Semula Jualan Bakso Hanya dengan Gerobak, Kini Untung Rp 450 Juta per Hari

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
Konten dari Pengguna
31 Maret 2020 17:07 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mie Ayam dan Bakso Titoti. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mie Ayam dan Bakso Titoti. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap perjuangan pasti akan berbuah manis ketika kita bersabar dan mau berusaha maksimal. Seperti yang dialami oleh Slamet Triyanto yang berjualan gerobak keliling di tahun 1970-an.
ADVERTISEMENT
Pria asal Wonogiri itu merantau ke Jakarta dan ikut serta dengan orang yang lebih dulu berjualan bakso. Setelah itu, ia baru memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri.
Berkat usahanya, bisnis kuliner Slamet kini sudah memiliki 18 cabang. Seperti apa kisah perjuangan ayah 3 anak ini?
Bakso Titoti. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Slamet bahkan tidak pernah memimpikan dirinya akan menjadi seorang pebisnis kuliner yang sukses. Ia hanya bermodal uang Rp 50 ribu untuk modal berjualan di Jakarta Barat kala itu.
Slamet merupakan lelaki kelahiran tahun 1956 di Wonogiri. Ia dulunya adalah seorang petani yang ikut sang ayah meladang di sawah. Pasalnya ia tidak memiliki ijazah sekolah, hal tersebut membuatnya tidak bisa melanjutkan pekerjaan kantoran seperti orang pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian ia memberanikan diri untuk merantau ke ibu kota, bersama dengan Sarjono, sang kakak ipar. Ia turut serta membantu sang kakak ipar dalam berjualan bakso. Semula Slamet hanya berbekal satu pikul bakso, kemudian berjualan di sekitar Kampung Kota Bambu, Palmerah.
Ilustrasi bakso keliling. Foto: Shutterstock
Berkat keuletannya mengumpulkan uang, ia bisa berganti dari pikulan menjadi gerobak untuk menjualkan baksonya. Menginjak tahun 1987, Slamet mulai membuka warung tetap di kawasan awal ia berjualan.
Namun, ia mendirikan warung ini sendirian, tanpa bekerja sama dengan sang ipar yang awalnya berjualan bersama. Karena keuletan Slamet, warung pertamanya adalah pemberian dari Haji Zaksman. Ia adalah penduduk asli kampung Kota Bambu, Tomang.
Sebelum itu, Slamet sempat mengalami sedihnya digusur karena hanya menggunakan gerobak dorong. Dulunya ia berjualan di pusat pertokoan dekat Harmoni; namun karena kebaikan seorang pegawai pajak ia akhirnya bisa kembali berjualan di depan kantor pajak di Jalan Kemakmuran.
Ilustrasi bakso. Foto: shutterstock
Ujian tak berhenti di situ, setelah agak lama menetap di sana, Slamet sempat diusir juga. Lalu ia menggelar warung tenda di Jalan Kalibata dan sempat bertahan 4 tahun lamanya.
ADVERTISEMENT
Semakin hari, usaha yang digeluti Slamet mulai menunjukkan titik terang. Dagangannya makin disukai orang karena memiliki rasa yang berkualitas.
Ia bahkan tidak menambah tepung tapioka dalam adonan baksonya. Hanya berbahan dasar daging sapi yang dieratkan dengan putihan telur agar bisa dibentuk.
Kini ia sudah berhasil memiliki 18 cabang yang tersebar di Indonesia dan mempekerjakan karyawan dari kota asalnya, Wonogiri, yang memang terkenal dengan kuliner baksonya.
Harga yang ditawarkan dalam setiap tempat juga dipukul rata, kamu bisa menikmati mulai dari Rp 15-25 ribu untuk mencoba kuliner bakso ini.
Berkat segala usahanya, kini ia bisa mengantongi untung hingga Rp 450 juta per hari. Bahkan, bakso ini sudah terkenal legendaris.
ADVERTISEMENT
Apakah kamu berniat membuat bisnis kuliner seperti yang Slamet lakukan?