Konten dari Pengguna

Jadi Tempat Makan Ikonik di Yogyakarta, Hamzah Sulaeman Sukses Bangun Raminten

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
7 September 2020 12:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hamzah Sulaeman pendiri The House of Raminten Dok.The House of Raminten/Instagram
zoom-in-whitePerbesar
Hamzah Sulaeman pendiri The House of Raminten Dok.The House of Raminten/Instagram
ADVERTISEMENT
Yogyakarta merupakan daerah yang terkenal dengan keberagaman, kenikmatan, serta keunikan kulinernya. Hampir di setiap sudut kota ini, pengunjung dapat menemukan restoran atau rumah makan dengan menu khas nan menggugah selera.
ADVERTISEMENT
The House of Raminten merupakan salah satu tempat makan yang ikonik di Kota Gudeg itu. Tempat ini buka hampir 24 jam dengan menyajikan nuansa Jawa yang amat kental bagi pengunjung, dari latar tempat sampai jenis hidangan.
Tempat makan yang terletak di Kotabaru, Yogyakarta, ini turut memutarkan alunan musik Jawa, menghadirkan perabot tradisional, makanan khas, hingga seni panggung yang melekat dalam ingatan pengunjungnya.
The House of Raminten merupakan usaha yang dimiliki oleh seorang seniman serta perancang busana bernama Hamzah Sulaeman. Berkat kegigihannya, tempat makan ini kini telah menjadi salah destinasi kuliner wajib dan legendaris di Yogya. Lantas, seperti apa kisah di balik perjuangan panjang Hamzah Sulaeman dalam membangun kerajaan bisnisnya?
ADVERTISEMENT
Bisnis Hamzah dimulai dari sebuah toko kelontong, dan merambah pada usaha batik. Usaha batik yang dimilikinya juga ia dapatkan berkat bantuan dari batik Danar Hadi. Namun seiring perkembangan usaha tersebut, Hamzah mengubah nama tokonya menjadi Hamzah Batik.
Selain batik, seniman berusia 70 tahun itu merambah bisnis lain yang ia namakan 'Mirota.' Bisnis Mirota agak berbeda dari bisnis pertamanya. Kali ini Hamzah memilih bisnis kuliner.
Mirota merupakan bisnis keluarga, yang berasal dari singkatan nama Minuman, Roti dan Tart. Berawal dari toko roti dan minuman, kini Mirota lebih dikenal sebagai toko oleh-oleh khas Yogyakarta.
Raminten Dok.The House of Raminten/Instagram
Selain berkecimpung di dunia bisnis, Hamzah juga merupakan seorang penari. Ia memulai karirnya sebagai pemain ketoprak dan wayang orang.
ADVERTISEMENT
Setelah lama menari, Hamzah pun meminta sutradara untuk bisa memerankan tokoh yang menantang baginya yaitu tokoh seorang perempuan. Dari sana, muncullah sosok Raminten, dengan karakter seorang perempuan Jawa berbusana tradisional kebaya dan sanggul.
Karakter Raminten yang unik membuah Hamzah mulai menggunakan tokoh tersebut dalam berbagai pertunjukannya, sampai pernah ia bawakan dalam acara televisi yang ditayangkan Jogja TV berjudul "Pengkolan."
Setelah tak lagi bermain ketoprak, kecintaan Hamzah terhadap dunia seni panggung pun masih berlanjut. Hamzah mengisi waktunya dengan mengelola pertunjukkan tari kabaret yang ia bangun sendiri. Ide untuk mendirikan kabaret muncul sejak tahun 1972, dan terealisasikan sekarang. Bahkan setiap akhir pekan, di tempat makan The House of Raminten juga menampilkan pertunjukkan kabaret tersebut.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan tempat makan ini pun kian terlihat dengan hadirnya beberapa cabang di berbagai daerah di Yogyakarta. Selain itu, hadir dengan konsep yang sedikit kasual, The Waroeng of Raminten memiliki desain serta menu yang berbeda serta tidak dibuka selama 24 jam. Cabang terakhirnya berada di Sleman, Yogyakarta.
Tak seperti kacang lupa kulitnya, Hamzah justru sebisa mungkin merangkai perjalanan usahanya dalam setiap bisnis yang ia bangun. Menggabungkan berbagai konsep mulai dari seni tari, makanan, hingga busana yang bisa pengunjung nikmati secara langsung di salah satu cabang Mirota . Semacam one stop shopping versi lokal.
Meskipun begitu, kisah perjalanan Hamzah Sulaeman sebagai pendiri The House of Raminten perlu diapresiasi. Melawan stigma publik di zamannya, Hamzah dapat sukses mendirikan usaha dari bidang mode sampai kuliner. Sehingga kini, dengan mengeluarkan uang di bawah Rp 100 ribu, kita dapat menikmati hidangan serta suasana budaya lokal ala Yogyakarta dalam satu tempat namun dengan suasana seperti di rumah sendiri.
ADVERTISEMENT