5 Fakta Industri Animasi Jepang yang Mungkin Belum Kamu Ketahui

VVibu
Jejapangan dan sekitarnya
Konten dari Pengguna
7 Juli 2017 11:31 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari VVibu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
5 Fakta Industri Animasi Jepang yang Mungkin Belum Kamu Ketahui
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Mulai dari pekerja yang dibayar rendah hingga masa depan industri yang semakin suram, kondisi industri animasi Jepang yang erat dengan kenyataan pahit ternyata bertolak belakang dengan kebanyakan animasi Jepang yang penuh keceriaan dan harapan. Berikut adalah 5 fakta tentang industri animasi Jepang yang selama ini mungkin belum kamu ketahui. 1. Banyak animator yang dibayar rendah dan hidup di bawah garis kemiskinan Animator di sebuah studio animasi Jepang dapat bekerja hingga 84 jam dalam seminggu dan hanya bisa membawa pulang gaji sebesar 92.500 hingga 235.000 yen (sekitar 10,8 juta hingga 27,5 juta) setiap bulannya tergantung pengalaman. Bahkan ada pengakuan seorang animator yang harus membayar kepada studio animasi agar dirinya tetap diperbolehkan untuk bekerja
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadikan mereka hidup di bawah garis kemiskinan di Jepang atau hanya sedikit di atasnya. Tidak mengherankan semakin sedikit orang yang berminat untuk bekerja sebagai animator, hal ini juga diakui oleh Thomas Romain animator asal Perancis yang kini meniti karir di industri anime Jepang. “Kebanyakan orang tidak dapat bertahan hidup dengan gaji yang sangat rendah yang mereka peroleh dengan bekerja di industri (anime) ini," cuitnya lewat akun Twitter 2. Kesuksesan sebuah animasi tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan studio Hampir tidak ada sepeserpun uang dari penjualan Blu-ray, DVD, merchandise maupun pendapatan lainnya dari sebuah serial animasi Jepang yang masuk ke kantong studio. Karenanya meskipun Asosiasi Animator Jepang mengumumkan bahwa pada tahun 2016 indutri animasi Jepang membuat rekor penjualan sebesar 220 Triliun rupiah, tidak ada sepeser pun yang kembali ke para pekerja di indstri anime.
ADVERTISEMENT
Uang tersebut masuk ke perusahaan yang menjadi bagian komite produksi, dimana studio animasi pada umumnya tidak masuk ke dalamnya. 3. Semakin banyak animasi diproduksi bisa jadi bencana bagi industri
Thomas Romain mengatakan saat ini jumlah staf di studio animasi Jepang sudah tidak mampu lagi mengimbangi jumlah animasi yang diprodiksi. Dia mengungkapkan hampir mustahil memproduksi sebuah serial sepanjang 26 episode dengan kualitas tinggi, para studio animasi sudah berjuang keras memenuhi jadwal yang ditetapkan oleh klien. Dengan masuknya investor baru seperti Netflix, Amazon dan China, studio dipaksa untuk memproduksi lebih banyak lagi animasi. Sayangnya untuk melatih staf produksi animasi butuh waktu dan semakin sedikit minat orang untuk menjadi animator dikarenakan rendahnya kesejahteraan pegawai.
ADVERTISEMENT
4. Uang hasil penjualan merchandise belum tentu masuk ke kantong kreator
Komikus Gintama pernah mengatakan tidak peduli seberapa banyak orang yang menonton film adaptasi komiknya maupun seberapa tinggi pendapatnya. Tidak sepeserpun uang tersebut masuk ke kantong komikus, para komikus hanya dibayar sekali di muka. Yang seperti kacang dibandingkan keuntungan box office yang mayoritas masuk ke kantong perusahaan seperti Shueisha dan Sunrise selaku penerbit dan pemegang lisensi.
Satu-satunya cara untuk mendung para kreator, baik itu komikus ataupun pengarang novel adalah dengan membeli buku terbitannya sehingga mereka tetap dapat menikmati keuntungan. 5. Masa depan industri animasi Jepang itu suram
Kekurangan tenaga kerja, bisnis yang semakin stagnan dan terus menurun. Tidak mengherankan banyak yang berpendapat bahwa masa depan industri ini semakin suram.
ADVERTISEMENT
Osamu Yamasaki, sutradara serial animasi "Hakuoki" percaya bahwa banyak sutradara yang paham betapa berbahaya kondisi ini bagi masa depan industri. Sutradara Neon Genesis Evangelion, Hideako Anno, sempat mengungkapkan pada tahun 2015 silam bahwa menurunnya talenta dan pendanaan akan menjadi ancaman terbesar dalam lima tahun kedepan.
“Mungkin industri animasi Jepang membutuhkan sebuah model bisnis baru.” ujar Yamasaki. Sumber: VVibu