Konten dari Pengguna

Pembatasan Usia Pengguna Gawai dari Perspektif Regulasi Kesehatan Mental

wahyu andrianto
Aktivitas: Anggota Aktif World Association for Medical Law, Dosen Tetap FHUI, Konsultan Hukum Kesehatan
18 Januari 2025 18:39 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wahyu andrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap kehidupan manusia secara fundamental. Internet dan perangkat digital, seperti gawai (telepon pintar, tablet, dan komputer), telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bahkan bagi anak-anak. Generasi yang lahir dan tumbuh di era digital ini sering disebut sebagai digital native. Mereka terpapar teknologi sejak usia dini, menjadikan gawai bukan lagi barang mewah, melainkan sebuah kebutuhan dan bagian dari proses tumbuh kembang mereka. Berbagai konten menarik, mulai dari gim, video, musik, hingga aplikasi edukasi, dengan mudah diakses melalui gawai. Tak heran, banyak orang tua yang memanfaatkan gawai sebagai sarana hiburan, edukasi, atau bahkan sebagai "penenang" saat anak rewel.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik kemudahan dan hiburan yang ditawarkan gawai, tersembunyi potensi dampak negatif yang perlu diwaspadai, terutama bagi kesehatan mental, fisik, dan perkembangan anak secara menyeluruh. Penggunaan gawai yang tidak terkontrol dan berlebihan dapat memicu berbagai masalah, mulai dari gangguan tidur, masalah sosial dan emosional, hingga gangguan perkembangan kognitif. Oleh karena itu, pertanyaan mengenai perlunya batasan usia penggunaan gawai menjadi semakin relevan dan penting untuk dibahas.
Pengaruh Lingkungan dan Daya Tarik Teknologi
Penggunaan gawai di kalangan anak-anak tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan teknologi, tetapi juga oleh faktor lingkungan dan sosial. Tekanan teman sebaya (peer pressure) dan keinginan untuk mengikuti tren sering kali mendorong anak untuk menggunakan gawai secara berlebihan, bahkan untuk mengakses konten yang belum sesuai dengan usia mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, integrasi teknologi dalam dunia pendidikan juga turut memengaruhi pola penggunaan gawai pada anak. Semakin banyak sekolah yang memanfaatkan gawai dan aplikasi digital sebagai bagian dari proses pembelajaran. Meskipun hal ini memiliki manfaat dalam meningkatkan efisiensi dan interaktivitas pembelajaran, namun juga memperkuat ketergantungan anak pada gawai.
Daya tarik teknologi itu sendiri juga menjadi faktor penting. Perkembangan teknologi yang pesat menghasilkan gawai dengan fitur-fitur yang semakin canggih, tampilan yang menarik, dan aplikasi-aplikasi inovatif. Persaingan antarprodusen gawai juga mendorong inovasi yang terus-menerus, menciptakan siklus pembaruan perangkat yang tiada henti, sehingga selalu ada hal baru yang menarik perhatian anak-anak.
Spektrum Dampak Negatif Penggunaan Gawai pada Anak
Penggunaan gawai yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang signifikan bagi anak-anak, baik secara fisik maupun psikologis. Cahaya biru (blue light) yang dipancarkan oleh layar gawai dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Gangguan ini dapat menyebabkan anak sulit tidur, kualitas tidur yang buruk, dan pada akhirnya berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan. Kurang tidur dapat menyebabkan anak menjadi mudah marah, sulit berkonsentrasi, dan rentan terhadap penyakit.
ADVERTISEMENT
Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dapat mengurangi interaksi sosial anak di dunia nyata. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat, mengembangkan empati, dan memahami ekspresi wajah atau bahasa tubuh. Anak juga bisa menjadi lebih tertutup, sulit bergaul, dan kurang peka terhadap lingkungan sekitarnya. Penggunaan media sosial yang berlebihan juga dapat memicu perasaan insecure, iri sosial, dan takut ketinggalan tren (fear of missing out atau FOMO). Paparan konten negatif atau perundungan siber juga meningkatkan risiko kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Paparan konten yang bergerak cepat, berganti-ganti, dan stimulasi visual yang berlebihan di gawai dapat mengganggu kemampuan anak untuk berkonsentrasi dan memusatkan perhatian. Hal ini berpotensi memicu atau memperburuk masalah seperti ADHD, yang berdampak negatif pada prestasi akademik dan kemampuan belajar anak. Penggunaan gawai yang berlebihan di usia dini, terutama pada masa perkembangan otak yang pesat, dapat memengaruhi perkembangan kognitif anak, seperti kemampuan berbahasa, berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengendalikan emosi. Anak-anak yang terlalu banyak terpapar gawai di usia dini mungkin mengalami keterlambatan bicara, kesulitan dalam memproses informasi, dan kesulitan dalam mengendalikan impuls.
ADVERTISEMENT
Gim daring atau aplikasi media sosial yang dirancang dengan mekanisme hadiah dan umpan balik tertentu dapat memicu kecanduan. Kecanduan ini dapat membuat anak mengabaikan kegiatan penting lainnya, seperti sekolah, bermain di luar, berinteraksi dengan keluarga, dan aktivitas fisik yang penting untuk kesehatan. Penggunaan gawai yang berlebihan juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik, seperti mata lelah, mata kering, sakit kepala, nyeri leher dan punggung, sindrom terowongan karpal, serta obesitas akibat kurangnya aktivitas fisik. Postur tubuh yang buruk akibat terlalu lama menunduk menatap layar gawai juga dapat menyebabkan masalah tulang belakang di kemudian hari.
Regulasi dan Kebijakan di Berbagai Negara
Menyadari potensi dampak negatif penggunaan gawai pada anak, berbagai negara telah menerapkan regulasi dan kebijakan terkait batasan usia penggunaan gawai atau perlindungan data anak di ranah daring. Regulasi Umum Perlindungan Data (GDPR) di Uni Eropa menetapkan usia 16 tahun sebagai usia persetujuan digital. Artinya, anak di bawah 16 tahun membutuhkan persetujuan orang tua atau wali untuk pemrosesan data pribadi mereka secara daring.
ADVERTISEMENT
Undang-Undang Perlindungan Privasi Daring Anak-Anak (COPPA) di Amerika Serikat melindungi privasi daring anak di bawah 13 tahun. COPPA mewajibkan operator situs web dan layanan daring untuk mendapatkan persetujuan orang tua yang dapat diverifikasi sebelum mengumpulkan, menggunakan, atau mengungkapkan informasi pribadi anak-anak di bawah 13 tahun. Online Safety Bill di Australia bertujuan untuk melindungi anak-anak dari konten berbahaya daring, termasuk perundungan siber dan konten yang tidak pantas.
Berbagai negara lain, seperti Prancis, Vietnam, Norwegia, Inggris, Swedia, dan Brasil, juga menerapkan berbagai kebijakan serupa, seperti pembatasan waktu bermain gim daring, verifikasi identitas pengguna, dan kewajiban izin orang tua untuk pembuatan akun media sosial.
Regulasi ini bertujuan untuk melindungi anak dari paparan konten yang tidak sesuai usia, seperti kekerasan, pornografi, ujaran kebencian, atau perundungan siber. Dengan menunda akses ke platform daring tertentu, anak punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan kemampuan sosial dan emosional di dunia nyata. Regulasi juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran orang tua tentang risiko penggunaan gawai dan media sosial pada anak.
ADVERTISEMENT
Tantangan Implementasi dan Peran Krusial Orang Tua serta Industri Teknologi
Penerapan regulasi ini juga menghadapi berbagai tantangan, seperti memverifikasi usia pengguna secara efektif di ranah daring yang anonim dan lintas batas, penegakan hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh individu atau perusahaan di negara lain, dan potensi pengelakan (circumvention) oleh anak-anak yang mencari cara untuk melewati batasan. Selain itu, terdapat perdebatan mengenai sejauh mana negara berhak campur tangan dalam pengasuhan anak dan kebebasan berekspresi.
Oleh karena itu, regulasi saja tidak cukup. Peran orang tua dalam mengawasi, mendidik, dan membimbing anak tentang penggunaan gawai yang sehat dan bertanggung jawab sangatlah penting. Orang tua perlu memberikan contoh yang baik, menetapkan batasan waktu penggunaan gawai yang jelas dan konsisten, memilih konten yang sesuai usia dan perkembangan anak, serta aktif berkomunikasi dengan anak tentang aktivitas daring mereka.
ADVERTISEMENT
Industri teknologi juga memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan daring yang lebih aman dan ramah anak. Perusahaan teknologi dapat menerapkan desain yang mengutamakan privasi (privacy by design), sistem kurasi konten yang ketat dengan kombinasi filter otomatis dan moderasi manusia, serta desain antarmuka yang intuitif dan mudah dinavigasi oleh anak-anak. Selain itu, edukasi dan literasi digital bagi anak-anak dan orang tua juga penting untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko dan manfaat penggunaan gawai.
Kesimpulan
Batasan usia penggunaan gawai dapat menjadi salah satu upaya penting dalam melindungi anak di era digital. Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada implementasi yang tepat, kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat, serta kolaborasi antara pemerintah, orang tua, dan industri teknologi. Perlindungan anak di era digital adalah tanggung jawab bersama. Menciptakan keseimbangan antara manfaat dan risiko penggunaan gawai merupakan kunci untuk memastikan anak-anak dapat memanfaatkan teknologi secara positif dan optimal, tanpa mengorbankan kesehatan dan perkembangan mereka.
ADVERTISEMENT
Sumber foto: https://pixabay.com/id/photos/teknologi-gadget-komunikasi-2608530/