news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Movie Time: 'Gone Baby Gone'

Vida Noor Anisa
bismillah...
Konten dari Pengguna
4 Agustus 2017 18:42 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vida Noor Anisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Movie Time: 'Gone Baby Gone'
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Hai, nggak terasa udah weekend lagi. Bingung harus ngapain? Mau jalan tapi gaji belum turun? Nonton film aja deh!
ADVERTISEMENT
Kali ini aku merekomendasikan film besutan Ben Affleck yang dibintangi saudaranya sendiri, Casey Affleck. Judulnya, 'Gone Baby Gone'.
Film 'Gone Baby Gone' (2007) dibuka dengan menghilangnya seorang anak perempuan berusia empat tahun, Amanda McCready. Di saat polisi pada akhirnya menemui jalan buntu, bibi si bocah, Beatrice McCready meminta bantuan pada dua detektif swasta, Patrick Kenzie dan Angie Gennaro.
Meskipun kedua detektif tersebut merasa tidak cukup mumpuni untuk menyelesaikan kasus tersebut, keluarga korban tetap memilih mereka didasari oleh dua alasan—karena mereka bukan polisi dan mereka mengenal dengan baik kehidupan keras Boston di lingkungan mereka tinggal.
Di sepanjang penyelidikan, detektif Kenzie dan Gennaro harus berhadapan dengan pengedar narkoba, geng, hingga pedofil. Pada saat mereka akhirnya menemukan titik terang kasus, kedua detektif tersebut harus menghadapi sebuah dilema yang dapat mengancam kebersamaan mereka.
ADVERTISEMENT
Di samping kegamangan yang dihadapi tokoh Kenzie dan Gennaro dalam menemukan pelaku penculikan sesungguhnya, film garapan Ben Affleck ini menghadirkan sebuah ruang bagi audiens untuk menentukan moral dari film itu sendiri. Memasuki pemecahan kasus, penonton justru dibawa untuk mulai mempertanyakan kredibilitas Patrick Kenzie tidak hanya sebagai pembela kebenaran, namun juga sebagai pencerita dalam film.
Beberapa hal seperti fakta bahwa ibu Amanda McCready merupakan seorang alkoholik menciptakan sebuah ruang bagi audiens untuk “menghakimi” keputusan yang diambil Kenzie pada bagian akhir.
Hal ini menarik untuk diteliti dari sudut pandang naratologi karena terdapat kerumitan dalam komunikasi teks. Terlebih dengan open ending, film ini menyisakan sebuah masalah bagi audiens untuk menggali lagi lebih dalam guna mendapatkan sebuah pemaknaan yang utuh.
ADVERTISEMENT
Cocok untuk kalian yang suka dengan plot twist dalam film!