Konten dari Pengguna

Jakarta Feminist: Pengaruh Minoritas dalam Usaha Mendobrak Batas

Vidya Ayu C
Mahasiswa Psikologi Sosial di Universitas Indonesia
26 November 2024 17:10 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vidya Ayu C tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gerakan kelompok feminis yang mengadvokasi kesetaraan gender (Sumber: www.pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gerakan kelompok feminis yang mengadvokasi kesetaraan gender (Sumber: www.pexels.com)
ADVERTISEMENT
Ketimpangan gender di Indonesia masih menjadi masalah yang cukup pelik. Berdasarkan data dari OECD Development Centre (2023), Indonesia memperoleh skor 45 pada Social Institution and Gender Index yang menunjukkan bahwa diskriminasi berbasis gender masih cukup sering terjadi di negara ini. Salah satu jalan yang ditempuh untuk mengurangi ketimpangan gender adalah melalui aksi kolektif dari kelompok feminis (Radke dkk., 2016). Di Indonesia, salah satu kelompok feminis yang aktif mengadvokasi pandangannya terkait isu ketimpangan gender adalah Jakarta Feminist. Jakarta Feminist, yang juga dikenal dengan nama Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta, merupakan komunitas feminis yang berbasis di wilayah Jabodetabek. Berawal dari grup diskusi informal, kelompok feminis yang sudah berbadan hukum sejak pertengahan tahun 2019 bertujuan untuk mempromosikan nilai-nilai feminis untuk mencapai kesetaraan gender. Visi yang diusung oleh Jakarta Feminist adalah terwujudnya peradaban yang setara bagi semua, khususnya perempuan, kelompok minoritas, dan kelompok marginal, melalui gerakan feminis di Indonesia (Jakarta Feminist, t.t.-b)
ADVERTISEMENT
Melalui akun Instagram resminya, Jakarta Feminist mengemas berbagai isu yang sedang diperjuangkan dalam bentuk konten yang menarik untuk disimak. Salah satu isu yang belakangan cukup menjadi sorotan adalah femisida. Didefinisikan sebagai pembunuhan yang disengaja dengan motivasi yang berkaitan dengan gender, femisida dapat didorong oleh stereotipe peran gender, diskriminasi terhadap perempuan, pola relasi kuasa yang timpang antara laki-laki dan perempuan, dan juga norma sosial tertentu yang membahayakan (UN Women, 2023). Kasus pembunuhan perempuan bernama Nia dari Padang Pariaman menjadi salah satu contoh kasus femisida yang terjadi di Indonesia. Nia menjadi korban dari kejahatan Indra Septiawan, laki-laki yang berada di sekitar tempat tinggalnya (Tim detikSumut, 2024). Dalam merespon kasus ini, Jakarta Feminist mengadakan acara malam solidaritas yang bertajuk “Nyala Untuk Nia”. Melalui acara tersebut, Jakarta Feminist mencoba untuk menyuarakan refleksi mengenai permasalahan femisida di Indonesia, mengawal proses hukum yang berlangsung, serta mendesak pemerintah untuk melakukan pencegahan kekerasan dan perlindungan terhadap perempuan dan kelompok rentan.
ADVERTISEMENT
Dalam mencapai tujuannya untuk mencapai kesetaraan gender, Jakarta Feminist tidak hanya mengadakan malam solidaritas yang bersifat insidental seperti “Nyala Untuk Nia”. Secara keseluruhan, Jakarta Feminist memiliki empat kegiatan utama yang konsisten dilaksanakan. Sejak tahun 2017, Jakarta Feminist rutin mengadakan Women’s March Jakarta setiap tahun sebagai gerakan aksi kelompok perempuan dan kelompok rentan untuk menuntut perubahan kebijakan yang lebih baik. Beberapa kebijakan dan peraturan yang disoroti dalam Women’s March Jakarta adalah RUU PKS, dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (Jakarta Feminist, t.t.-c). Selain kegiatan tahunan, Jakarta Feminist juga memiliki kegiatan dwi-tahunan yang bertajuk Feminist Fest, atau biasa disingkat dengan FemFest. Berdasarkan keterangan yang dicantumkan dalam situs resmi, FemFest bertujuan untuk mengeksplorasi feminisme dan keadilan gender. Selain itu, FemFest menjadi wahana untuk menghubungi anak muda Jabodetabek yang memiliki komunitas dan LSM yang bergerak di bidang terkait (Jakarta Feminist, t.t.-a). Kegiatan lainnya yang dilakukan Jakarta Feminist secara berkelanjutan adalah advokasi dan riset, yang mana hasil risetnya dipublikasikan melalui situs resmi. Jakarta Feminist juga bergerak dalam bidang pendidikan dengan mengadakan diskusi, pelatihan, dan pelatihan online yang dapat diakses secara gratis melalui situs resmi.
ADVERTISEMENT
Dalam perjuangannya mencapai kesetaraan gender, Jakarta Feminist merupakan kelompok minoritas yang berusaha mengubah posisi mayoritas. Diskriminasi tinggi terhadap perempuan dalam berbagai dimensi (OECD Development Centre, 2023) mencerminkan posisi yang dipegang mayoritas masyarakat Indonesia. Dengan nilai-nilai feminisme yang diusungnya, Jakarta Feminist berusaha membuat perubahan sosial terhadap posisi mayoritas tersebut. Kenyataan lain yang menempatkan Jakarta Feminist sebagai kelompok minoritas adalah adanya stigma sosial terhadap feminis. Meskipun populasinya tidak berbeda jauh dengan laki-laki, sedikit perempuan yang mau menyatakan dirinya seorang feminis karena ada konsekuensi negatif yang akan diperoleh akibat stigma sosial yang menempel pada identitas feminis (Radke et al., 2016). Perjuangan Jakarta Feminist untuk melawan ketimpangan gender di Indonesia nampak sulit dilakukan, apalagi mengingat kebijakan pemerintah dalam perlindungan perempuan dan kelompok rentan belum dilakukan secara maksimal. Namun, terdapat secercah harapan bagi Jakarta Feminist: bahwa kelompok minoritas memiliki pengaruh dan membawa perubahan sosial dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Serge Moscovici, seorang psikolog sosial dari Perancis, meyakini bahwa keberagaman pendapat merupakan suatu keniscayaan dalam masyarakat. Anggota masyarakat yang mengusung posisi minoritas dapat menyatakan ketidaksepakatannya untuk menghasilkan perubahan atau inovasi, yang kemudian dengan istilah minority influence atau pengaruh minoritas (Levine & Prislin, 2013). Moscovici (1976 dalam Levine dan Prislin, 2013) melihat bahwa masyarakat begitu menghargai konsensus, sehingga alternatif sudut pandang dari kelompok minoritas memunculkan keraguan terhadap validitas sudut pandang mayoritas. Seringkali diabaikan dan dimarjinalisasi, kelompok minoritas harus mengadvokasi posisinya dengan sekuat tenaga. Advokasi yang kuat dan konsisten dari kelompok minoritas menarik perhatian, serta menunjukkan kepercayaan diri dan komitmen yang besar terhadap isu yang diadvokasi. Suara yang sulit diabaikan tersebut kemudian menghasilkan konflik dengan kelompok minoritas serta konflik kognitif dalam diri anggota kelompok mayoritas. Pada akhirnya, anggota kelompok mayoritas mengadopsi posisi yang diadvokasi oleh kelompok minoritas.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Moscovici menggambarkan pengaruh minoritas dalam menciptakan perubahan sosial dalam masyarakat tercermin dalam aktivitas yang dilakukan oleh Jakarta Feminist. Kegiatan Jakarta Feminist yang secara jelas menggambarkan pandangan Moscovici terkait pengaruh minoritas adalah Women’s March Jakarta. Aksi kolektif yang dilakukan di jalan besar dan dapat disaksikan oleh banyak orang ini membutuhkan usaha yang besar, yang menunjukkan kepercayaan diri dan komitmen terhadap isu yang diusung. Dengan membawa berbagai poster dan spanduk yang bertuliskan kritik, Women’s March Jakarta memecahkan konsensus mengenai kondisi perempuan dan kelompok rentan yang ada dalam masyarakat dengan memberikan alternatif sudut pandang yang dianggap lebih baik berdasarkan nilai-nilai feminisme. Women’s March Jakarta juga diselenggarakan setiap tahun, yang kemudian menunjukkan konsistensi dalam pengadvokasian posisi mengenai isu ketimpangan gender dari Jakarta Feminist. Konsistenai advokasi melalui Women’s March Jakarta juga didukung oleh berbagai forum diskusi dan pendidikan yang terus diselenggarakan oleh Jakarta Feminist. Forum diskusi dan pendidikan yang diselenggarakan juga terbuka bagi semua orang sehingga posisi yang diadvokasi dapat diketahui oleh seluruh kalangan. Kegiatan-kegaiatan yang dilakukan Jakarta Feminist merupakan bentuk advokasi posisi yang kuat dan konsisten, sehingga pesan yang hendak disampaikan sulit untuk diabaikan oleh kelompok mayoritas.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana kelompok mayoritas pada akhirnya bisa menerima posisi yang diadvokasikan oleh kelompok minoritas, yang dalam kasus ini adalah Jakarta Feminist? Berdasarkan Teori Konversi dari Moscovici (1980), kelompok minoritas tidak bisa membuat kelompok mayoritas patuh terhadap posisi yang diadvokasi karena hampir tidak ada keuntungan yang akan diperoleh dengan mematuhi posisi tersebut. Namun, advokasi kelompok minoritas yang kuat dan konsisten sulit untuk diabaikan, sehingga mendorong kelompok mayoritas untuk memproses pesan yang disampaikan kelompok minoritas secara elaboratif. Pada akhirnya, kelompok mayoritas dapat melakukan konversi dengan mengadopsi posisi kelompok minoritas secara diam-diam. Menurut Moscovici (1980), perubahan yang ditimbulkan dari kelompok minoritas terjadi secara tidak langsung, lambat, dan tertutup.
Melihat penjelasan Teori Konversi, Jakarta Feminist memiliki harapan untuk menciptakan perubahan dengan terus mengadvokasikan posisinya untuk menciptakaan kesetaraan gender. Pesan yang disampaikan melalui Women’s March Jakarta, FemFest, advokasi, riset, dan pendidikan tidak bisa diabaikan begitu saja oleh masyarakat. Meskipun perubahan yang diinginkan tidak terjadi secara drastis, nilai-nilai feminisme yang diusung Jakarta Feminist dapat tersampaikan selama advokasi berlangsung dengan kuat dan konsisten. Pada akhirnya, suara yang disampaikan Jakarta Feminist dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat. Secara perlahan, perubahan ke arah yang lebih baik bagi perempuan dan kelompok rentan dapat terwujud dalam sunyi. Jakarta Feminist dapat mendobrak batas. Batas yang menghalangi terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi kelompok rentan, yang disuarakan oleh kelompok minoritas.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Jakarta Feminist. (t.t.-a). Feminist Festival. Diambil 16 Oktober 2024, dari https://jakartafeminist.com/femfest/
Jakarta Feminist. (t.t.-b). Jakarta Feminist – Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta. Diambil 16 Oktober 2024, dari https://jakartafeminist.com/
Jakarta Feminist. (t.t.-c). Women’s March Jakarta. Diambil 16 Oktober 2024, dari https://jakartafeminist.com/wmj/
Levine, J. M., & Prislin, R. (2013). Majority and Minority Influence. Dalam Group Processes. Routledge.
Moscovici, S. (1980). Toward A Theory of Conversion Behavior. Advances in Experimental Social Psychology, 13, 209–239. https://doi.org/10.1016/S0065-2601(08)60133-1
OECD Development Centre (last). (2023). Indonesia SIGI Country Profile. OECD.
Radke, H. R. M., Hornsey, M. J., & Barlow, F. K. (2016). Barriers to women engaging in collective action to overcome sexism. American Psychologist, 71(9), 863–874. https://doi.org/10.1037/a0040345
Tim detikSumut. (2024). Sosok Pembunuh Nia Penjual Gorengan yang Disebut Bukan Orang Sembarangan. https://www.detik.com/sumut/hukum-dan-kriminal/d-7553059/sosok-pembunuh-nia-penjual-gorengan-yang-disebut-bukan-orang-sembarangan
ADVERTISEMENT
UN Women. (2023, November 22). Five essential facts to know about femicide. https://www.unwomen.org/en/news-stories/feature-story/2022/11/five-essential-facts-to-know-about-femicide