Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Konten dari Pengguna
Pelatihan ASN: Tantangan Profesionalisme di Tengah Efisiensi Anggaran
24 Februari 2025 14:21 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Wahyu Hanggoro Suseno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ASN Profesional: Harapan Versus Realita
ADVERTISEMENT
Pemerintah selalu menekankan pentingnya profesionalisme Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai bagian dari reformasi birokrasi. Namun, dalam praktiknya, harapan untuk menciptakan ASN yang kompeten dan adaptif kerap berbenturan dengan realitas keterbatasan anggaran. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2025 semakin memperkecil ruang bagi pelatihan dan pengembangan ASN. Lalu, bagaimana caranya tetap menciptakan ASN berkualitas di tengah anggaran yang semakin ketat?
ADVERTISEMENT
Kendala di Lapangan: Efisiensi atau Kemunduran?
1. Pemangkasan Anggaran, Pemangkasan Kompetensi?
Pemangkasan anggaran pelatihan berisiko menghambat pengembangan keterampilan ASN. Dengan berkurangnya anggaran, banyak pelatihan yang terpaksa dikurangi atau bahkan dihentikan. Jika ini dibiarkan, maka kualitas pelayanan publik pun ikut menurun.
2. Belum Maksimalnya Pemanfaatan Teknologi
Digitalisasi seharusnya menjadi solusi efisiensi, tetapi banyak instansi belum siap beralih ke platform pelatihan daring. Infrastruktur yang terbatas dan kurangnya literasi digital menjadi kendala tersendiri.
3. Ketimpangan Peluang Pengembangan ASN
ASN di pusat pemerintahan cenderung memiliki akses lebih baik terhadap pelatihan berkualitas, sementara ASN di daerah kerap tertinggal. Hal ini menciptakan kesenjangan kompetensi yang seharusnya bisa diminimalkan.
4. Metode Pelatihan yang Tidak Relevan
Banyak pelatihan ASN masih menggunakan metode konvensional yang tidak sesuai dengan kebutuhan zaman. ASN dituntut untuk kreatif dan adaptif, tetapi pelatihannya sendiri masih monoton dan kurang berbasis studi kasus nyata.
ADVERTISEMENT
5. Minimnya Evaluasi dan Dampak Pasca Pelatihan
Pelatihan yang hanya sekadar formalitas tanpa evaluasi hasil yang jelas akan menjadi pemborosan anggaran. Seharusnya ada mekanisme penilaian yang memastikan bahwa pelatihan benar-benar meningkatkan kompetensi ASN.
Terobosan: Strategi Pelatihan di Tengah Krisis Anggaran
1. Digitalisasi Pelatihan: Murah, Efisien, dan Masif
Pemerintah harus segera berinvestasi dalam e-learning untuk mengurangi biaya operasional pelatihan. Webinar, modul daring, dan platform pembelajaran berbasis AI bisa menjadi solusi yang lebih hemat biaya.
2. Kolaborasi dengan Sektor Swasta dan Akademisi
Mengandalkan anggaran negara saja tidak cukup. Instansi pemerintah perlu menggandeng perguruan tinggi dan dunia usaha untuk menyediakan pelatihan berbasis kebutuhan industri.
3. Mentorship dan On-the-Job Training
Pemanfaatan ASN senior sebagai mentor bagi pegawai baru dapat menjadi cara murah namun efektif untuk transfer ilmu. Pelatihan langsung di tempat kerja juga lebih aplikatif daripada sekadar teori di kelas.
ADVERTISEMENT
4. Evaluasi Ketat dan Berbasis Data
Setiap pelatihan harus diukur efektivitasnya. Apakah ada peningkatan kinerja setelahnya? Jika tidak ada dampak nyata, program tersebut harus dievaluasi dan disesuaikan agar lebih relevan dengan kebutuhan instansi.
5. Gamifikasi dan Kecerdasan Buatan (AI)
Pelatihan tidak harus membosankan. Dengan gamifikasi, ASN bisa belajar sambil bermain, yang terbukti lebih efektif dalam meningkatkan keterlibatan peserta. AI juga bisa membantu menyusun kurikulum pelatihan yang lebih personal dan sesuai dengan kebutuhan individu.
Pemimpin Harus Berperan Lebih
Di tengah keterbatasan anggaran, pemimpin instansi harus lebih proaktif. Tidak cukup hanya menunggu kebijakan dari pusat, mereka harus mencari solusi inovatif dalam pengembangan SDM. Kepemimpinan yang adaptif dan visioner akan menjadi kunci keberhasilan pelatihan ASN di masa depan.
ADVERTISEMENT
Efisiensi Tak Harus Mengorbankan Kualitas
Kebijakan efisiensi anggaran seharusnya tidak menjadi alasan untuk menurunkan kualitas ASN. Dengan pendekatan yang lebih cerdas, seperti digitalisasi, kolaborasi lintas sektor, serta metode pembelajaran inovatif, pengembangan ASN tetap bisa berjalan dengan optimal. Profesionalisme ASN bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan mutlak demi pelayanan publik yang lebih baik. Kini saatnya berani berinovasi, bukan hanya sekadar memangkas anggaran tanpa solusi konkret!
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara diresmikan Senin (24/2). Danantara dibentuk sebagai superholding BUMN dengan tujuan mengoptimalkan kekayaan negara melalui investasi strategis. Aset yang dikelola Rp 14.659 triliun.