakat,” kata tim panitia seleksi. Panitia seleksi Ibu Kota Buku Dunia juga menambahkan alasan memilih ibu kota negara Guinea itu lantaran “anggaran yang terstruktur dengan baik dan tujuan pembangunan yang jelas dengan penekanan kuat pada pemuda dan keaksaraan."
Setiap tahun UNESCO membuka pendaftaran bagi kota-kota di seluruh dunia yang ingin mengajukan diri menjadi Ibu Kota Buku Dunia dengan mengirimkan sejumlah dokumen persyaratan. Untuk 2018 mendatang Athena di Yunani telah terpilih sebagai Ibu Kota Buku Dunia ke-18.
Adapun kota-kota yang pernah terpilih sebagai Ibu Kota Buku Dunia lainnya adalah Madrid (2001), Alexandria (2002), New Delhi (2003), Antwerp (2004), Montreal (2005), Turin (2006), Bogota (2007), Amsterdam (2008), Beirut (2009), Ljubljana (2010), Buenos Aires (2011), Yerevan (2012), Bangkok (2013), Port Harcourt (2014), Incheon (2015) dan Wroclaw (2016).
ADVERTISEMENT
Kapan ya kiranya kota di Indonesia terpilih menjadi Ibu Kota Buku Dunia?