Konten dari Pengguna

Penyakit Diare Masih Menjadi Masalah Kesehatan Anak di Indonesia

Vinka Ayuning
Undergraduate Sociology student at Brawijaya University
21 Desember 2022 18:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vinka Ayuning tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Anak yang Mengalami Sakit Diare. Sumber Foto: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak yang Mengalami Sakit Diare. Sumber Foto: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit diare menjadi masalah kesehatan anak karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Morbiditas dan mortalitas sendiri adalah indikator yang menggambarkan tingkat derajat kesehatan masyarakat di suatu daerah. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit diare menurunkan usia harapan hidup sebesar 1,97 tahun pada penderitanya, dan berada tepat di bawah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang menurunkan usia harapan hidup sebesar 2.09 tahun pada penderitanya.
ADVERTISEMENT
Setiap tahunnya, ada sekitar 1,7 miliar kasus penyakit diare yang terjadi pada anak. Hingga saat ini, diare dinyatakan sebagai child killer (pembunuh anak-anak) nomor satu di Indonesia. Penyakit diare pada anak tidak boleh disepelekan. Hal ini karena diare pada anak cenderung lebih berisiko dibandingkan diare pada orang dewasa. Salah satu risiko yang muncul adalah dehidrasi yang datangnya lebih cepat. Jika tidak segera ditangani dengan tepat, maka akan menyebabkan risiko yang lebih besar lagi bahkan hingga kematian.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati, Arbianingsih, dan Musdalifah pada tahun 2016, terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku cuci tangan dan kejadian diare dimana responden yang memiliki perilaku cuci tangan yang tidak baik mempunyai peluang 36 kali mengalami diare.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan, setelah bermain, setelah memegang benda merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan anak karena terkontaminasinya kuman sehingga menyebabkan diare. Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2013, hanya 47% penduduk Indonesia yang telah dapat melakukan cuci tangan menggunakan sabun dengan benar. Sebanyak 26, 1% penduduk di Indonesia masuk dalam kategori kurang aktif dalam pendidikan kesehatan. Perilaku cuci tangan dapat menurunkan angka kematian anak balita dimana lebih dari 5000 anak balita penderita diare meninggal setiap harinya di seluruh dunia sebagai akibat dari kurangnya akses pada air bersih, fasilitas sanitasi, dan kurangnya kesadaran akan mencuci tangan (Pratiwi, 2018).
Mengatasi dan Mencegah Diare pada Anak
Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk mengatasi diare adalah memberikan air atau larutan glukosa-elektrolit (oralit) bila perlu. Oralit memiliki keseimbangan yang tepat antara air, gula, dan garam yang dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang ketika dehidrasi karena diare. Jangan memberikan jus atau soda karena dapat membuat diare semakin parah, dan jangan memberikan terlalu banyak air putih karena dapat berbahaya. Selanjutnya, jika dalam waktu kurang dari 30 menit anak masih merasakan sakit, maka dapat diberikan oralit lagi. Namun, jika sudah lebih dari 30 menit, maka oralit tidak perlu diberikan sampai buang air besar berikutnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk mencegah diare dapat dimulai dari skala yang paling kecil yaitu skala rumah tangga. Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui kegiatan Posyandu, misalnya. Penting bagi para ibu dan calon ibu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan diare pada anak. Kuman penyebab diare dapat masuk ke dalam tubuh melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, atau makanan yang alat makannya kotor dan terkontaminasi. Oleh karena itu, penerapan pola hidup sehat dan kebiasaan mencuci tangan yang benar sangat berpengaruh dalam mencegah penyakit diare pada anak.
Jumlah penderita dan biaya-biaya yang harus ditanggung karena sakit diare dapat dikurangi dengan melakukan perubahan perilaku sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun. Tindakan tersebut dapat mengurangi hampir 50% angka kematian yang disebabkan karena diare. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka kejadian disampaikan World Health Organization (2009) dalam Ernawati (2012), mencuci tangan dengan sabun telah terbukti mengurangi kejadian penyakit diare kurang lebih 40%. Mencuci tangan disini lebih ditekankan pada saat sebelum makan maupun sesudah buang air besar. Cuci tangan menjadi salah satu intervensi paling cost effective untuk mengurangi kejadian diare pada anak (Fatmawati et al., 2017).
ADVERTISEMENT
Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah sarana dan prasarana kesehatan yang ada. Fasilitas kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Menjamin kesehatan rakyatnya merupakan kewajiban bagi negara. Negara harus memastikan bahwa fasilitas kesehatan yang ada dapat diakses oleh masyarakat dari berbagai golongan yang berbeda. Dengan mengantisipasi hal-hal tersebut, maka risiko terjadinya penyakit diare terutama diare pada anak tentunya akan dapat berkurang.
Referensi:
Ernawati. (2012). Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Trans Info Media.
Fatmawati, Arbianingsih, & Musdalifah. (2017). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Anak Usia 3-6 tahun di TK Raudhatul Athfal Alauddin Makassar. Journal of Islamic Nursing, Vol. 1, No. 1, 21-32.
ADVERTISEMENT
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) | Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan. (2013). Badan Litbangkes. Retrieved December 19, 2022, from https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
Pratiwi, O. F. (2018). Hubungan Perilaku Cuci Tangan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di TB-KB-TKIT Salman Al-Farisi Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.