Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Cerita Rakyat Jawa Timur, Asal Mula Telaga Sarangan Magetan
18 Maret 2021 18:25 WIB
Tulisan dari Lisa Ramadhanty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cerita Rakyat Jawa Timur banyak ragamnya, salah satunya adalah asal mula Telaga Sarangan di Kabupaten Magetan. Telaga ini terletak di bawah kaki Gunung Lawu, dan menjadi ikon wisata andalan kabupaten di ujung barat Propinsi Jawa Timur tersebut. Setiap tahun, ribuan wisatawan berkunjung kesana, terutama di saat week end, kawasan wisata berhawa sejuk ini selalu penuh dengan wisatawan.
Dilansir dari Infowisataid , cerita rakyat Jawa Timur tak pernah lepas dari latar belakang mistis di dalamnya. Alkisah, asal mula Telaga Sarangan berawal dari sepasang suami istri yang bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir yang tinggal di kaki Gunung Lawu dan tidak memiliki keturunan dalam kesehariannya mengelola ladang yang ada di dekat rumah mereka.
ADVERTISEMENT
Pada suatu hari, seperti biasa Kyai Pasir berangkat ke ladang untuk membuka lahan cocok tanam yang baru. Karena lahan baru tersebut masih banyak pohon besar didalamnya, maka Kyai Pasir menebang beberapa pohon besar untuk memudahkan dalam bercocok tanam. Sampai pada suatu saat, sorot matanya tertuju pada sebuah telur yang ada di bawah pohon besar yang hendak dia tebang. Telur ini aneh, karena tidak ada hewan bertelur di sekitar situ. Telur apakah gerangan? Begitu pikirnya.
Karena lelah dan lapar, Kyai Pasir membawa telur tersebut pulang ke rumah dan minta dimasakkan oleh istrinya. Kyai Pasir memasak terlur tersebut, dan setelah masak, diberikan separuh untuk suaminya, dan sisanya dia makan sendiri. Selepas lelah Kyai Pasir melanjutkan pekerjaannya kembali ke ladang meninggalkan istrinya di rumah sendirian.
ADVERTISEMENT
Sesampai di ladang, Kyai Pasir yang baru beberapa kali mengayunkan cangkulnya tiba-tiba saja merasa pusing, berkunang-kunang dan tubuhnya terasa gatal dan panas sekali. Semua tubuh sudah digaruk, namun tak kunjung reda. Karena tidak kuat, Kyai Pasir sampai jatuh terguling di tanah untuk mengurangi rasa gatal di tubuh, namun tak juga berkurang gatalnya.
Hal yang sama dialami oleh Nyai Pasir di rumah. Sehabis memakan telur separuh di rumah, Nyai Pasir juga merasa tubuhnya panas dan gatal sekali sekujur tubuh. Karena tidak kuat dia berlari ke ladang bermaksud meminta tolong suaminya. Betapa terkejutnya Nyai Pasir setelah sampai di ladang dia tidak menemukan suaminya dan melihat seekor ular besar berguling-guling di tanah seolah kesakitan. Ternyata Kyai Pasir sudah berubah menjadi ular naga besar yang terus berguling membuat putaran lubang di tanah yang kian membesar.
ADVERTISEMENT
Tak kuat menahan diri, Nyai Pasir akhirnya terjatuh dan ikut berguling-guling di tanah bersama Kyai Pasir yang sudah berubah menjadi ular naga tersebut. Tubuh Nyai Pasir lambat laun berubah menjadi ular naga besar seperti suaminya.
Karena putaran di tanah yang makin kencang, lubang yang terbentuk juga makin besar dan terus membesar selama berbulan-bulan lamanya. Lubang bekas putaran Kyai Pasir dan istrinya yang telah berubah menjadi ular tersebut akhirnya makin dalam dan mengeluarkan air makin deras hingga penuh sampai membantuk sebuah telaga.
Kini, masyarakat sekitar mengenal telag tersebut sebagai Telaga Sarangan, sebuah ikon wisata andalan yang berawal dari Cerita Rakyat Jawa Timur berbau mistis yang berawal dari Kyai Pasir dan istrinya yang memakan telur yang ditemukannya di ladang.
ADVERTISEMENT