Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Perangi Hoaks, AJI Luncurkan Jurnalisme Data
4 Februari 2019 19:02 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Perkembangan digital saat ini memudahkan publik dalam memenuhi kebutuhan informasi. Akan tetapi, tidak sedikit informasi yang didapat justru menyesatkan karena tidak akurat.
ADVERTISEMENT
Nah, disanalah para jurnalis memerankan posisinya. Jurnalis diharapkan menjadi fact checker dalam memverifikasi semua informasi dalam rangka mengedukasi publik.
Pernyataan itu disampaikan Yanuar Nugroho kala hadir dalam peluncuran Jurnalisme Data oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Jakarta, Senin (4 Januari 2019). Yanuar yang merupakan Deputi II Kantor Staf Kepresidenan ini mengapresiasi langkah AJI.
Dikatakan Yanuar, jurnalisme data yang dikembangkan AJI diharapkan mampu menjadi jawaban akan banyaknya informasi palsu yang berkembang saat ini.
“Jurnalisme data akan mampu memberikan konteks dari setiap rangkaian peristiwa yang sedang terjadi berdasarkan data,” katanya di sela peluncuran di Hotel Mercure, Jakarta Pusat.
Penjelasan yang sama disampaikan Ketua AJI, Abdul Manan. Menurut Manan, setiap perkembangan selalu melahirkan tantangan. Seperti sekarang ini. Saat sebagian orang khawatir bahwa sebagian pekerjaan manusia akan digantikan robot, ia berpikir sebaliknya.
“Bahwa era digitilah telah banyak melahirkan aplikasi yang itu bisa menggantikan manusia dalam bekerja memang iya. Untuk peristiwa tertentu, seperti sepak bola, sekarang sudah bisa cukup dengan aplikasi. Tunggu sebentar sudah jadi beritanya,” kata Manan.
Tetapi, lanjut Manan, tetap saja ada sisi lain yang tidak bisa dilakukan oleh robot. Menguji akurasi dan verifikasi tetap hanya bisa dilakukan manusia.
Meskipun begitu kehadiran teknologi digital menjadikan data begitu melimpah di internet. Arus data yang begitu melimpah, menurut Manan, sudah seharusnya bisa menunjang kerja-kerja jurnalistik.
Hal ini pula yang mendasari AJI untuk mengembangkan jurnalisme data. Bahkan, beberapa pengurus AJI juga sempat diberangkatkan ke Amerika Serikat dan juga Filipina untuk belajar tentang jurnalisme data.
“Kita masih ingat bagaimana kasus Panama Papers. Itu mungkin tidak akan terjadi 20 atau 30 tahun lalu. Karena ada ribuan data dan kita tidak tahu cara mengolahnya,” terang Manan.
Atas dasar itulah, bekerjasama Kantor Staf Kepresidenan, AJI kemudian meluncurkan platform Jurnalisme Data. Platform ini tidak hanya dijadikan pusat data, tapi juga menjadi media belajar jurnalis dalam mencari dan mengolah data.
Melalui laman jurnalismedata.id, pengunjung bisa mengakses dari kementerian, lembaga negara, dan juga pemerintah daerah. “Di dalamnya ada banyak tool aplikasi bagaimana mengolah data,” tutup Manan.
ADVERTISEMENT