Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tidak Dapat Dihindari, Harga Mi Instan Akan Terus Mengalami Kenaikan
30 September 2022 18:41 WIB
Tulisan dari vaniapatriciavp83 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kepopuleran Mi instan
Mi instan merupakan salah satu makanan yang mendunia, bahkan mi instan sendiri menjadi makanan yang bisa dikonsumsi hampir setiap hari. Terutama di negara kita sendiri, mi instan seolah-olah menjadi makanan yang wajib dikonsumsi, dan sudah menjadi hal yang lumrah jika hampir di setiap tempat makan tersedia mi instan. Bahkan mi instan juga menjadi salah satu menu penggeser nasi di Indonesia. Sangat disayangkan, mi instan sendiri tidaklah sehat, jika dikonsumsi terlalu sering maka ada beberapa penyakit yang akan kita dapatkan. Tetapi seakan menutup telinga terhadap fakta tersebut, banyak orang yang tetap dengan seringnya mengonsumsi makanan tersebut. Selain rasanya yang enak, mi instan ini terkenal dengan harganya yang murah. Dengan harga Rp2.500-Rp3.000 saja kita sudah bisa menikmati mi instan tersebut.
ADVERTISEMENT
Munculnya isu-isu kenaikan harga Mi instan
Belakangan ini terdengar isu-isu kenaikan harga makanan kesukaan semua orang tersebut. Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo mengeluarkan pernyataan mengenai isu kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat. Walau kebijakan ini memang belum terealisasi, tetapi isu ini sudah menyebar luas dan mencuri perhatian publik. Sebenarnya memang harga mi instan ini sudah naik, tetapi belum mencapai 3x lipat, layaknya isu yang beredar. Contohnya yaitu mi instan rasa ayam bawang merek Indomie, untuk satu dus yang berisi 40 pcs dikenakan harga Rp96.000, jika dihitung satuan maka harganya Rp2.400. Akan tetapi saat ini Indomie tersebut dijual dengan harga Rp110.000 per dus, maka harga satuannya akan dijual mulai dari Rp2.750-Rp3.000. Untuk sekarang ini bahkan Indomie sudah dijual dengan harga di atas Rp3.000.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran pedagang terhadap kenaikan harga Mi instan
Untuk perusahaan besar produsen mi instan, mungkin memang tidak akan terpengaruh karena banyaknya stok yang telah dimiliki. Justru pengusaha-pengusaha UMKM yang akan merasakan dampak besar dari kenaikan harga mi instan ini, tentu akan sangat berpengaruh bagi penjual mi instan matang. Mereka yang menyediakan mi instan sebagai menu utama pun mulai khawatir, pasalnya mereka harus melakukan sesuatu jika memang harga mi instan akan melonjak nantinya. Seorang pengusaha UMKM mengutarakan kekhawatirannya, jika harga mi instan nantinya naik 3x lipat, Ia takut akan kehilangan pelanggan, tetapi jika tetap dijual murah maka Ia tidak akan mendapatkan keuntungan. Menurut mereka, sekarang saja minat pembelian sudah turun akibat kenaikan harga mi instan yang belum seberapa. Maka dari itu mereka hanya berharap setidaknya kenaikan harga mi instan ini tidak mencapai 3x lipat.
ADVERTISEMENT
Penyebab kenaikan harga mi instan
Kenaikan harga gandum menjadi penyebab utama kenaikan harga mi instan. Rusia dan Ukraina merupakan negara penghasil gandum terbesar di dunia, sedangkan Indonesia sendiri memiliki hubungan dagang yang besar dengan kedua negara tersebut, tidak heran jika harga bahan baku di Indonesia pun terseret naik. Tak hanya Indonesia, tetapi hampir seluruh negara bergantung kepada dua negara tersebut dalam memasok gandum, kedua negara tersebut menyuplai sekitar 30% hingga 40% kebutuhan gandum yang ada di dunia. Karena itulah pasokan gandum di seluruh dunia sedang terhambat.
Direktur Celios (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira mengatakan untuk kenaikan harga mi instan sendiri pastinya tidak dapat dihindari. Sampai saat ini belum terlihat adanya tanda-tanda normalisasi pasokan gandum. Selain Rusia dan Ukraina, India sendiri pun menghentikan ekspor gandumnya. Maka harga Mi instan ini diperkirakan akan terus naik.
ADVERTISEMENT
Kesempatan Pemerintah melakukan substitusi bahan pangan
Dapat dikatakan bahwa ini adalah sebuah kesempatan untuk pemerintah mulai mengembangkan bahan bahan yang sekiranya bisa menjadi pengganti gandum. Bahan-bahan yang bisa dikembangkan yaitu sorgum atau pun tepung singkong. Presiden NKRI, Joko Widodo juga sudah memberikan tugas kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, agar segera disiapkan roadmap hilirisasi dan pengembangan sorgum sampai tahun 2024. Untuk tahun 2023 pemerintah berencana membuka 115.000 hektare lahan untuk budidaya sorgum, dan di tahun 2024 juga akan disiapkan lahan seluas 154.000 hektare. Segala persiapan lahan tersebut akan dilakukan oleh Kementerian Pertanian, serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Besar harapan Pemerintah untuk budidaya sorgum ini, jika sorgum berhasil menjadi pengganti gandum, maka kebutuhan pangan gandum dapat terpenuhi kembali dan harga mi instan, serta makanan lain dengan bahan dasar tepung, dapat kembali seperti semula.
ADVERTISEMENT