Konten dari Pengguna

Alan Turing: Bapak Komputer Modern yang Nyaris Mengubah Dunia Lebih Cepat

Vincent Kristianto
Vincent Kristianto, kelahiran Bandung 2009. Siswa kelas X SMA Trinitas. Menulis untuk melatih kata-kata karena ia bisa membangun dan menghancurkan.
23 Februari 2025 12:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vincent Kristianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Foto Alan Turing, bapak ilmu komputer modern. Foto: https://www.shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Foto Alan Turing, bapak ilmu komputer modern. Foto: https://www.shutterstock.com

Latar Belakang dan Perjuangan Alan Turing

ADVERTISEMENT
Alan Mathison Turing lahir pada 23 Juni 1912 di London, Inggris. Sejak kecil, Turing menunjukkan kecerdasan luar biasa, terutama dalam bidang matematika dan logika. Orang tuanya, Julius Mathison Turing dan Ethel Sara Turing, adalah keluarga kelas menengah yang memberikan perhatian besar terhadap pendidikan. Namun, sejak usia muda, Turing sudah menunjukkan pola pikir yang berbeda dibandingkan anak-anak seusianya.
ADVERTISEMENT
Ketika bersekolah di Sherborne School, ia mengalami kesulitan karena metode pembelajaran yang lebih menekankan sastra dan klasik dibandingkan ilmu pasti. Namun, hal tersebut tidak menghentikan rasa ingin tahunya terhadap dunia matematika. Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke King’s College, Cambridge, dan meraih gelar dalam matematika dengan predikat kehormatan pada tahun 1934. Di sinilah bakatnya semakin berkembang, terutama dalam teori komputasi.
Pada tahun 1936, Turing menulis makalah legendarisnya, On Computable Numbers, with an Application to the Entscheidungsproblem. Dalam makalah ini, ia memperkenalkan konsep Mesin Turing, sebuah model teoretis dari komputer yang dapat menyelesaikan segala jenis perhitungan asalkan diberikan algoritma yang tepat. Ide ini menjadi dasar dari ilmu komputer modern.
Namun, dunia saat itu belum siap untuk menerima revolusi yang ditawarkan oleh Turing. Komputasi masih dianggap sebagai bidang teori murni tanpa penerapan praktis yang jelas. Namun, segalanya berubah ketika Perang Dunia II pecah.
ADVERTISEMENT

Peran dalam Perang Dunia II dan Pengorbanan

Saat Nazi Jerman mulai menggunakan mesin Enigma untuk mengenkripsi pesan militer mereka, Inggris berada dalam situasi yang genting. Turing bergabung dengan tim pemecah kode di Bletchley Park dan memimpin upaya untuk membongkar sistem Enigma. Dengan kecerdasannya, ia mengembangkan mesin Bombe, yang berhasil mempercepat proses dekripsi dan memungkinkan sekutu membaca pesan-pesan rahasia Jerman.
Dampak kerja Turing di Bletchley Park tidak bisa diremehkan. Banyak sejarawan berpendapat bahwa kontribusinya memperpendek perang hingga dua tahun dan menyelamatkan jutaan nyawa. Namun, ironisnya, setelah perang usai, jasanya tidak mendapatkan penghargaan yang layak karena semua pekerjaannya diklasifikasikan sebagai rahasia negara.
Turing kembali ke dunia akademik dan mulai meneliti kecerdasan buatan (AI). Ia percaya bahwa komputer suatu hari nanti akan mampu berpikir seperti manusia. Pada tahun 1950, ia menerbitkan makalahnya yang terkenal, Computing Machinery and Intelligence, yang memperkenalkan "Tes Turing", yaitu sebuah cara untuk menentukan apakah suatu mesin bisa menunjukkan kecerdasan setara manusia.
ADVERTISEMENT
Namun, kehidupan pribadinya menjadi penghalang besar dalam kesuksesannya. Pada tahun 1952, ia dihukum karena homoseksualitas, yang pada saat itu masih ilegal di Inggris. Ia dipaksa menjalani terapi hormon sebagai bentuk hukuman alternatif terhadap penjara. Hukuman ini sangat mempengaruhi kesehatan fisiknya dan mentalnya. Pada 7 Juni 1954, Alan Turing ditemukan tewas akibat sianida di rumahnya. Banyak spekulasi muncul mengenai apakah kematiannya adalah bunuh diri atau kecelakaan.

Apa yang Terjadi Jika Turing Mendominasi Dunia dengan AI?

Bayangkan dunia di mana Alan Turing hidup lebih lama dan mendapatkan pengakuan serta kebebasan untuk terus mengembangkan ide-idenya. Dengan kejeniusan dan visinya, Turing bisa menjadi pelopor utama dalam perkembangan kecerdasan buatan.
Jika penelitian AI-nya berkembang lebih awal, dunia mungkin sudah memiliki komputer pintar jauh sebelum era digital modern. Sistem AI bisa mulai diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk ilmu kedokteran, transportasi, dan pendidikan. Kemajuan ini bisa mempercepat revolusi teknologi hingga beberapa dekade lebih cepat dari yang kita alami sekarang.
ADVERTISEMENT
Manusia mungkin sudah hidup berdampingan dengan AI yang canggih sejak pertengahan abad ke-20. Mesin bisa membantu dalam penemuan obat, menjelajahi ruang angkasa lebih awal, dan bahkan mempercepat perkembangan komunikasi global. Dunia mungkin akan lebih efisien dan memiliki solusi yang lebih cepat terhadap berbagai tantangan, seperti perubahan iklim dan krisis kesehatan.
Namun, ada kemungkinan lain yang perlu dipertimbangkan. Dengan dominasi AI lebih awal, apakah dunia akan menjadi lebih baik atau justru menghadapi tantangan baru? Apakah AI yang dikembangkan lebih awal akan memberikan manfaat bagi semua orang atau hanya bagi kelompok tertentu yang mengendalikannya?
Alan Turing adalah seorang visioner yang hidup terlalu cepat untuk zamannya. Jika ia tidak mengalami diskriminasi dan tragedi dalam hidupnya, dunia mungkin akan jauh lebih maju dalam bidang kecerdasan buatan. Namun, sejarah berjalan seperti yang kita kenal, dan hari ini kita hanya bisa merenungkan bagaimana dunia bisa berubah jika Turing mendapatkan kesempatan yang seharusnya ia miliki.
ADVERTISEMENT
Turing telah membuka jalan bagi revolusi komputasi yang kita nikmati saat ini, dan meskipun ia tidak sempat melihat dampak penuh dari pekerjaannya, warisannya tetap abadi dalam setiap algoritma, setiap komputer, dan setiap kecerdasan buatan.