Penggalan Kisah Tentang Ibu

Wahyuni
ASN, Penyuluh Sosial Pertama Dinas Sosial Prov. Kaltim
Konten dari Pengguna
10 Mei 2021 12:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu membacakan dongeng untuk anak. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu membacakan dongeng untuk anak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ibu, sebuah kata sarat makna. Sosok yang begitu berjasa dalam perjalanan hidup seorang insan di dunia. Wanita yang telah melahirkan seseorang. Ibu juga dapat ditujukan sebagai panggilan kepada seseorang yang kita hormati, meskipun kita tak terlahir dari rahimnya.
ADVERTISEMENT
Bagi saya sendiri, begitu banyak kisah para ibu yang menginspirasi. Mereka mengajarkan keikhlasan, kebaikan, kesabaran, dan berbagai hikmah pengalaman.
Usia 12 Tahun Menjadi Ibu
Usianya sekitar 12 tahun. Ia duduk di kelas 6 SD. Berkulit sawo matang dan berambut panjang. Senyum tipis yang menghiasi wajahnya membuatnya terlihat manis.
Ibunya yang menikah lagi dan memiliki beberapa adik membuatnya terbiasa mengasuh balita. Tekanan hidup yang mengimpit menjadikannya lebih dewasa dari anak seusianya. Ia hamil di usia yang sangat muda akibat perlakuan dari ayah tiri. Bukan hal yang mudah. Begitu juga bagi dirinya.
Kasus bergulir. Harapannya agar sang ayah tiri dapat dihukum sesuai dengan tingkat kejahatannya. Untuk sementara dia pun harus tinggal jauh terpisah dari keluarga, menjalani hari-harinya dengan mandiri di sebuah rumah aman.
ADVERTISEMENT
Tidak ada istilah manja dalam kamusnya, bahkan orang-orang sekitarnyalah yang kerap kali merasa iba, mengingatkan, dan menanyakan tentang kondisinya. Kalaupun ada keinginan yang terlontar, biasanya hanya sebuah permintaan sederhana.
Perjuangannya dalam menjaga kandungan dan menjalani proses melahirkan sangat luar biasa. Karena terkendala dengan kesehatan, panggul sempit, pembukaan yang tidak ada kemajuan serta air ketuban yang sudah tidak mencukupi, proses melahirkan harus dilakukan lewat jalan operasi. Melalui petugas, sang ibu kandung memberikan izin untuk kebaikan putrinya.
Proses operasi berjalan lancar. Bahkan setelah operasi pun, ibu kecil ini tidak rewel dan manja. Tidak ada keluh kesah yang keluar dari bibirnya. Hal ini membuat orang-orang di sekitar begitu kagum. Naluri keibuan dan caranya memperlakukan sang bayi jauh melampaui usianya. Pada kenyataannya, berapa pun usiamu, kau seorang ibu.
ADVERTISEMENT
Tegas dan Perhatian
Jika kita tinggal jauh dari orang tua untuk menuntut ilmu atau bekerja, biasanya orang tua akan menitipkan anaknya pada ibu pemilik tempat anaknya tinggal sementara. Kita menyebutnya dengan istilah ibu indekos.
Beliau sosok yang tegas, bahkan terkesan galak. Beliau juga piawai dalam mengurus rumah tangga. Meski memiliki rumah yang luas dengan beberapa kamar yang disewakan, beliau sangat cekatan dalam mengurus segalanya seorang diri, termasuk juga bagian belakang yang seharusnya menjadi kewajiban anak indekos.
Anak indekos seringkali abai dalam hal kebersihan, terutama yang menyangkut fasilitas bersama. Terkadang ketika ibu indekos bersih-bersih, anak indekos juga sibuk dengan hal tidak penting, seperti seolah-olah mengerjakan tugas atau bahkan pura-pura tidur.
Biar pun demikian beliau tetap perhatian. Jikalau pagi hari terdengar suara langkah menaiki tangga, bisa dipastikan beliau datang dengan sepiring penuh oleh-oleh dari pasar.
ADVERTISEMENT
Di malam hari, beliau juga kerap mengajak anak indekos bercerita tentang berbagai hal, dari hal lucu, nasihat hingga pengalaman hidup.
Kesan pertama yang ditangkap ternyata berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh anak indekos. Ketegasan dan perhatiannya bukan sekadar hubungan penyewa dan pemilik, melainkan bukti kasih sayang dan tanggung jawab seorang ibu pada anaknya.
Kasih Sepanjang Masa
Kehidupan masa kecil yang keras dan ekonomi yang terbatas, membentuknya menjadi sosok yang pantang menyerah dan cekatan dalam bertindak. Memiliki lima orang anak, tidak membatasi beliau untuk membantu perekonomian keluarga. Guna menambah penghasilan suaminya yang seorang polisi.
Meski anaknya masih kecil, beliau tetap cakap mengurus rumah tangga sembari berjualan. Memasak, mencuci, menyetrika hingga membereskan rumah, semua dilakukan seorang diri. Ketika menjelang remaja, barulah anak-anak diberi tanggung jawab untuk membantu.
ADVERTISEMENT
Masih lekat dalam ingatannya sebuah warung kecil yang dibuka di pagi hari setelah urusan rumah selesai. Di warung itu berbagai aktivitas lainnya pun telah menanti. Memberi label barang, menimbang gula dan tepung hingga melayani pembeli juga dilakukan sendiri. Anak-anak membantu sepulang sekolah.
Tiada lelah, bersama suami, ia merajut mimpi dan asa demi kebahagiaan anaknya. Sehat dan bahagia selalu, mamak dan bapakku.
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’ (17): 24)