Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Bisakah Indonesia Menjadi Pusat Manufaktur Dunia?
27 September 2022 9:03 WIB
Tulisan dari Avilla Nadhif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki tujuan untuk menjadi negara adidaya ekonomi global berikutnya dalam beberapa dekade mendatang, ini berarti bahwa Indonesia perlu meningkatkan seluruh industrinya. Seperti sektor keuangan dan jasa, pertambangan, dan pertanian, tetapi yang paling penting yang perlu dibenahi adalah sektor manufaktur Indonesia. Mengapa? Karena sektor manufaktur memainkan peran kunci di suatu negara dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan menjadi apa yang diinginkannya, yaitu menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas.
ADVERTISEMENT
Produk Domestik Bruto Indonesia
Sejauh ini, bagaimanapun, manufaktur telah memainkan peran kunci dalam perekonomian. Menurut Bank Indonesia, manufaktur menyumbang sekitar 20% per tahun terhadap produk domestik bruto bangsa. Jadi, apa lagi yang perlu ditingkatkan Indonesia dalam hal sektor manufakturnya? Meski sudah menjadi industri besar, bisa dibilang saat ini masih kurang, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara kompetitif dengan sektor manufaktur yang sangat maju. Selain itu, produktivitas Indonesia di sektor ini juga rendah, jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang diinginkan.
Revolusi Industri Modern
Pertama, untuk memahami masa depan Indonesia, mari kita lihat dulu masa lalunya. Industrialisasi modern Indonesia mengalami pertumbuhan besar-besaran sekitar pertengahan 1960-an yang biasanya dikaitkan dengan kedatangan Presiden Soeharto, ekspor manufaktur mulai meningkat sekitar tahun 1970-an, dan dalam dekade yang sama, industri berat berkembang cukup pesat.
ADVERTISEMENT
Manufaktur secara khusus tumbuh lebih dari 10% per tahun, menjadikannya salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia saat itu yang juga menjadikannya sebagai sektor normal untuk bekerja, dan menjadi urat nadi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini kemudian menjadikan sektor ini bukan hanya industri yang penting untuk masa depan, tetapi sebagai bahan bakar untuk bagaimana Indonesia sampai pada tingkat saat ini.
Pada tahun 1997, bagian sektor manufaktur dari PDB tumbuh menjadi lebih dari 27%. Namun, keadaan tidak terlihat baik sebelum abad ke-21, dan benua tempat Indonesia berada menghadapi salah satu tantangan terbesar dalam sejarahnya.
Krisis Keuangan Asia
Krisis Finansial Asia melanda, dan Indonesia berada dalam posisi yang mengerikan, kemajuannya terhenti, sedemikian rupa sehingga berdampak bahkan hingga hari ini. Dari tingkat pertumbuhan PDB lebih dari 7,2% dari tahun 1990 hingga 1997 menjadi kurang dari 5,3% dari tahun 2000 hingga 2017. Oleh karena itu, Indonesia tertinggal dari beberapa negara tetangga di Asia Tenggara dan Asia Timur.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pangsa PDB dari manufaktur turun setiap tahun setelah Krisis Keuangan Asia dan pekerjaan yang seharusnya masuk ke sektor ini pergi ke tempat lain, seperti ritel dan grosir, hotel, dan konstruksi. Kini seiring dengan transisi dunia ke manufaktur yang lebih kompleks dan maju, daya saing Indonesia di kancah dunia seolah menghilang.
Industri 4.0 di Indonesia
Namun daya saing ini bukannya tidak mungkin untuk dikejar, jika Indonesia dapat meningkatkan produksinya di masa lalu dengan jumlah yang melonjak, Indonesia dapat melakukannya lagi sekarang dan di masa depan. Pemerintah saat ini memperkenalkan peta jalan baru untuk mendukung pertumbuhan sektor manufakturnya dari tahun 2020 hingga 2024 yang dikenal sebagai “Making Indonesia 4.0”, rencana ini akan memungkinkan industri manufaktur mencapai tingkat pertumbuhan tahunan 7% dan meningkatkan tenaga kerjanya lebih dari 20 %. Lima industri utama yang akan didukungnya adalah tekstil dan garmen, makanan dan minuman, elektronik, otomotif, dan bahan kimia.
ADVERTISEMENT
Dan rincian spesifiknya adalah bahwa Indonesia akan benar-benar menggunakan istilah industri 4.0 yang didefinisikan sebagai revolusi industri keempat, menggabungkan teknologi seperti kecerdasan buatan dan robot ke dalam pabrik tradisionalnya untuk menjadikannya apa yang sekarang disebut 'pabrik pintar'.
Inisiatif Pemerintah Indonesia
Untuk itu, pemerintah telah menyusun empat strategi yang perlu dicapai. Pertama, memberikan insentif inovasi, yaitu memberikan modal dengan menghapus pajak atau memberikan hibah dan menyediakan infrastruktur agar bisnis startup dapat berkembang dan mampu bersaing di pasar global.
Kedua, ingin mempercepat digitalisasi usaha kecil dan menengahnya, artinya ingin setiap bisnis mengetahui dan memahami ekonomi digital, hal ini kemudian akan meningkatkan lanskap pasar dengan pengenalan layanan pelanggan yang lebih baik, lebih banyak pilihan, dan pada akhirnya, meningkatkan komunitas bisnis.
ADVERTISEMENT
Ketiga, telah menempatkan sekolah kejuruan untuk mengajar individu-individu yang tertarik untuk beradaptasi dengan teknologi baru yang dibawa oleh industri 4.0, pada akhirnya, ini semua tentang modal manusia untuk melakukan pekerjaan.
Terakhir, Indonesia telah mengadakan beberapa acara untuk menangkap investasi internasional di sektor ini, dan ini seperti yang telah kita lihat terjadi di sekitar kita setelah negara dan institusi di seluruh dunia telah menggelontorkan miliaran dolar investasi ke Indonesia. Meskipun 2024 hanyalah pandangan jangka pendek, ini adalah kunci untuk memastikan bahwa ini akan menjadi awal kebangkitan Indonesia.