Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Piala Dunia 2022, Strategi Pembangunan Jangka Panjang Qatar
30 November 2022 19:45 WIB
Tulisan dari Walda Okvi Juliana Ningsih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Euforia Piala Dunia 2022 tengah meramaikan dunia olahraga. Turnamen sepak bola internasional empat tahunan tersebut kembali diselenggarakan dengan Qatar sebagai tuan rumah. Turnamen ini sudah dimulai sejak 20 November dan dijadwalkan final pada 18 Desember 2022. Menjadi tuan rumah, artinya Qatar telah bersedia untuk menjadi sorotan dunia. Sayangnya, sorotan yang dibawa oleh acara tersebut juga memberi ruang bagi aktor non negara seperti organisasi non pemerintah tertentu dan berbagai media global untuk secara kritis menyoroti Qatar.
ADVERTISEMENT
Sejak ditetapkan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 pada 2 Desember 2010 oleh FIFA (Fédération Internationale de Football Association), Qatar langsung dihadapkan dengan berbagai kontroversi, diantaranya tuduhan telah melakukan suap dan korupsi seputar upayanya mengamankan hak atas tuan rumah, musim panas Qatar yang dapat mencapai lebih dari 40°C memiliki risiko tinggi bagi para atlet, kerja paksa oleh Qatar terhadap pekerja migran yang terlibat dalam persiapan Piala Dunia, hingga legitimasi Qatar soal LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer dan lainnya) memunculkan beragam reaksi dari global.
Kontroversi-kontroversi tersebut belum juga mereda. Bahkan, terdapat upaya dari berbagai pihak untuk mencampuradukkan aktivisme dan olahraga, menyuarakan berbagai isu dan ideologi. Kontroversi-kontroversi tersebut melahirkan narasi bahwa Qatar menjadi tuan rumah paling kontroversial dalam sejarah turnamen Piala Dunia. Hal ini kemudian menjadi tantangan bagi Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 untuk memperoleh keuntungan terutama pada aspek pembangunan dan kepentingan nasionalnya.
ADVERTISEMENT
Piala Dunia 2022 sebagai Platform
Trunkos dan Heere (2017) menjelaskan tujuh poin ajang olahraga internasional dapat menjadi platform yang efektif diantaranya, acara olahraga dapat memberikan alasan dan lokasi tidak resmi bagi para pemimpin internasional untuk bertemu dan memulai dialog, memberikan wawasan tentang negara tuan rumah, menjembatani perbedaan budaya dan bahasa antar bangsa, membuat platform untuk perjanjian atau undang-undang perdagangan baru, menciptakan kesadaran hubungan internasional, menciptakan warisan bagi negara tuan rumah, meningkatkan citra negara di dunia dan memberikan legitimasi bagi negara baru.
Sejalan dengan itu, Piala Dunia 2022 telah memberikan Qatar sebuah platform untuk secara positif membuka gerbang komunikasi antara Qatar dan seluruh dunia. Qatar dapat menggunakan sorotan akibat turnamen untuk memperlihatkan kepada global terkait kekhasan ekonomi, budaya, daya tarik wisata, peluang investasi, dan keramahan masyarakatnya. Sekretaris Umum Komite Pengiriman & Legacy Qatar 2022, Hassan Al Thawadi menjelaskan, Qatar memastikan Piala Dunia 2022 akan meninggalkan transformasi yang kuat dalam bidang sosial, manusia, ekonomi dan lingkungan sehingga dikenang sebagai momen penting dalam sejarah Qatar (dalam the Qatar 2022, 3 Agustus 2022).
ADVERTISEMENT
Soft Power untuk Kepentingan Nasional
Tren acara olahraga internasional sebagai alat diplomasi terus berlanjut. Sebagai alat diplomasi, olahraga digunakan untuk mencapai tujuan politik non olahraga, mulai dari upaya menunjukkan stabilitas, kemajuan politik hingga memperoleh keuntungan di bidang ekonomi. Menurut Joseph S.Nye, pendekatan diplomasi olahraga atau diplomasi yang dilakukan melalui media olahraga menjadi salah satu bentuk strategi soft power yang dimiliki oleh negara, salah satunya olahraga sepak bola.
Seperti banyak negara yang menjadi tuan rumah acara internasional, Qatar dapat menjadikan Piala Dunia sebagai strategi soft power dalam upaya memperoleh keuntungan di bidang non olahraga. Misalnya, di sektor ekonomi Qatar mengalami peningkatan pendapatan melalui pembangunan infrastruktur dan pekerjaan baru di sektor-sektor utama seperti konstruksi, real estate, dan perhotelan. Qatar juga mengalami pendapatan dari belanja para wisatawan yang datang untuk menonton langsung Piala Dunia.
ADVERTISEMENT
Selain keuntungan ekonomi, Qatar juga mendapat keuntungan positif dari aspek sosial dan budaya. Qatar dapat memanfaatkan komunikasi dan teknologi global untuk mendefinisikan dan memasarkan diri. Melalui publisitas yang tinggi dari seluruh dunia akan meningkatkan popularitas dan menunjukkan potensi-potensi yang dimiliki Qatar. Menjadi negara Timur Tengah pertama sebagai tuan rumah Piala Dunia adalah kesempatan bagi Qatar untuk berbagi dengan dunia mengenai budaya dan nilai-nilai mereka yang dinamis.
“Kendaraan” Visi Nasional Qatar 2030
Qatar tidak hanya fokus pada tujuan jangka pendek, melainkan juga pada tujuan jangka panjang. Qatar menggunakan Piala Dunia sebagai "kendaraan" untuk mencapai Visi Nasional Qatar 2030, yakni inisiatif pemerintah untuk mempertahankan pembangunan dan mengubah Qatar menjadi masyarakat global serta memberikan standar hidup yang lebih tinggi bagi rakyatnya (lihat: www.gco.gov.qa). Rencana pembangunan nasional dengan Visi Nasional Qatar 2030 mencakup proyek-proyek yang berkaitan langsung dengan Piala Dunia dengan mempromosikan aspek keberlanjutan setelah turnamen.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, selama ini perekonomian Qatar didominasi oleh ekspor hidrokarbon. Qatar merupakan negara terbesar ketiga dengan cadangan gas alam dan menjadi salah satu produsen minyak teratas. Sementara sumber daya alam telah berkontribusi secara signifikan terhadap kemakmuran Qatar, kekuatan pasar yang mendominasi ekspor hidrokarbon juga menyebabkan ketidakstabilan pendapatan. Akibatnya, Qatar perlu menumbuhkan ekonomi non energi untuk mendukung upaya menjadi pusat bisnis dan pariwisata regional.
Selain diversifikasi ekonomi, Qatar juga dapat menarik investasi asing langsung. Pada tahun 2020, Qatar telah memperkenalkan undang-undang kemitraan publik-swasta yang memungkinkan investor untuk memiliki bersama aset infrastruktur yang dikembangkan di bawah konsesi jangka panjang. Dengan begitu, investor akan tertarik dengan pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, dan profil internasional yang ditawarkan (Jad Kabbani, The 2022 FIFA World Cup: Qatar’s Catalyst to Propel Development and Soft Power, 30 Agustus 2022).
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, Qatar telah membangun stadion canggih dengan teknologi berkelanjutan. Zaid Mosawy, Strategic Advisor for the Supreme Committee for Delivery & Legacy menjelaskan, pembangunan stadion dengan sistem berkelanjutan dapat memberikan dampak jangka panjang pada masyarakat lokal. Setelah Piala Dunia, stadion-stadion tersebut diharapkan dapat mendukung tim sepak bola lokal. Penggunaan stadion juga akan disesuaikan dengan kebutuhan lokal, misalnya mengubah stadion yang lebih kecil menjadi fasilitas pendidikan, medis, dan komersial serba guna. Dengan kata lain, investasi berkelanjutan Qatar dalam memodernisasi infrastrukturnya dapat memperluas inisiatif transportasi, komersial, dan ekonomi.
Terakhir, posisi Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 telah membuktikan bahwa negara yang tidak terlalu memiliki sejarah bola tersebut juga memiliki proporsi signifikan di panggung internasional. Terlepas dari sorotan positif dan negatif yang diterima, otoritas Qatar dapat memanfaatkan Piala Dunia 2022 sebagai strategi pembangunan jangka panjang khususnya berkaitan dengan Visi Nasional Qatar 2030 di bidang ekonomi, investasi, dan sosial budaya. Di samping itu, Qatar memiliki tanggung jawab besar untuk menghantarkan Piala Dunia 2022 pada level kesuksesan. Dengan demikian, akan membuka peluang Qatar untuk dipercaya menjadi tuan rumah acara-acara internasional di masa depan.
ADVERTISEMENT