Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Tren Ujian Sekolah Berbasis Android,Antara Kemajuan & Krisis Identitas
24 Mei 2019 11:16 WIB

ADVERTISEMENT
Teknologi memang tak pernah kompromi dengan keadaan. Teknologi telah mempengaruhi pola pikir tapi tak pernah bisa memberi solusi jika harapan tak sesuai dengan keadaan.
ADVERTISEMENT
Oleh : Anang Prasetya,S.Pd*
ISU era 4.0 telah membakar nafsu dan ambisi yang cenderung membabi buta. Berlomba-lomba untuk dikatakan modern dan tak ketinggalan zaman seperti sudah mewarnai pola hidup masyarakat. Dunia pendidikan Indonesia juga ikut eksis dalam hidup di era teknologi tanpa batas ini. Hingga jangan kaget jika tren ujian sekolah berbasis Android sudah mewabah.
Bulan Mei ini telah menjadi saksi seberapa cepat perubahan model ujian yang sedang tren di beberapa SMP dan SMA, baik negeri atau swasta. Kabupaten dan Kota Pasuruan tentu ikut dalam tren ini agar tidak dikatakan ketinggalan xaman. Mau tak mau, suka tak suka ini adalah fakta yang sudah terlanjur nge-tren.
Teknologi memang tak pernah kompromi dengan keadaan. Teknologi telah mempengaruhi pola pikir tapi tak pernah bisa memberi solusi, jika harapan tak sesuai dengan keadaan. Hebatnya lagi dunia pendidikan Indonesia juga mulai lupa diri dan ikutan berkiblat pada teknologi.
ADVERTISEMENT
Sekolahan itu mempunyai nilai kompleks. Tugas sekolah bukan hanya mengimbangi kemajuan teknologi, tapi ada unsur sosial, budaya, religi, dan banyak unsur lainnya yang perlu diingat.
Institusi sekolah jangan sampai kehilangan jati dirinya hingga lupa akan identitas yang melekat padanya. Jangan larut dalam kehidupan masyarakat yang tak jelas.
Masyarakat Indonesia sekarang memang dalam kehidupan yang semu. Alangkah sulitnya saat kita akan menentukan mana siswa mampu dan mana siswa miskin. Masyarakat Indonesia juga cenderung berani menjual harga dirinya demi identitas modern yang ingin dikejarnya.
Betapa orang tua sibuk membekali anaknya dengan handphone paling canggih. Betapa orang tua sibuk membelikan sepeda motor keluaran terbaru untuk anaknya bersekolah. Apakah kini sekolah tidak punya tanggungjawab untuk memperbaiki karakter bangsa yang sudah mulai kehilangan identitasnya? Mengapa sepertinya sekolah ikut terjerumus dalam kemajuan dan identitas yang semu itu?
ADVERTISEMENT
Ujian berbasis komputer baru saja mencapai targetnya. UNBK (Ujian Sekolah Berbasis Komputer) dan PAS (Penilaian Akhir Semester) berbasis komputer seolah sudah menjadi ujian paling trendi di masa sekarang. Ujian dengan menggunakan komputer itu masih bisa dikatakan bertanggungjawab. Semua sarana dan prasarana serta semua kelengkapannya dipenuhi oleh sekolah. Siswa hanya melaksanakan ujian tanpa mengeluarkan modal berupa uang atau lainnya.
Hal pentingnya adalah pembelajaran siswa ke arah yang lebih modern. Mereka sama-sama memanfaatkan fasilitas sekolah. Tidak ada perbedaan antara laptop orang kaya dan miskin. UNBK masih mengenal etika. Mereka ujian dalam kondisi tertib dan masih terkena beberapa peraturan formal yang mendidik.
Bagaimana jika kita mulai berpikir tentang dampak ujian sekolah berbasis Android?
ADVERTISEMENT
Ujian sekolah (Penialain Akhir Semester) berbasis Android telah menjadi tren. Seberapa kaya masyarakat Indonesia saat ini, sehingga beberapa sekolah telah mewajibkan siswanya mempunyai handphone modern dan berharga minimal Rp2 juta atau lebih. Merinding dan terlalu gegabah melihat kebijakan tersebut.
Ada beberapa catatan negatif tentang tren ujian sekolah/PAS berbasis android di antaranya :
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Jika memang ujian di sekolah harus menggunakan handphone mestinya sudah tak perlu lagi ruangan formal dan pengawas ujian. Menjawab pertanyaan di mana saja bisa dilakukan secara on-line. Jadi pola ujian seperti ini adalah kebijakan dengan tindakan setengah hati.
ADVERTISEMENT
Bukan bermaksud menvonis salah kebijakan yang sudah terlanjur dilaksanakan. Tentu hal ini bisa kita jadikan renungan. Berfikir tentang kemajuan itu adalah kewajiban. Tetapi berfikir kembali pada identitas asli sebuah institusi sekolah yang mengemban tugas negara tentu juga bukan hal yang keliru.
Dari uraian di atas tentu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa setiap kebijakan ada sisi positif dan negatifnya. Catatan positifnya tentu perkembangan pola pikir yang modern. Namun, kita juga perlu melakukan kalkulasi dari setiap kebijakan. Banyak unsur baik atau jeleknya. Jika banyak positifnya tentu perlu kita dukung dan dipertahankan.
Namun, jika banyak mudharatnya tentu kebijakan tersebut perlu dikaji ulang. Instistusi sekolah boleh berlomba, namun tidak boleh kehilangan identitasnya. Jangan sampai kebijakan ujian menggunakan Android ini malah mengajari siswa untuk berfikir konsumtif, tidak bisa memahami kemampuan diri dan keluarganya.
ADVERTISEMENT
Membentuk manusia-manusia sombong karena pamer handphone yang paling canggih. Menciptakan persaingan yang tidak sehat. Memicu adanya tindakan kriminal. Ada satu hal lagi yang tak kalah pentingnya yaitu sekolah tak lagi mementingkan kualitasnya tetapi lebih mementingkan mencari image dan popularitasnya.
Sekali lagi, ini adalah sudut pandang yang mencoba mengajak kita untuk berfikir bijak dengan segala efeknya. Berusaha kembali pada tugas sebagai pendidik di antaranya adalah membangun karakter bangsa yang sesuai dengan unsur budaya dan religi tanpa alergi dengan mengikuti segala perkembangan teknologi dan globalisasi.
Semangat terus pendidik dan dunia pendidikan menuju perkembangan!
___________
*Penulis masih aktif mengajar di SMK Negeri 2 Kota Pasuruan