Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Irfan Bachdim, Pemain Paling Kenyang Pengalaman di TC Timnas Indonesia
27 Juli 2020 15:45 WIB
Tulisan dari Viral Sport tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
PSSI telah memanggil 29 nama pilihan Shin Tae-yong untuk mengikuti pemusatan latihan (TC) Tim Nasional hingga 8 Agustus mendatang.
ADVERTISEMENT
Deretan nama muda mendominasi pemain pilihan Pelatih asal Korea Selatan tersebut.
Shin memboyong 14 pemain berusia di bawah 23 tahun untuk mengikuti pemusatan latihan tersebut. Kendali begitu, Pelatih yang pernah menjajal Piala Dunia tersebut juga memadukan skuat mudanya dengan beberapa nama pemain senior.
Bahkan, di antara muka-muka pemain senior, Shin masih memanggil alumni Timnas AFF 2010 . Yap, ia adalah Irfan Haarys Bachdim .
Meski bukan menjadi pemain yang paling senior dari segi usia, Bachdim merupakan pemain paling kenyang pengalaman di skuat pilihan Shin Tae-yong .
Tahun ini, ia akan genap 10 tahun berseragam merah-putih. Meski sempat beberapa kali tak memperkuat 'Garuda', pengalamannya di sepak bola Indonesia plus eksistensinya di atas lapangan, membuat Shin kepicut untuk menghadirkannya dalam melengkapi skuat muda miliknya.
ADVERTISEMENT
Primadona di Timnas AFF 2010
Bachdim pertama kali dikenal publik di tahun 2010. Dirinya merupakan generasi 'bule' pertama di Timnas Indonesia. Ya, Saat itu, bersama Cristian Gonzalez, ia sukses memberikan warna baru di lini depan Timnas dengan nuansa asing.
Kehadirannya di skuat Timnas bak jalan pintas untuk persepakbolaan Indonesia. Sebab, Indonesia kerap kesulitan melahirkan sosok penyerang murni yang tajam. Praktis Bambang Pamungkas-lah yang terakhir menjadi sosok tersebut.
Meski sejatinya Bepe masih berada dalam skuat AFF 2010, namun Bachdim dan Gonzalez-lah yang menjadi pilihan utama saat itu.
Berbicara soal AFF 2010 memang tak ada habisnya. Bagaimana tidak, saat itu Timnas di bawah asuhan Alfred Riedl memang tampil luar biasa. Dengan permainan cepat dan penguasaan bola tinggi, plus 'duo bule' yang tampil apik sepanjang turnamen, Timnas edisi tersebut memang digadang-gadang mampu menorehkan sejarah baru dengan menjuarai kompetisi ter-elit di Asia Tenggara tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, yah, tetap saja ending-nya berujung duka. Bambang Pamungkas cs tetap gagal menghapus 'kutukan AFF' usai kalah dari Malaysia di partai puncak.
Satu Dekade Penuh Cerita Pahit
Cerita pahit 2010 terus berlanjut. Jika diberi perumpamaan bahwa AFF 2010 masih ada manisnya sedikit, maka edisi setelah itu bak pahit yang betulan pahit.
Bachdim, yang masih kembali dipercaya di edisi 2012 dan 2014, benar-benar merasakan bobroknya persepakbolaan Indonesia. Di tengah kisruh PSSI yang berbuntut pada carut-marutnya sepak bola Indonesia, Timnas kala itu benar-benar memulai kompetisi dengan terpincang-pincang.
Berbicara soal hasil, singkat cerita Indonesia memang tak layak mematok target juara. Ya, skuat Garuda lolos dari fase grup pun tidak.
Asal tahu saja, di masa-masa itu Indonesia pernah punya dua Timnas sekaligus. Yang satu Timnas 'sungguhan' sementara yang lainnya adalah Timnas 'tandingan'.
ADVERTISEMENT
Lucu, yah.
Cedera dan Absen Membela Timnas
Usai masalah dan segala tetek begek di PSSI perlahan dibenahi, Timnas menyongsong AFF 2016 dengan 'agak' percaya diri. Yah, setidaknya kali ini tidak ada dua Timnas dalam satu negara.
Namun, takdir berkata lain. Bachdim malah didera cedera dalam persiapannya menuju AFF 2016. Alhasil gagal-lah pemain kelahiran Amsterdam tersebut untuk mentas di ajang dua tahunan tersebut.
Anyway, edisi ini boleh jadi merupakan edisi 'hoki'-nya Timnas. Meski hanya dengan persiapan pas-pasan, Timnas kala itu selalu beruntung di setiap pertandingan. Skuad Alfred Riedl kerap mencetak gol dari serangan balik maupun skema bola mati. Meski akhirnya, skuat 'Garuda' kembali gagal di partai puncak. Kali ini di tangan Thailand.
ADVERTISEMENT
Cerita edisi berikutnya pun mirip-mirip. Di AFF 2018, Bachdim kembali tak memperkuat Timnas yang kali ini diasuh Pelatih Bima Sakti. Soal pencapaian, well, carut marut yang kembali terjadi di kursi kepemimpinan Federasi, kembali berbuntut kepada gagal totalnya Timnas di ajang AFF.
Ya, armada Bima Sakti tak mampu lolos dari fase grup AFF 2018.
Kembali Memperkuat Timnas dan Juara Liga 1
Tahun 2019 boleh jadi merupakan titik balik Bachdim dalam perjalanan kariernya. Ya, usai sabar melewati segala drama yang terjadi di sepak bola Indonesia, nyatanya eks penggawa FC Utrecht tersebut tetap setia mengadu nasib di negri ini.
Gelar Liga 1 2019 bersama Bali United merupakan pencapaian tertingginya di sepak bola Indonesia. Di samping itu, kembali dipanggilnya penyerang berusia 31 tersebut dalam skuat pra-kualifikasi Piala Dunia, semakin menegaskan bahwa kariernya belum habis.
ADVERTISEMENT
***
Itu tadi merupakan perjalanan panjang Irfan Bachdim di sepak bola Indonesia. Well, menurut kami, tipikal bermain Bachdim akan nyetel dengan pola permainan cepat yang mungkin akan diterapkan Shin Tae-yong --jika melihat komposisi pemain mudanya.
Terlebih, dengan segudang pengalaman yang telah ia peroleh dari 10 tahun mengenal sepak bola Indonesia, bukan tak mungkin sosoknya-lah yang bakal ditunjuk menjadi kapten dalam skuat pilihan Coach Shin Tae-yong.