Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Wanita Tak Menikah: Mengapa Masih Jadi Sorotan Negatif di Indonesia?
13 Mei 2025 12:57 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Verisca Putri Meylina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hidup di negara Indonesia apalagi, di desa bukanlah hal yang langka jika melihat bahwa seorang wanita harus segera menikah jika telah menyelesaikan pendidikannya. Banyak masyarakat yang menilai bahwa menikah merupakan kewajiban bagi perempuan yang telah berusia di atas 20 tahun. Bahkan jika seorang wanita tidak segera menikah akan dicap “tidak laku” oleh masyarakat. Lantas benarkah, bahwa dengan menikah seorang perempuan dapat sepenuhnya memperoleh kebahagiaan?

Kewajiban Wanita untuk segera Memiliki Pasangan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara yang masih kental dengan tradisi dimana seorang wanita harus segera menikah agar tidak dianggap tidak laku. Bahkan jika di kampung seorang wanita yang tidak segera menikah akan dicap sebagai “perawan tua”. Masyarakat masih menilai, bahwa wanita yang telah berusia diatas 20 tahun seharusnya segera menikah, sehingga masyarakat maupun keluarga seringkali tidak melihat kesiapan seorang wanita yang masih baru berusia 20 tahun untuk memulai hidup baru dengan pasangan mereka.
Kesiapan Wanita
Karena stigma negatif dari masyarakat kepada seorang wanita yang tidak segera menikah, biasanya membuat kedua Orang Tua akan khawatir terhadap anaknya, apabila anaknya tidak laku. Selain itu, ada alasan lain yang melatarbelakangi kenapa kedua Orang Tua memaksakan anaknya untuk menikah adalah karena faktor ekonomi. Kekhawatiran ini membuat anak perempuan mereka akan dipaksa untuk menikah ataupun dijodohkan dengan orang yang masih belum mereka kenal. Bahkan, mereka tidak tahu kejelasan latar belakang dan juga sifat dari orang yang akan menjadi jodoh mereka.
ADVERTISEMENT
Karena keputusan Orang Tua untuk memaksa anak perempuan mereka. Dengan anggapan bahwa apabila anak perempuan mereka tidak menuruti kedua orang tuanya, maka mereka merupakan anak yang durhaka. Karena itu meski belum siap seorang wanita akan dihadapkan pilihan untuk menikah.
Apakah benar, Wanita akan Bahagia dengan Pernikahan?
Ketidaksiapan Wanita yang dipaksakan menikah seringkali menjadi “nightmare” atau "mimpi buruk" bagi seorang wanita. Di Usia mereka yang masih terbilang muda, mereka harus memulai hidup nya untuk menjadi seorang “istri” bahkan juga seorang “ibu”. Padahal mereka masih belum siap secara fisik, maupun secara emosional. Dengan pernikahan ini, banyak wanita yang harus memendam impian besar mereka untuk menempuh pendidikan lagi, ataupun menggapai impian mereka.
ADVERTISEMENT
Bahkan setelah menikah, nyatanya tidak membuktikan bahwa seorang wanita akan sepenuhnya mendapatkan kebahagiaan. Setelah menikah, banyak wanita yang harus mematuhi suaminya, untuk selalu mendampinginya. Hal ini membuat seorang perempuan tidak dapat menggapai impian mereka
Tidak hanya hal itu, pernikahan nyatanya bukanlah jaminan bagi wanita untuk memperoleh kehidupan yang bahagia. Masih banyak kasus dimana, KDRT(Kekerasan dalam Rumah Tangga) yang dilakukan oleh suami kepada seorang istri, pembunuhan, bahkan seringkali kita mendengar istri yang tidak dinafkahi oleh seorang suami.
Dengan bukti nyata ini, masihkah standar bagi seorang perempuan untuk segera menikah masih harus dijadikan tradisi? Bukankah wanita juga memiliki hak untuk memilih kehidupan mereka, menggapai impian mereka dan juga memperoleh kebahagiaan mereka.
ADVERTISEMENT
Verisca Putri Meylina, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang