Konten Media Partner

Moncong Tak Sempurna, Sapi ini Jadi Tontonan

25 Februari 2018 20:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Moncong Tak Sempurna, Sapi ini Jadi Tontonan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sejak dua hari terakhir, warga Desa Pendil, Kecamatan Banyuanyar, penasaran dengan seekor anak sapi, yang tak miliki moncong sempurna. Mereka pun beramai-ramai menonton anak sapi, sekilas mirip keledai, milik Muhammad Misdi (29) itu.
ADVERTISEMENT
Ya sejak lahir pada Sabtu (24/2/2018), warga penasaran dengan kondisi anak sapi jenis simental berwarna putih merah itu. Sebab, kondisi fisik anak sapi yang mempunyai bobot sekitar 20 kilogram itu, tak sempurna. Kepala anak sapi ini menyerupai keledai. Tak hanya itu, dua lubang hidung sapi ini terpisah oleh mulutnya yang ke belakang alias tidak moncong.
Tak hanya warga sekitar, warga lain kecamatan juga ikut penasaran. Salah satunya adalah Sri Wahyuni (40), warga Desa Sebaung, Kecamatan Gending, yang juga membawa 2 anaknya untuk melihat keanehan sapi itu.
“Yang bikin penasaran itu keanehan sapinya. Tidak sama seperti sapi yang lain. Kalau sapi biasa itu punya mulut yang moncong, tapi sapi ini mulutnya sumbing pak,” ujarnya, Minggu (25/2/2018).
ADVERTISEMENT
Moncong Tak Sempurna, Sapi ini Jadi Tontonan (1)
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Misdi, si pemilik sapi, mengaku tak menyangka anak sapi miliknya itu akan mengalami keanehan. Sebab, perkawinan induknya bukan dengan cara perkawinan dengan sapi jantan. Tetapi melalui cara suntik, itupun bukan sekali saja, melainkan sampai 4 kali. Bibit sapi yang dipilih juga merupakan unggulan yang ia dapat dari dokter hewan.
“Saya pilih yang jenis simental karena nilai jualnya yang tinggi. Saya gak menyangka kalau kondisinya kurang sehat dan mempunyai kelainan tubuh. Meski begitu saya senang, karena banyak warga dari luar yang berkunjung untuk melihat, sampai minta foto sama sapinya,” tutur Misdi.
Misdi mengaku ‌satu minggu sebelum sapinya lahir, ia mempunyai firasat, yakni dia dan ayahnya terjatuh di tempat kerja. Kemudian saat proses melahirkan, juga mengalami kesulitan. Setidaknya butuh 3 jam, untuk proses melahirkan dengan mengeluarkan air biasa yang lumayan banyak. Padahal waktu itu, Misdi dibantu oleh drh. Agus dari Sebaung.
ADVERTISEMENT
“Meski cacat tetap akan saya rawat. Walaupun nantinya ada yang menawar seratus juta, tidak bakal saya terima. Sebab, memelihara sapi itu sudah tradisi turun temurun di keluarga kami,” tandas Misdi.
Tak hanya masyarakat Kabupaten Probolinggo, warga dari luar daerah, seperti Lumajang dan Pasuruan juga berdatangan untuk melihat. Mereka penasaran dengan ingin melihat keanehan anak sapi yang baru berusia 2 hari itu.