Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
5 Fakta Lontong Opor Pak Pangat yang Untung Rp 150 Juta, Dulu Sempat Buka Warteg
17 Mei 2020 16:21 WIB
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa sangka kuliner daerah tidak bisa menghasilkan omzet yang cukup besar? Seperti Lontong Opor Pak Pangat yang berasal dari Cepu, Jawa Tengah ini. Setelah 23 tahun berdiri, Ibu Pangat berhasil membuat racikan makanan yang digemari banyak orang.
ADVERTISEMENT
Setelah 5 tahun berlalu, di tahun 2000-an ia mulai sukses membangun bisnis kuliner opor yang kini legendaris. Bahkan kamu harus memesan sehari sebelum, lho supaya kebagian lontong opornya.
Cuss, simak 5 fakta bisnis kuliner nya di bawah ini!
1. Dulu sempat buka warteg di Jakarta
Sebelum sukses dengan lontong opor legendaris ini, Sutinah ternyata pernah mencoba membuka Warung Tegal atau yang kerap disingkat warteg. Kota Jakarta menjadi tempat peraduannya kala itu.
Ia sempat bertahan selama 5 tahun berjualan warteg di Ibu Kota. Namun karena krisis ekonomi, hal ini membuatnya memilih untuk menghentikan usahanya tersebut. Akhirnya ia pun pulang ke daerah asalnya untuk membuka warung lontong opor di tahun 1997.
ADVERTISEMENT
2. Gunakan bumbu yang berbeda dari opor kebanyakan
Dengan uang sebesar Rp 18 ribu, kamu sudah bisa mencoba satu porsi opor ayam beserta lontongnya di warung legendaris ini. Namun tahukah kamu bahwa Sutinah tidak membuat bumbu seperti biasanya.
Jika biasanya opor di Jakarta menggunakan lada dan kunyit, maka Sutinah lebih memilih untuk menambah cabai merah dan serai dalam masakannya. Hal tersebut menjadikan cita rasa opor yang dimilikinya tentu berbeda dengan jenis yang lainnya.
3. Masih gunakan dapur jadul
Setiap hari bisnis kuliner opor ayam ini membutuhkan 70 ekor ayam kampung untuk memenuhi pesanan dari para penggemarnya. Kemudian ayam tersebut akan diolah dalam tungku khusus menggunakan kayu jati. Kegiatan ini sudah menjadi rutinitas keseharian yang dilakukan untuk tetap mempertahankan rasa.
ADVERTISEMENT
Bahkan, ayam yang didatangkan pun berasal dari Jawa Timur. Tidak heran jika lontong opor Pak Pangat yang diolah dalam dapur jadul ini masih bertahan di hati para konsumen hingga kini.
4. Tak berniat buka cabang
Setelah 23 tahun berdiri, istri Pak Pangat ini mengaku masih belum terpikirkan untuk membuka cabang di daerah lain. Tindakannya ini dilakukan untuk tetap menjaga pelanggan dan ciri khas yang timbul dari kebiasaan memesan sehari sebelum kedatangan.
Hal ini memacu pada kemampuan produksi yang dirasa masih belum bisa untuk membuka cabang dan sekaligus menjadi trik marketing tersendiri. Jadi, untuk menikmati opor ini kamu harus datang ke daerah ngloram, Desa Kapuan di daerah Cepu, Jawa Tengah ya.
5. Berhasil dapatkan omzet Rp 150 juta setiap bulan
Setelah berhasil menjadi salah satu kuliner legendaris asal Cepu, omzet yang didapatkan setiap bulannya kini mencapai Rp 150 juta. Dihitung dari penghasilan harian yang mencapai Rp 5 juta, perempuan berusia 53 tahun ini bisa mempertahankan bisnis kuliner nya.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar para pelanggannya adalah karyawan yang bekerja di bidang perminyakan, namun tak sedikit pula pelanggan yang sengaja mampir ketika berkunjung ke daerah Blora.
Setelah membaca kisah inspiratif di atas, apakah kamu masih meragukan kehebatan berbisnis kuliner daerah?