Konten dari Pengguna

World Heart Day, sebuah Renungan

wahyu andrianto
Aktivitas: Anggota Aktif World Association for Medical Law, Dosen Tetap FHUI, Konsultan Hukum Kesehatan
7 Oktober 2024 16:58 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wahyu andrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
World Heart Day (WHD) atau Hari Jantung Sedunia diperingati setiap tanggal 29 September, setiap tahunnya. Tema global peringatan World Heart Day (WHD) adalah "Use Heart, For Action." Sedangkan tema nasional peringatan Hari Jantung Sedunia adalah "Ayo Bergerak untuk Sehatkan Jantungmu." Tema ini menekankan pentingnya tindakan nyata dalam menjaga kesehatan jantung melalui gaya hidup sehat. Tema ini dipilih untuk mendorong masyarakat untuk berolahraga dan memelihara kesehatan jantung.
ADVERTISEMENT
Penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah) adalah penyebab kematian nomor satu di dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization-WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit jantung. Di Indonesia, penyakit ini masih menjadi penyebab kematian tertinggi sehingga seluruh masyarakat perlu mengambil peran dalam mencegah tingginya angka kesakitan dan kematian.
Sebagai regulator, Pemerintah telah menerbitkan beberapa peraturan yang fokus untuk mengendalikan prevalensi penyakit kardiovaskuler di Indonesia. Beberapa peraturan tersebut di antaranya adalah: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 854/MENKES/SK/IX/2009 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/4801/2021 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Gagal Jantung.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini fokus untuk membahas mengenai faktor resiko yang berpotensi menjadi penyebab dari penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tersebut. Tujuannya adalah agar dapat menjadi bahan pembelajaran dan antisipasi bagi masyarakat agar terhindar dari penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah).
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) adalah penyakit yang menyangkut jantung itu sendiri dan pembuluh-pembuluh darah. Kedua hal itu sulit dipisahkan sebagaimana istilah kardio (jantung) dan vaskular (pembuluh darah). Beberapa penyakit yang termasuk kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah hipertensi, penyakit jantung koroner (termasuk angina pektoris, infark miokard akut), penyakit pembuluh darah otak (TIA=transient ischemic attack, stroke), penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung rematik, gagal jantung, penyakit jantung katup, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit jantung bawaan, kardiomiopati, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meliputi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi, seperti: hipertensi, merokok, diabetes melitus, dislipidemia (metabolisme lemak yang abnormal), obesitas umum dan obesitas sentral, kurang aktivitas fisik, pola makan, konsumsi minuman beralkohol, dan stres.
Faktor riwayat keluarga. Adanya riwayat keluarga dekat yang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga.
ADVERTISEMENT
Faktor umur. Risiko penyakit jantung dan pembuluh meningkat pada usia di atas 55 tahun untuk laki-laki dan di atas 65 tahun untuk perempuan.
Faktor jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Faktor hipertensi. Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan diastolik 85-89 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 2 kali dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab tersering penyakit jantung koroner dan stroke, serta faktor utama dalam gagal jantung kongestif. Studi yang ada menyebutkan bahwa risiko gagal jantung kongestif meningkat sebesar 6 kali pada pasien dengan hipertensi.
ADVERTISEMENT
Faktor merokok. Risiko penyakit jantung koroner pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun dalam rokok antara lain tar, nikotin dan karbon monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol-HDL ("kolesterol baik"), peningkatan penggumpalan darah, dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner.
Faktor Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan gejala akibat peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Gejala khas DM antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsi (banyak minum), polifagia (banyak makan), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Gejala tidak khas DM, antara lain kesemutan, gatal di daerah kemaluan, keputihan, infeksi yang sulit sembuh, bisul yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, mudah mengantuk, gangguan ereksi, dan lain-lain. Diagnosis DM ditegakkan bila: a. Keluhan khas; gula darah (GD) sewaktu 200 mg/dl, atau GD puasa 126 mg/dl; b. Keluhan tidak khas; GD sewaktu 200 mg/dl, atau GD puasa 126 mg/dl, pada 2 kali pemeriksaan dengan waktu yang berbeda; c. Bila hasil pemeriksaan meragukan dapat dilakukan pemeriksaan Test Toleransi Glucose Oral (TTGO). Kadar glukosa darah 2 jam sesudah pembebanan glukosa oral 75 gram (300 kalori): 140 mg/dl (Tidak DM); 140-199 mg/dl (Toleransi Glukosa Terganggu (TGT); 200 mg/dl (DM). Berdasarkan hasil penelitian Framingham, satu dari dua orang penderita DM akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung.
ADVERTISEMENT
Faktor dislipidemia (metabolisme lemak yang abnormal). Untuk menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, maka nilai kolesterol total plasma harus <190 mg/dl dan Low Density Lipoprotein (LDL) <115 mg/dl. Pada pasien dengan DM atau pasien asimptomatik dengan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, maka target kadar kolesterol total darah harus <175 mg/dl dan LDL <100 mg/dl. Kadar High Density Lipoprotein (HDL) <40 mg/dl pada laki-laki dan <45 mg/dl pada perempuan, serta kadar trigliserida puasa >150 mg/dl akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Faktor obesitas. Obesitas didefinisikan sebagai peningkatan berat badan lebih dari 20% berat badan normal atau lndeks Masa Tubuh (IMT), yaitu suatu angka yang didapat dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat. Berat badan normal bila IMT antara 18,5-24,9 Kg/m2. Berat Badan Lebih bila IMT=25-27 Kg/m2 dan Obesitas bila IMT>27 Kg/m2. Berat Badan Lebih dan Obesitas disebut Obesitas Umum. Fakta menunjukkan bahwa distribusi lemak tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penumpukan lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lingkar perut 90 cm untuk laki­ laki dan 80 cm untuk perempuan (Obesitas Sentral) akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
ADVERTISEMENT
Faktor kurang aktivitas fisik. Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung, mengurangi keluhan nyeri dada/angina pektoris, melebarkan pembuluh darah, membuat kolateral atau jalan baru bila sudah ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya penggumpalan darah, meningkatkan kemampuan tubuh termasuk meningkatkan kemampuan seksual, dan meningkatkan kesegaran jasmani. Dianjurkan melakukan latihan fisik (olahraga) minimal 30 menit setiap hari selama 3-4 hari dalam seminggu (istirahat selang sehari), sehingga tercapai hasil yang maksimal. Setelah latihan 4-6 minggu, kemampuan fisik meningkat sebesar 30-33%, dan hasil yang optimal akan dicapai setelah latihan fisik 6 bulan.
ADVERTISEMENT
Faktor pola makan. Dewasa ini, perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori, lemak, protein, dan garam tinggi, tetapi rendah serat pangan (dietary fiber). Jenis makanan ini membawa konsekuensi terhadap perubahan status gizi menuju gizi lebih (kelebihan berat badan tingkat ringan atau Berat Badan Lebih, yaitu IMT=25-27Kg/m2) dan Obesitas (kelebihan berat badan tingkat berat, yaitu IMT>27 Kg/m2) yang memicu berkembangnya penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, khususnya penyakit jantung koroner. Berat badan normal, IMT berkisar antara 18,5-24,9 Kg/m2, sedangkan berat badan kurang, IMT <18,5 Kg/m2. Dalam upaya mengurangi risiko dan menunjang proses penyembuhan penyakit degeneratif termasuk penyakit jantung dan pembuluh darah, peranan pola makan sehat dan gizi seimbang sangat penting. Pengaturan pola makan dilakukan dengan mengikuti Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), sebagai berikut: a. Konsumsi makanan beraneka ragam (Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi minimal harus berasal dari setiap satu jenis makanan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Prinsip idealnya setiap kali makan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah). Dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam termasuk sumber makanan berserat cukup (25 gram/hari), seperti padi-padian, kacang-kacangan, sayur dan buah-buahan dapat mencegah atau memperkecil terjadinya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah); b. Konsumsi makanan sesuai kebutuhan tubuh (Makan makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Sumber karbohidrat komplek adalah padi-padian, ubi, jagung, singkong, sagu, dan lain-lain. Batasi sumber karbohidrat sederhana seperti gula sampai dengan 3-4 sendok makan per hari, karena konsumsi gula yang berlebih akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh sebagi lemak, akumulasi dalam waktu lama mengakibatkan obesitas); c. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi (Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewan. Mengkonsumsi lemak hewani secara berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita penyakit jantung koroner, karena lemak ikan mengandung asam lemak omega-3. Asam lemak omega-3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah); d. Konsumsi makanan rendah garam dan tinggi kalium (Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) per hari. Konsumsi natrium yang berlebih terutama yang berasal dari garam dan sumber lain, seperti produk susu dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam merupakan pemicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi yang merupakan risiko untuk penyakit jantung. Sumber kalium yang baik adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain. Secara alami, banyak bahan pangan yang memiliki kandungan kalium dengan rasio lebih tinggi dibandingkan dengan natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak menambahkan garam ke dalamnya menyebabkan tingginya kadar natrium di dalam bahan, sehingga cenderung menaikkan tekanan darah. Hindari kebiasaan minum minuman beralkohol, karena minuman beralkohol dapat menghambat proses penyerapan zat gizi dan menghilangkan zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi yang penting bagi tubuh, sehingga menyebabkan peminum alkohol dapat menderita kurang gizi. Selain itu itu juga menyebabkan penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan di dalam tubuh).
ADVERTISEMENT
Faktor stress. Stres adalah reaksi tubuh berupa serangkaian respons yang bertujuan untuk mengurangi dampak. Stresor adalah pengalaman traumatik yang luar biasa yang dapat meliputi ancaman serius terhadap keamanan atau integritas fisik dari individu atau orang-orang yang dicintainya (misalnya bencana alam katastrofik, kecelakaan, peperangan, serangan tindakan kriminal, perkosaan), atau perubahan mendadak yang tidak biasa dan perubahan yang mengancam kedudukan sosial dan/atau jaringan relasi dari yang bersangkutan, seperti kedukaan yang bertubi-tubi atau kebakaran. Risiko terjadinya gangguan ini makin bertambah apabila ada kelelahan fisik atau faktor organik lain, misalnya usia lanjut. Gejala stress meliputi: 1) Fisik (Jantung berdebar-debar, lebih cepat, tidak teratur, pernafasan lebih cepat dan pendek, berkeringat, muka merah, otot-otot tegang; nafsu makan berubah, sulit tidur, gugup, sakit kepala, tangan dan kaki lemas, gangguan pencernaan, sering buang air kecil, dada sesak, rasa sakit/nyeri yang tidak jelas, susah buang air besar atau sebaliknya diare, kesemutan, dan nyeri ulu hati); 2) Mental (Merasa tertekan, menarik diri, bingung, kehilangan kesadaran, depresi, kecemasan tak bisa rileks, kemarahan, kekecewaan, overaktif dan agresif). Dampak negatif stress antara lain: 1) Sikap agresif, frustasi, gugup, kejenuhan, bosan dan kesepian; 2) Alkoholik, merokok, makan berlebihan, penyimpangan seks; 3) Daya pikir lemah, tidak mampu membuat keputusan, tidak konsentrasi; 4) Peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan gula darah. Cara mengatasi stress antara lain dengan cara: 1) Berolahraga; 2) Relaksasi otot; 3) Relaksasi mental (rekreasi, dan lain-lain); 4) Melakukan curhat atau berbicara pada orang lain; 5) “Memberi batas waktu sedih”; 6) Memperdalam ibadah dan agama; 7) Menghindari pelarian negatif.
ADVERTISEMENT
Sumber foto: https://pixabay.com/id/photos/pria-duka-sakit-dada-terluka-1846050/