news-card-video
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner

Gereja Merah, Gereja Protestan Kembaran Gereja Den Haag Belanda

17 Desember 2018 10:16 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gereja Merah, Gereja Protestan Kembaran Gereja Den Haag Belanda
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel di Probolinggo. Tempat ibadah, yang lebih populer dengan sebutan Gereja Merah itu mirip dengan kontruksi gereja di Den Haag, Belanda.
ADVERTISEMENT
Ada sebuah gereja peninggalan kolonial Belanda di Kota Probolinggo. Tempat ibadah umat kristiani itu identik dengan sebuah gereja di Den Haag Belanda.
Namanya Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel yang lebih populer dengan sebutan Gereja Merah.
Gereja ini berada di jantung kota, yakni Jalan Suroyo, sebuah jalan yang padat dengan perkantoran. Bangun ini sangat mencolok dengan warna khasnya, merah menyala. Gereja ini, dibangun pada tahun 1862 yang dibuktikan dengan tulisan Gebouwd Anno 1862, di tangga masuk bagian depan gereja. Jika dihitung dari sekarang, maka usia gereja ini sudah mencapai 156 tahun.
Gereja peninggalan zaman Belanda ini, dibangun menggunakan gaya arsitektur gothic. “Yang unik, gereja ini dibangun dengan sistem bangunan yang bongkar pasang atau knock down. Warnanya yang merah, juga menjadi pembeda dengan gereja yang lain. Gereja hanya ada dua di dunia, yakni di Probolinggo dan Den Haag Belanda,” tutur Pendeta GPIB Immanuel, Ribca Yuneri Atalaka, Minggu (16/12/2018).
ADVERTISEMENT
Hampir semua bagian dari gereja merah terbuat dari besi dan seng. Hanya beberapa bagian saja seperti pelapis dinding yang terbuat dari kayu agar jemaat tidak merasa kepanasan. Namun kerangka bangunan yang memiliki luas 150 meter persegi dan tinggi 12 meter ini, seluruhnya terbuat dari besi yang disambungkan dengan ratusan mur dan baut.
“Dahulu, gereja ini berwarna putih. Sempat juga digunakan sebagai gudang senjata oleh penjajah Jepang. Saat itu, karena gudang senjata, maka dicat merah oleh Jepang. Sempat tudak terawat pasca Jepang kalah, sehingga kemudian diambil alih oleh bangsa pribumi. Namun akhirnya kembali menjadi tempat ibadah, setelah Indonesia merdeka,” terang Ribca.
Warna merah itu, kemudian dipertahankan terus hingga saat ini. Selain bermakna perjuangan, warna merah juga identik dengan darah. “Dimana warna merah itu kami maknai sebagai pengorbanan kristus, atas jiwa dan raganya sebagai pengampunan,” imbuh pendeta Ribca.
ADVERTISEMENT
Saat ini, seluruh pengurus gereja merah bersiap menyambut datangnya Hari Natal pada 25 Desember mendatang. Dengan kasih natal, diharapkan terwujudnya kedamaian dan kerukunan antar umat manusia di dunia. Nah, jika anda ingin berkunjung melihat keunikannya, silahkan datang ke Gereja Merah.