Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Calon Guru SD di Era Kurikulum Merdeka: Memahami Pendidikan Holistik
11 Mei 2025 13:42 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Wahyu Eka Nurhafidoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka adalah istilah yang sering kita dengar dalam dunia pendidikan. Namun, apa sebenarnya Kurikulum Merdeka? Mengapa peran dan kesiapan calon guru SD begitu penting dalam proses pembelajaran? Artikel ini akan menjelaskan bahwa calon guru SD tidak hanya perlu memahami isi kurikulum merdeka tetapi juga pendidikan menyeluruh dalam mendidik anak.
ADVERTISEMENT
Apa yang Dimaksud dengan Kurikulum Merdeka dan Konsepnya?
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang bertujuan untuk mengasah minat dan bakat anak sejak dini dengan berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik (Kemendikbud, 2023). Menurut data Kemendikbud Ristek, sampai saat ini, telah ada sebanyak 143.265 sekolah yang sudah menggunakan Kurikulum Merdeka.
Kurikulum ini juga mengutamakan strategi pembelajaran berbasis proyek. Nama proyek ini adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Maksudnya, peserta didik akan mengimplementasikan materi yang telah dipelajari melalui proyek atau studi kasus, sehingga pemahaman konsep bisa lebih terlaksana (Nadiem Anwar Makarim, 2022)
Di Kurikulum Merdeka, peserta didik tidak lagi ‘dipaksa’ untuk mempelajari mata pelajaran yang bukan menjadi minat utamanya, tetapi peserta didik bisa bebas memilih materi yang ingin dipelajari sesuai minat masing-masing. Ini dia yang dimaksud dengan konsep Merdeka Belajar. Di balik fleksibilitas itu, calon guru perlu memahami pentingnya pendekatan holistik.
ADVERTISEMENT
Mengapa Guru SD Perlu Memahami Pendidikan Holistik dalam Kuriikulum Merdeka?
Pendidikan holistik merupakan “suatu upaya membangun secara utuh dan seimbang pada setiap murid dalam seluruh aspek pembelajaran, yang mencakup spiritual, moral, imajinatif, intelektual, intelektual, budaya, estetika, emosi dan fisik...” (Latifah, 2008)
Anak-anak usia SD sedang tumbuh bukan hanya secara kognitif tetapi juga sosial, emosional, dan spiritual. Mereka belajar berinteraksi, mengelola perasaan, dan membentuk karakter.
Hal ini menjadi sangat penting mengingat semakin banyak siswa yang menunjukkan ketidakseimbangan dalam perkembangan mereka. Misalnya, ada siswa yang unggul secara kognitif namun kurang memiliki keterampilan sosial atau pengendalian diri yang baik.
Berdasarkan data (CNBC Indonesia, 2025) dari 34.062 siswa di Buleleng, sebanyak 155 siswa dinyatakan termasuk dalam kategori tidak bisa membaca (TBM). Sementara 208 siswa siswa termasuk dalam kategori tidak lancar membaca (TLM). Ketimpangan ini menunjukkan perlunya penanganan yang lebih menyeluruh, tidak hanya terpaku pada nilai atau pencapaian akademik semata.
ADVERTISEMENT
Kenapa Guru perlu memahami Pendidikan Holistik Dalam Kurikulum Merdeka?
Dengan memahami pendekatan holistik, guru dapat merancang pembelajaran yang menyentuh berbagai dimensi perkembangan anak. Misalnya, pembelajaran bisa melibatkan aktivitas kolaboratif, refleksi diri, penguatan karakter, serta koneksi dengan kehidupan nyata.
Dalam menjalankan Kurikulum Merdeka, penting bagi setiap pendidik untuk tetap memegang prinsip holistik. Karena di balik kebebasan merancang pembelajaran, terdapat tanggung jawab besar untuk memastikan siswa tumbuh secara seimbang dan menyeluruh.
Kurikulum Merdeka telah memberi ruang untuk itu, dan kini tinggal bagaimana guru khususnya calon guru SD yang nantinya menyambutnya dengan kesiapan dan kesungguhan. Menjadi guru di era Kurikulum Merdeka berarti menjadi fasilitator pertumbuhan siswa seutuhnya. Maka, mari kita persiapkan diri, sejak dini, untuk mendidik dengan hati dan ilmu.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Bekal Calon Guru SD di Era Kurikulum Merdeka?
Sebagai calon guru SD di era Kurikulum Merdeka membutuhkan kompetensi yang menyeluruh karena pendekatan holistik bisa menjadi kunci dalam menciptakan generasi yang tidak hanya pintar, juga tangguh, peduli, dan mampu beradaptasi dengan tantangan zaman. Beberapa kemampuan penting yang perlu dibangun sejak awal antara lain:
Pertama, Kompetensi yang Cukup dan Pemahaman lintas bidang. Bidang ini tidak hanya mencakup mata pelajaran, tetapi juga psikologi anak, pendekatan inklusif, dan pendidikan karakter.
Kedua. Keterampilan pengelolaan kelas. Hal ini bertujuan agar suasana belajar terasa aman, kreativitas yang memadai sehingga gaya mengajarnya bervariasi dan memicu eksplorasi.
Ketiga, Kemampuan refleksi dan kolaborasi: Guru perlu terus belajar dan mengevaluasi praktiknya serta mampu bekerja sama dengan sesama pendidik dan orang tua.
ADVERTISEMENT