5 Fakta Bisnis Kuliner Bakso Titoti yang Bisa Sukses Raup Rp 450 Juta per Hari

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
Konten dari Pengguna
1 April 2020 10:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bakso Titoti. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bakso Titoti. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Untuk menjadi sukses, seseorang tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, hanya saja butuh pengalaman yang dijadikan pelajaran. Nampaknya kalimat tersebut sangat relevan ketika dikaitkan dengan perjuangan Slamet Rianto yang berhasil membuka bisnis kuliner bakso.
ADVERTISEMENT
Ia nekat menjual bakso khas di ibu kota namun dengan modal seadanya. Bagaimana kisah perjuangannya Slamet selanjutnya? Berikut lima fakta di balik kisah suksesnya.

1. Tidak lulus SD dan bekerja sebagai petani

Lelaki asal Wonogiri ini ternyata sama sekali tidak mengenyam pendidikan sekolah. Bahkan ketika sekolah dasar, ia tidak menamatkannya. Ia juga sama sekali tidak mengikuti aneka pelatihan dan pendidikan formal dalam berbisnis.
Namun karena kegigihannya dan niat yang besar dalam berjualan bakso, ia bisa menjadikan penemuan tersebut menjadi peluang usah. Bermodal Rp 50 ribu di awal, ia memberanikan diri untuk berbisnis jauh dari kota asalnya.
Ilustrasi bakso keliling. Foto: Shutterstock

2. Berjualan bakso dengan berkeliling menggunakan gerobaknya

Di tahun 1970-an, Slamet Rianto mencoba peruntungan berjualan di Jakarta. Ia bekerja dengan kakak iparnya sambil berkeliling memikul bakso. Dulunya ia berjualan di area Kota Bambu, Palmerah.
ADVERTISEMENT
Harga saat itu masih sangat murah, semangkuk bakso dibanderol Rp 75 perak saja. Semuanya bermodal nekat serta niat yang baik, ia menjalaninya dengan sepenuh hati. Setelah lelah panas-hujan memikul dagangannya, ia akhirnya mengganti pikulannya menjadi gerobak dorong.

3. Sering berpindah tempat jualan di masa awal

Setelah mendapatkan gerobak dorong, ia memulai bisnis kuliner dengan menjual bakso secara berdiam, tak lagi berkeliling. Slamet sempat mengalami sedihnya digusur karena menggunakan gerobak dorong.
Dulunya ia berjualan di pusat pertokoan dekat Harmoni, namun karena kebaikan seorang pegawai pajak, ia akhirnya bisa kembali berjualan di depan kantor pajak di Jalan Kemakmuran.
Ujian tak berhenti di situ, setelah agak lama menetap di sana, Slamet sempat diusir juga. Lalu ia menggelar warung tenda di Jalan Kalibata dan sempat bertahan 4 tahun lamanya.
Mie Ayam dan Bakso Titoti. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan

4. ‘Titoti’ memiliki arti nama tersendiri

Kini, ia membesarkan bisnis kulinernya dengan nama Bakso Titoti. Nama tersebut diambilnya dari akhiran ketiga anaknya, Nuryanti yang dipanggil Ti, anak kedua Hartanto diambil To, yang ketiga Susanti dipanggil Ti.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka ternyata nama tersebut yang membawanya dalam kesuksesan berbisnis, ya. Ia juga mengaku tidak ada adonan khusus untuk mengolah baksonya. Hanya saja, Slamet memang memberi ciri khas karena baksonya yang kenyal dengan kaldunya yang sedap.
Bakso yang digunakan juga sepenuhnya daging sapi yang dibentuk dengan telur supaya bisa lebih mudah dibentuk. Ia juga tidak menggunakan tepung dalam adonannya, jadi pantas saja dagingnya kenyal, ya.
Ia menghabiskan puluhan kilogram di masing-masing gerainya. Enggak kebayang kalau semua dijadikan satu, ya.

5. Kini miliki 18 gerai dan beromzet Rp 450 juta per hari

Semua usaha Slamet memang tidak ada yang sia-sia, ia berhasil membuat 18 cabang dari Bakso Titoti tersebut. Dengan harga yang dibanderol mulai dari Rp 15-25 ribu, ia bisa menjual ribuan porsi dalam satu cabang.
ADVERTISEMENT
Bakso Titoti juga memberikan pilihan menu yang variatif, bakso telur, bakso urat, bakso polos, dan bakso spesial. Kini Slamet memberikan kepercayaan kepada ketiga anaknya untuk mengelola bisnis kuliner ini.