Woodcraft Randusari, Komunitas Penyulap Limbah Kayu Jadi Ide Bisnis

Konten Media Partner
15 Juli 2019 10:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beberapa anggota Woodcraft Randusari memamerkan hasil karya ukiran dari limbah kayu.
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa anggota Woodcraft Randusari memamerkan hasil karya ukiran dari limbah kayu.
ADVERTISEMENT
Melimpahnya limbah kayu menjadi masalah tersendiri bagi para perajin mebel di Kelurahan Randusari, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan. Namun, komunitas Woodcraft Randusari menyulap limbah-limbah kayu menjadi ide bisnis bernilai ekonomis.
ADVERTISEMENT
Selama ini, tumpukan limbah kayu mebel memang dipandang sebelah mata. Beberapa perajin mebel malah memberikan limbah kayu secara cuma-cuma, demi bengkel kerjanya bersih dari tumpukan limbah kayu.
“Para tukang mebel malah bersyukur kalau kita ambil limbahnya,” ungkap Arif Budiono, salah satu anggota komunitas Woodcraft Randusari.
Sekitar tiga tahun lalu, para pemuda Randusari berkumpul, kemudian terbentuklah Woodcraft Randusari. Mereka mulai mengukir limbah kayu hingga menjadikannya nilai seni bercita rasa tinggi, bahkan menjadi sumber ekonomi.
Arif, sang pelopor awalnya tak memiliki kemampuan khusus mengenai seni ukir. Modal juga tak dimilikinya bahkan sepeserpun. Berbekal tekad dan sering mengamati pekerjaan ayahnya, pemuda kelahiran 1 Juni 1997 itu pun mulai mencoba membuat ukiran dari limbah kayu.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun berlalu, ia bersama 20 anggota komunitas Woodcraft Randusari lainnya mulai mengerjakan kerajinan ukir dari limbah kayu secara profesional.
Bahkan yang awalnya hanya dilakukan untuk mengisi waktu luang, kini peluang bisnis kerajinan ukir dari limbah kayu jadi mata pencaharian bagi mereka.
“Lumayan menguntungkan, omzetnya bisa mencapai 5-6 juta perbulan,” ungkap Arif di sela kegiatannya mengukir limbah kayu, Sabtu (13/7/2019).
Kukuh, pembina Woodcraft Randusari berharap kegiatan di komunitas ini dapat menjadi inpirasi bagi pemuda lainnya di Kota Pasuruan. Selain memajukan nama daerah lewat karya yang dihasilkan, para pemuda juga bisa menjadikan peluang bisnis ini sebagai alternatif berwirausaha.
“Pemuda yang resah di PHK perusahaan malah banyak yang bergabung, ya alhamdulilah mereka bisa berwirausaha di sini,” ungkap Kukuh.
ADVERTISEMENT